Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Subyek Penelitian Metode Pengumpulan Data

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : a. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Infomasi KKPI? b. Bagaimana tanggapan siswa setelah diterapkannya model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Infomasi KKPI?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Infomasi KKPI siswa kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan melalui penerapan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs. 2. Untuk mengetahui tanggapan siswa kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan setelah adanya penerapan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Infomasi KKPI

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah Memberikan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah, terutama pada mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi. 2. Bagi Siswa Dengan menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. 3. Bagi Guru Sebagai masukan atau saran dan bahan referensi untuk memberikan variasi dalam melakukan pengajaran di kelas.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami tugas akhir serta memberikan gambaran yang menyeluruh secara garis besar, sistematika tugas akhir dibagi menjadi tiga bagian. Adapun sistematikanya adalah :

1. Bagian Awal Skripsi

Bagian awal skripsi mencakup halaman sampul depan, halaman judul, abstrak, halaman pernyataan, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi

Bagian isi skripsi mengandung lima 5 bab yaitu, pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta penutup.

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka, berisi tentang teori yang memperkuat penelitian seperti teori pembelajaran dan teori model pembelajaran.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dijelaskan metode yang digunakan meliputi lokasi penelitian, instrumen, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas tentang hasil dari diterapkannya model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan Kabupaten Jepara.

BAB V: PENUTUP SKRIPSI

Pada bagian ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari pembahasan yang diuraikan diatas.

3. Bagian Akhir Skripsi

Bagian akhir dari skripsi ini sudah berisi tentang daftar pustaka dan lampiran. Isi daftar pustaka merupakan keterangan sumber literatur yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Lampiran dipakai untuk mendapatkan data dan keterangan yang melengkapi uraian skripsi. 13 BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakekat Belajar

a. Pengertian Belajar

Dalam dunia pendidikan, belajar merupakan kegiatan yang paling pokok atau kegiatan inti. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh karena itu, setiap guru perlu memahami tentang proses belajar siswa agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang sesuai dengan siswa. Pengertian belajar banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan, mereka mengemukakan definisi belajar menurut pendapat mereka masing-masing. Slameto 2003:2 menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, siswa dalam belajar seharusnya ada usaha untuk mempelajari apa yang telah didapatkan sebelumnya, sehingga terdapat proses perubahan tingkah laku dalam diri serta mendapatkan pengalaman dari interaksi dengan lingkungannya. Hamalik 2003:16 mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Oleh karena itu, dalam belajar siswa seharusnya mempelajari apa yang didapatkan selama latihan atau mempelajari dari pengalaman yang telah siswa dapatkan. Berdasarkan definisi tentang belajar dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan rangkaian kegiatan atau usaha yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan dari hasil latihan atau pengalaman. Dengan demikian, diperoleh kesimpulan bahwa belajar berkaitan atau berhubungan dengan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Oleh sebab itu, apabila setelah belajar siswa tidak ada perubahan dalam tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dikatakan bahwa belajarnya belum maksimal. Sehingga harus memperhatikan beberapa tentang prinsip-prinsip dalam belajar.

b. Prinsip – Prinsip Belajar

Adapun prinsip-prinsip belajar Menurut Slameto 2003: 27-28 prinsip-prinsip belajar meliputi: 1 Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar a Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. b Belajar dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. 2 Sesuai hakikat belajar a Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya. b Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery. c Belajar adalah proses kontinguitas hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan. 3 Sesuai materi yang harus dipelajari a Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. b Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksioanl yang harus dicapainya. 4 Syarat keberhasilan belajar a Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang. b Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertianketrampilansikap itu mendalam pada siswa. Dalam prinsip belajar, guru berperan penting dalam penerapannya di kelas. Guru lebih bekerja secara aktif sehingga siswapun belajar melalui arahan-arahan. Siswa juga perlu bekerja sama agar terjadi keseimbangan komunikasi antara guru dan siswa. Maka dari itu guru harus membuat pasangan belajar, sehingga terdapat rasa bangga atau puas yang akan timbul dari diri siswa jika ia bisa menjawab atau menjelaskan secara baik kepada teman-temannya. Rasa puas itu kemudian akan kembali memotivasi diri siswa maupun yang lain agar dapat lebih aktif lagi. Tetapi pada kenyataannya, siswa memerlukan beberapa bahan baru yang mungkin belum pernah di alami agar makna dalam belajar lebih terasa mendalam. Hal tersebut adalah tugas guru sebagai fasilitator dan motivator. Dengan kata lain, guru bertugas menerapkan prinsip-prinsip belajar agar lebih memaksimalkan hasil belajar siswa. Dengan demikian berdasarkan prinsip-prinsip belajar di atas, diperoleh sebuah pengertian bahwa siswa perlu berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Untuk menambah partisipasi aktif siswa, guru harus memperhatikan beberapa tentang hakekat pembelajaran.

2. Hakekat Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Menurut Warsita 2008:85, pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan siswa. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono 2009, pembelajaran merupakan suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Berdasarkan pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran adalah usaha yang diadakan oleh guru agar siswanya belajar atau membelajarkan siswanya agar dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi keaktifan siswa sehingga guru dituntut untuk melakukan berbagai variasi pembelajaran agar siswa cenderung tidak merasa bosan dalam proses belajar.

b. Ciri-ciri Pembelajaran

Hamalik 1999 memaparkan tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu: 1 Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus. 2 Kesalingtergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran. 3 Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan. Sistem alami seperti: ekologi, sistem kehidupan hewan, memiliki unsur-unsur yang saling ketergantungan satu sama lain, disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan tertentu. Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem adalah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif. Selanjutnya ciri-ciri pembelajaran lebih detail adalah sebagai berikut: 1 Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu perkembangan tertentu. 2 Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3 Fokus materi ajar, terarah, dan terencana dengan baik. 4 Adanya aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungya kegiatan pembelajaran. 5 Aktor guru yang cermat dan tepat. 6 Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi masing- masing. 7 Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 8 Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk. Yang menjadi kunci untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran dan guru itu sendiri. Kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dikembangkan dan diapresiasi. Mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Ketika guru sudah memahami apa yang ada dalam hakekat pembelajaran, maka akan mempengaruhi aktifnya siswa dalam proses pembelajaran, sehingga dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh, karena dalam akhir kegiatan belajar mengajar ada yang namanya hasil belajar.

3. Hasil Belajar

Setelah kita melakukan atau mengerjakan sesuatu, tentu kita mengharapkan apa yang dinamakan hasil. Begitu pula dengan belajar, apa yang diperoleh dari kegiatan belajar disebut hasil belajar. Menurut Suprijono 2012: 5 hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, sikap-sikap, nilai-nilai, pengertian- pengertian, apresiasi, dan keterampilan. Oleh karena itu, hasil belajar tidak hanya diperoleh dari hasil kognitif saja, tetapi juga dari afektif dan psikomotor siswanya. Sedangkan Sudjana 1989:22 menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Oleh karena itu hasil belajar dapat meningkatkan kemampuan atau keahlian pada diri siswa, setelah siswa itu menerima pelajaran. Perlu diketahui bahwa dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 perlu diperhatikan prinsip- prinsip, pendekatan-pendekatan, dan karakteristik-karakteristik penilaian yang diamanahkan oleh Kurikulum 2013.

a. Prinsip Penilaian Menurut Kurikulum 2013

Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru pada saat melaksanakan penilaian untuk implementasi Kurikulum 2013 baik pada jenjang pendidikan dasar maupun pada jenjang pendidikan menengah adalah: 1 Sahih Penilaian yang dilakukan haruslah sahih, maksudnya penilaian didasarkan pada data yang memang mencerminkan kemampuan yang ingin diukur. 2 Objektif Penilaian yang objektif adalah penilaian yang didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas dan tidak boleh dipengaruhi oleh subjektivitas penilai guru. 3 Adil Penilaian yang adil maksudnya adalah suatu penilaian yang tidak menguntungkan atau merugikan siswa hanya karena mereka bisa jadi berkebutuhan khusus serta memiliki perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. 4 Terpadu Penilaian dikatakan memenuhi prinsip terpadu apabila guru yang merupakan salah satu komponen tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 5 Terbuka Penilaian harus memenuhi prinsip keterbukaan di mana kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan yang digunakan dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan. 6 Menyeluruh dan berkesinambungan Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan oleh guru dan mesti mencakup segala aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai. Dengan demikian akan dapat memantau perkembangan kemampuan siswa. 7 Sistematis Penilaian yang dilakukan oleh guru harus terencana dan dilakukan secara bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku. 8 Beracuan kriteria Penilaian dikatakan beracuan kriteria apabila penilaian yang dilakukan didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 9 Akuntabel Penilaian yang akuntabel adalah penilaian yang proses dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. 10 Edukatif Penilaian disebut memenuhi prinsip edukatif apabila penilaian tersebut dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan siswa.

b. Karakteristik Penilaian Menurut Kurikulum 2013

1 Belajar Tuntas Untuk kompetensi pada kategori pengetahuan dan keterampilan, siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah siswa dapat belajar apapun, hanya waktu yang dibutuhkan yang berbeda. Siswa yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan siswa pada umumnya. 2 Otentik Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh siswa, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh siswa. 3 Berkesinambungan Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar siswa, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses, dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, atau ulangan kenaikan kelas. 4 Berdasarkan acuan kriteria Kemampuan siswa tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing. 5 Menggunakan teknik penilaian yang bervariasi Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, projek, pengamatan, dan penilaian diri. Hasil belajar merupakan hal yang penting yang akan dijadikan sebagai tolak ukur sejauh mana keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Dari hasil belajar, guru dapat menilai apakah sistem pembelajaran yang diberikan berhasil atau tidak, untuk selanjutnya bisa diterapkan atau tidak dalam proses pembelajaran. Menurut Sudjana 1989:22 hasil belajar dibagi dalam tiga ranah yaitu: a. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek yaitu pengetahuan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah Psikomotorik Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisanketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpreatif. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang telah dicapai siswa baik kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar kognitif berasal dari nilai evaluasi guru terhadap suatu materi. Hasil belajar psikomotorik berkaitan siswa berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa, hasil belajar psikomotorik siswa diperoleh dari hasil pengamatan terhadap keterampilan siswa ketika melakukan percobaan atau eksperimen. Sedangkan untuk hasil afektif siswa, diperoleh dari hasil angket. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya tetapi secara umum dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu faktor intern dan faktor ekstern Slameto, 2010: 54 :

a. Faktor intern

Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor intern dikelompokan menjadi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. 1 Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh 2 Faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. 3 Faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani seperti lemah lunglai, sedangkan kelelahan rohani seperti kelesuan dan kebosanan.

b. Faktor ekstern

Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. 1 Faktor keluarga Faktor keluarga ini meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga. 2 Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pengajaran, kualitas pengajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. 3 Faktor masyarakat Pengaruh masyarakat ini terkait dengan keberadaan siswa dengan masyarakat. Pengaruh masyarakat ini terkait dengan keberadaan siswa dengan masyarakat. Lingkungan masyarakat dimana siswa berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi mudanya Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibagi menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang bersumber dari dalam siswa itu sendiri, baik jasmani maupun rohani sedangkan faktor ekstern yaitu faktor dari luar siswa seperti lingkungan sekitarnya. Dalam proses pembelajaran, untuk mendapatkan hasil belajar yang baik itu harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Tetapi, selain itu juga dalam proses guru mengajar, harus ada yang namanya model pembelajaran. Karena model pembelajaran sangat mempengaruhi keaktifan siswa dalam belajar dikelas.

4. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Setiap sekolah, baik sekolah dasar maupun menengah, menerapkan model pembelajaran yang berbeda-beda. Setiap guru pun selalu mempunyai cara tersendiri untuk menyampaikan materi dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Seorang guru harus mengetahui kondisi siswa di dalam kelas, bisa mengelola suasana kelas serta bisa menyesuaikan cara mengajar di kelas dengan karakter masing-masing siswa. Suprijono 2012 berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas guna mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk pada guru di kelas. Ada beberapa model-model pembelajaran yang tentu saja masing- masing memiliki kelemahan dan kelebihan.

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran atau model mengajar mempunyai beberapa ciri, yaitu: 1 Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 2 Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. 3 Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 4 Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

c. Karakteristik Model Pembelajaran

Sumiyatiningsih 2006:71 menyatakan ada beberapa karakteristik model pembelajaran, diantaranya : 1 Disusun menurut teori pendidikan dan teori proses belajar dari pendekatan tertentu. 2 Mempunyai tujuan atau misi pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif didesain untuk mengembangkan proses berpikir induktif. Sementara model berpikir deduktif didesain untuk proses berpikir deduktif. 3 Dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. 4 Memiliki seperangkat elemen model, yaitu: a urutan tahap-tahap pengajaran b prinsip reaksi c sistem social d sistem pendukung 5 Memiliki dampak sebagai akibat dari penerapan suatu model pembelajaran. Berdasarkan beragam pernyataan-pernyatan mengenai model pembelajaran menunjukan bahwa berbagai banyak cara untuk menerapkan pembelajaran efektif dan efisien. Dengan semikian, melalui pendekatan-pendekatan tersebut diharapkan guru dapat memilih pendekatan mana yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam kondisi yang ada saat ini. Intinya para guru harus bisa menyesuaikan dengan situasi didalam kelas dan suasana hati siswa dalam proses pembelajaran. Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh guru secara tepat dan kontinyu, proses pembelajaran di kelas akan dirasakan menyenangkan baik oleh guru maupun murid. Selain ciri-ciri dan karakteristik, ada beberapa jenis atau macam model pembelajaran.

d. Jenis-Jenis Model Pembelajaran

Menurut Suprijono 2012 macam-macam model pembelajaran dijabarkan sebagai berikut. 1 Model pembelajaran langsung Teori pendukung pembelajaran langsung active teaching adalah teori behaviorisme dan teori belajar sosial. Pembelajaran langsung menekankan belajar sebagai perubahan perilaku. Macam-macam pembelajaran langsung adalah sebagai berikut.

a. Ceramah, merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan

lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar.

b. Praktik dan latihan.

c. Ekspositori, merupakan suatu cara penyampaian informasi yang

mirip dengan ceramah, hanya saja frekuensi pembicara lebih sedikit.

d. Demonstrasi.

2 Model pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum, pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud. Ada banyak macam tipe pembelajaran kooperatif, diantaranya sebagai berikut: a. Learning Starts with a Question b. Planet Question c. Team Quiz d. Practice-Rehearsal Pairs e. Index Card Match f. Student Team Achievement Division STAD 3 Model pembelajaran berbasis masalah Model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau discovery learning. Berdasarkan belajar penemuan, siswa didorong belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, serta didorong untuk menghubungkan pengalaman yang telah dimiliki dengan pengalaman baru yang dihadapi sehingga siswa menemukan prinsip-prinsip yang baru.

5. Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs

a. Pengertian model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs

Menurut Zaini dkk 2008:81 “Practice Rehearsal Pairs praktik berpasangan adalah model pembelajaran sederhana yang dapat dipakai untuk mempraktikkan suatu keterampilan atau prosedur dengan teman belajar”. Tujuannya adalah untuk meyakinkan masing-masing pasangan dapat melakukan keterampilan dengan benar. Dalam model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs praktik berpasangan ada beberapa langkah atau prosedurnya, seperti yang kemukakan oleh Suprijono 2012:116 langkah- langkah atau prosedur model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs praktik berpasangan adalah: 1 Guru memilih satu keterampilan yang akan dipelajari oleh siswa. 2 Membentuk pasangan-pasangan yang didalamnya terdapat dua peran, yaitu demonstrator dan pemerhati. 3 Siswa yang bertugas sebagai demonstrator mempraktikkan keterampilan yang telah ditentukan. Pemerhati bertugas mengamati dan menilai penjelasan atau demonstrasi yang dilakukan temannya. 4 Pasangan bertukar peran. Demonstrator kedua diberi kesempatan untuk mempraktikkan keterampilan yang telah di tentukan. 5 Proses diteruskan sampai semua keterampilan atau prosedur dapat dikuasai. Kemudian hal yang sama juga diungkapkan oleh Zaini dkk, 2008:84 langkah-langkah model pembelajaran praktik berpasangan adalah: 1 Pilih salah satu keterampilan yang akan dipilih oleh siswa. 2 Bentuklah pasangan-pasangan secara homogeny yang terdiri dari dua peran, yaitu a penjelas atau demonstrator, dan b pengecek atau pengamat. 3 Siswa yang bertugas sebagai penjelas atau demonstrator menjelaskan atau mendemonstrasikan cara mengerjakan keterampilan yang telah ditentukan. Pengecek atau pengamat bertugas mengamati dan menilai penjelasan atau demonstrasi yang dilakukan oleh temannya. 4 Pasangan bertukar peran, demonstrator kedua diberi kesempatan yang sama. Proses diteruskan sampai semua keterampilan atau prosedur dapat dikuasai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Practice Rehearsal Pairs praktik berpasangan adalah model pembelajaran sederhana yang dapat dipakai untuk mempraktikkan suatu keterampilan atau prosedur dengan teman belajar. Dengan adanya teman belajar, siswa lebih terpacu untuk meningkatkan belajarnya serta bebas untuk berbagi ilmu atau bertanya dengan teman belajarnya. Setiap hal pasti ada yang namanya kelebihan dan kelemahan, begitu pula dalam model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs praktik berpasangan ini pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan.

b. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Practice Rehearsal

Pairs Dalam model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan, seperti model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs praktik berpasangan. Dalam buku Cooperative Learning dalam praktik berpasangan mempunyai kelebihan diantaranya adalah dapat meningkatkan partisipasi antar siswa, interaksi lebih mudah dan lebih banyak kesempatan untuk konstruksi masing-masing pasangan. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs adalah jika antar pasangan tidak aktif maka akan sedikit ide yang muncul dan jika pasangannya banyak maka akan membutuhkan waktu yang lama.

6. Hakekat Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi KKPI

Keterampilan komputer dan pengelolaan informasi merupakan singkatan dari Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi. Keterampilan komputer dan pengelolaan informasi adalah salah satu mata pelajaran adaptif yang diberikan kepada semua bidang keahlian di sekolah menengah kejuruan, sedangkan pada sekolah menengah atas dan sekolah menengah pertama dikenal dengan nama mata pelajaran teknologi informasi dan komputer. Mata pelajaran ini sebagai dasar pengetahuan teknologi informasi, dengan demikian generasi masa depan dapat mengikuti derap perkembangan global. Keterampilan komputer dan pengelolaan informasi sebagai upaya agar setiap insan anak bangsa “melek teknologi dan melek informasi”. Agar generasi masa depan dapat mengikuti derap perkembangan global, kita harus mengupayakan agar setiap insan anak bangsa melek informasi. Oleh karena itu mereka perlu dibekali dengan kemahiran minimal, yaitu mengoperasikan komputer untuk mengelola informasi. a. Keterampilan komputer dan pengelolaan informasi adalah kemampuan minimal yang harus dibekalkan kepada Insan Indonesia siswa sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat agar mampu menggunakan komputer sebagai alat bantu untuk mengelola informasi adalah sebagai berikut : 1 Mengoperasikan Komputer a Menghubungkan seluruh komponen komputer dengan kabel penghubung sehingga dapat dihidupkandinyalakan dan dapat berfungsi. b Menghidupkanmenyalakan perangkat komputer. c Membuka dan menutupmematikan program aplikasi pengolah kata, pengolah angka bilangan, dan pembuat paparan. d Mengetik dengan 10 jari. 2 Mengelola Informasi a Mencari informasi. b Mengelompokkan, mengklasifikasikan, menyimpan. c Mengambil kembali informasi tersebut. d Mengemas menjadi informasi baru. e Menyusun menjadi bahan paparan. f Memaparkan atau mempresentasikan informasi. g Melakukan koneksi ke internet. h Bekerja menggunakan internet untuk mencari, mengumpulkan, dan merekam informasi. b. Keterampilan komputer dan pengelolaan informasi adalah paradigma masa depan, bukan paradigma sekarang atau masa lalu. Keterampilan komputer dan pengelolaan informasi adalah satu bentuk kepedulian pengembang teknologi Depdiknas untuk mempersiapkan anak bangsa agar “siap hidup di jamannya”. Sejalan dengan perkembangan informasi dan teknologi, maka kemampuan minimal yang harus dibekalkan kepada siswa sekolah menengah kejuruan agar tidak ketinggalan dalam dunia Teknologi Informasi dalam penggunaan komputer sebagai alat bantu.

B. Kerangka Berpikir

1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs Pada observasi awal ke sekolah, hasil belajar siswa khususnya kelas XII TKJ pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi materi tentang Microsoft Word banyak nilai siswa yang hanya sebatas kriteria ketuntasan minimal. Model pembelajaran yang salah kemungkinan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang tidak tepat atau tidak efektif, justru akan membuat minat siswa turun terhadap mata pelajaran yang di berikan guru dalam proses pembelajaran, hal ini yang memicu hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Dengan adanya model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs, dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi. Karena model pembelajaran ini menekankan pada keaktifan, kerja sama dengan pasangan dan kedisiplinan siswa untuk mencapai hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik yang baik. 2. Tanggapan Siswa Setelah Diajar dengan Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs Dalam kegiatan pembelajaran dikelas masih banyak ditemukan siswa yang kurang menyukai pelajaran yang diberikan oleh guru, tidak memperhatikan pelajaran yang disampaikan gurunya bahkan banyak yang asik main dengan teman sebangkunya, hal ini yang dikarenakan guru hanya memberikan materi saja atau lebih condong ke teoritisnya. Dengan menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam pembelajaran di sekolah. karena dengan diterapkannya model pembelajaran ini, yang lebih menonjolkan aspek psikomotorik siswa dengan intensifnya praktik di laboratorium. Sehingga siswa tertarik dan memberi tanggapan baik terhadap pembelajaran Practice Rehearsal Pairs ini. 37 BAB III METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan tahun ajaran 20142015. Jumlah siswa di kelas tersebut sebanyak 45 siswa, 22 siswa perempuan dan 23 siswa laki-laki.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian yang berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI KKPI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS SISWA KELAS XII TKJ SMK WALISONGO PECANGAAN” merupakan penelitian tindakan kelas Classroom Action Research. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 4 Agustus sampai tanggal 6 September 2014. 2. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Walisongo Pecangaan yang beralamatkan di Jl. Kauman No. 1, Pecangaan Kulon, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah.

C. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

1. Prasiklus

Pada tahap prasiklus ini, peneliti melihat pembelajaran secara langsung di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan. Dalam proses pembelajaran tersebut, masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa cenderung pasif. Guru hanya dianggap sebagai sumber belajar utama di dalam kelas. Guru seolah-olah yang bicara dan siswa hanya sebagai pendengar sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi masih rendah.

2. Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2014 di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan. Dalam siklus I langkah- langkah yang ditempuh adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan evaluasi atau refleksi yang akan lebih dijelaskan sebagai berikut: a Perencanaan 1 Menganalisis kurikulum untuk mengetahui Kompetensi Dasar yang akan disampaikan kepada siswa. 2 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang sesuai dengan Kurikulum 2013 dan juga berorientasi pada Model Pembelajaran tipe Practice Rehearsal Pairs. 3 Mempersiapkan lembar soal tes siklus I. 4 Mempersiapkan instrumen observasi guru dan instrument observasi siswa. 5 Menetapkan indikator ketercapaian dalam proses pembelajaran. b Pelaksanaan Tindakan 1 Melaksanakan proses pembelajaran kompetensi kejuruan materi grafis menggunakan aplikasi CorelDraw di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan dengan menggunakan Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs. 2 Guru menjelaskan materi grafis menggunakan aplikasi CorelDraw tentang menu-menu beserta fungsinya. 3 Guru membentuk pasangan-pasangan dalam setiap pasangan buat dua peran. a. Penjelas atau pendemostrasi b. Pengecek atau pengamat 4 Setelah guru membentuk pasangan-pasangan, guru meminta kepada penjelas atau demonstrator untuk menjelaskan cara mengerjakan keterampilan yang telah ditentukan, pengecek atau pengamat bertugas mengamati dan menilai penjelasan yang dilakukan temannya. 5 Guru meminta kedua pasangan untuk bertukar peran. 6 Guru meminta siswa untuk melakukan keterampilan atau prosedur tersebut dilakukan sampai selesai dan dapat dikuasai oleh siswa. 7 Siswa secara individu diberi lembar soal tes siklus I. c Pengamatan Observasi 1 Mengamati proses pembelajaran 2 Mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran 3 Mengamati keaktifan siswa dalam diskusi 4 Mengamati hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran 5 Mengamati keterampilan guru dalam menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs. 6 Menganalisis hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs. d Refleksi Dalam tahap refleksi ini, sekaligus dilakukan evaluasi terhadap perubahan yang terjadi pada siswa, yaitu peningkatan hasil belajar siswa baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotori. Pada tahap ini, peneliti memproses data yang diperoleh saat observasi dan data hasil belajar siswa. Tahap refleksi direncanakan segera dilakukan setelah siswa melaksanakan posttest. Dalam refleksi , dicari kekuatan serta kelemahan pelaksanaan serta memperbaiki kekurangan. Hasil refleksi digunakan untuk memperbaiki kinerja pada siklus berikutnya

3. Siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2014 di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan. Dalam siklus II langkah-langkah yang ditempuh sama seperti siklus I, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan evaluasi atau refleksi yang akan lebih dijelaskan sebagai berikut: a Perencanaan 1 Menganalisis kurikulum untuk mengetahui Kompetensi Dasar yang akan disampaikan kepada siswa. 2 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang sesuai dengan Kurikulum 2013 dan juga berorientasi pada Model Pembelajaran tipe Practice Rehearsal Pairs. 3 Mempersiapkan lembar soal tes siklus II. 4 Mempersiapkan instrumen observasi aktivitas guru dan instrumen observasi aktivitas siswa. 5 Menetapkan indikator ketercapaian dalam proses pembelajaran. b Pelaksanaan Tindakan 1 Melaksanakan proses pembelajaran di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan dengan menggunakan Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs. 2 Guru menjelaskan materi dalam siklus II yaitu tentang Toolbox dan kegunaanya dan praktik menggambar menggunakan aplikasi CorelDraw. 3 Guru membentuk pasangan-pasangan dalam setiap pasangan buat dua peran. a. Penjelas atau pendemostrasi b. Pengecek atau pengamat 4 Setelah guru membentuk pasangan-pasangan, guru meminta kepada penjelas atau demonstrator untuk menjelaskan cara mengerjakan keterampilan yang telah ditentukan, pengecek atau pengamat bertugas mengamati dan menilai penjelasan yang dilakukan temannya. 5 Guru meminta kedua pasangan untuk bertukar peran 6 Guru meminta siswa untuk melakukan keterampilan atau prosedur tersebut dilakukan sampai selesai dan dapat dikuasai oleh siswa. 7 Siswa secara individu diberi lembar soal tes siklus II. c Pengamatan Observasi 1 Mengamati proses pembelajaran 2 Mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran 3 Mengamati keaktifan siswa dalam diskusi 4 Mengamati hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran 5 Mengamati keterampilan guru dalam menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs 6 Menganalisis hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs d Refleksi Dalam tahap refleksi ini, sekaligus dilakukan evaluasi terhadap perubahan yang terjadi pada siswa, yaitu peningkatan hasil belajar siswa baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang mengacu pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila siklus I telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka siklus II ini merupakan pembuktian dari hasil siklus I, apakah pencapaian siklus I hanya kebetulan atau benar-benar terjadi peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs. Tahap refleksi direncanakan segera dilakukan setelah siswa melaksanakan posttest II. Peneliti memproses data yang diperoleh saat observasi di siklus II, kemudian data di analisis oleh peneliti untuk menganalisis data yang ada. Hasil refleksi digunakan untuk memperbaiki kinerja pada siklus berikutnya. Apabila terjadi peningkatan dari siklus I yang sesuai dengan indikator keberhasilan hasil belajar, maka tindakan dicukupkan. Apabila belum, maka tindakan akan dilanjutkan ke siklus III.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu: 1. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nama-nama siswa yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini dan untuk memperoleh data nilai pada pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi, nilai afektif, serta psikomotorik siswa kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan. 2. Metode Observasi Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemampuan ranah afektif dan psikomotorik siswa dilakukan dengan membuat lembar pengamatan. Lembar observasi atau lembar pengamatan adalah alat ukur yang berupa daftar aspek yang diamati dan kemudian diberi skor oleh pengamat Widodo, 2009: 16. Lembar observasi sebelimnya diujicoba dengan dua observer untuk mengetahui reliabilitasnya. Kemampuan afektif siswa diamati setiap pembelajaran dan kemampuan psikomotorik siswa diamati ketika siswa melakukan percobaan yang telah dirancang oleh siswa. Observasi dilakukan oleh pengamatobserver sebanyak enam orang yang mengamati selama pembelajaran berlangsung satu observer mengamati satu kelompok yang sama 3. Metode Tes Tes digunakan untuk mengambil data dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi, terutama aspek kognitif siswa yaitu tingkat pengetahuan, pemahaman, dan penerapan konsep pada kompetensi dasar mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi. Alat yang digunakan untuk melakukan tes ini adalah berupa tes lembar evaluasi individu yang berupa tes obyektif pilihan ganda. Tes ini akan dilaksanakan pada akhir pertemuan di tiap siklusnya. Tes dilakukan pada pasca tindakan untuk mengetahui pencapaian konsep materi, dan siklus II untuk mengetahui pencapaian konsep materi yang belum tuntas secara keseluruhan. 4. Metode Angket Angket adalah alat ukur yang berisi sejumlah pertanyaan tertutup atau terbuka yang harus dijawab oleh siswa untuk mengukur sikap, minat, pendapat, atau tanggapan siswa sesuai dengan kondisi sebenarnya Widodo, 2009: 16.Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui apakah ada perubahan sikap setelah dilakukan pembelajaran dengan Practice Rehearsal Pairs pada mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi yang diberikan pada siswa diakhir seluruh pertemuan kegiatan pembelajaran. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menguji kebenaran, bahwa pembelajaran berjalan menarik dan menyenangkan sesuai dengan tujuan dari pembelajaran

E. Analisis Instrumen Penelitian

Dokumen yang terkait

PERBAIKAN PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI) MENGGUNAKAN METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE DAN REVIEW (SQ3R) PADA SISWA KELAS XII SMK ISLA

0 6 99

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI 023903 BINJAI.

0 2 29

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS PADA MATA PELAJARAN PENGELASAN PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 2 23

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS (PRP) TERHADAP HASIL BELAJAR Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs (Prp) Pada Siswa Kel

0 2 11

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS PADA MATA PELAJARAN SAINS KELAS VA SD NEGERI 104202 BANDAR SETIA.

0 2 23

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PRACTICE REHEARSAL PAIRS PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Penerapan Strategi Practice Rehearsal Pairs Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Kalimati Juwangi Boyolali Tahun Ajar

0 1 15

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PRACTICE REHEARSAL PAIRS PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Penerapan Strategi Practice Rehearsal Pairs Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Kalimati Juwangi Boyolali Tahun Ajar

0 1 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS (PRAKTEK BERPASANGAN) UNTUK MENINGKATKAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS (PRAKTEK BERPASANGAN) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG KOPERASI PADA MATA PELAJARAN IPS KE

0 0 15

EFEKTIVITAS TEKNIK PRAKTEK BERPASANGAN (PRACTICE REHEARSAL PAIRS ) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

2 4 41

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) KELAS XI TKJ DI SMK NEGERI 1 SINE.

0 9 255