Analisis Instrumen Penelitian PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS SISWA KELAS XII TKJ SMK WALISONGO PE

E. Analisis Instrumen Penelitian

a. Validitas Instrumen Tes

Validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes. Agar dapat diperoleh data valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid Suharsimi Arikunto, 2005: 64. Suharsimi Arikunto 2005: 69 mengatakan bahwa tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriteria. Untuk mengetahui kesejajaran, digunakan rumus teknik korelasi product moment menggunakan metode Pearson Arikunto, 2005: 81, sebagai berikut: √ Keterangan: r xy : koefisien korelasi N : jumlah subyek atau responden X : skor butir Y : skor total ∑X 2 : jumlah kuadrat nilai X ∑Y 2 : jumlah kuadrat nilai Y Dalam penelitian ini, butir soal dinyatakan valid apabila koefisien korelasi r xy r tabel dengan dk derajat kebebasan N-2= 30-2= 28 dan α = 5 . Berdasarkan perhitungan validitas butir soal uji coba yang telah diujikan terhadap 30 siswa, terdapat 40 butir soal valid dan 10 butir soal tidak valid. Hasil perhitungan validitas butir soal uji coba disajikan pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba Siklus I Validitas Nomor Soal Valid 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50 Tidak Valid 4, 6, 11, 17, 18, 26, 31, 32, 37, 43 Sumber: data penelitian Tabel 2 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba Siklus II Validitas Nomor Soal Valid 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 27, 29, 35, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50 Tidak Valid 10, 22, 25, 26, 28, 30, 33, 34, 36, 39 Sumber: data penelitian

b. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran suatu tes ialah proporsi yang menunjuk kepada jumlah siswa yang dapat menjawab tes dengan benar diantara semua testee Widodo, 2009: 18. Rumus tingkat kesukaran Widodo, 2009: 18: , dengan: m : jumlah siswa yang menjawab benar N : jumlah seluruh testee Tabel 3 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Interval Kriteria Tingkat Kesukaran 0,00≤P≤0,30 Sukar 0,30P≤0,70 Sedang 0,70P≤1,00 Mudah Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal uji coba disajikan pada Tabel 4 dan 5. Tabel 4 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Siklus I Kriteria Nomor Soal Sukar 43, 45, 48 3 soal Sedang 1, 2, 3, 5, 8, 11, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 44, 47, 50 34 soal Mudah 4, 6, 7, 9, 10, 12, 15, 17, 26, 31, 42, 46, 49 13 soal \\Sumber: data penelitian Tabel 5 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Siklus II Kriteria Nomor Soal Sukar 27, 38, 45, 50 4 soal Sedang 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47, 48, 49 39 soal Mudah 1, 3, 10, 12, 15, 22, 26 7 soal Sumber: data penelitian

c. Daya Beda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai upper group dengan siswa yang kurang pandai lower group. Soal dianggap mempunyai daya pembeda yang baik, jika soal tersebut dijawab benar oleh kebanyakan siswa pandai dan dijawab salah oleh kebanyakan siswa kurang pandai Arikunto, 2006: 213. Makin tinggi daya pembeda soal, makin baik pula kualitas soal tersebut. Rumus yang digunakan sebagai berikut: Arikunto, 2006 Keterangan: DP = daya pembeda soal JB A = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelas atas JB B = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelas bawah JS A = banyaknya siswa pada kelas atas. Tabel 6 Kriteria Daya Pembeda Soal Interval DP Kriteria DP ≤ 0,00 Sangat jelek 0,00 DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 DP ≤ 0,70 Baik 0,70 DP ≤ 1,00 Sangat Baik Hasil perhitungan daya pembeda soal uji coba disajikan pada Tabel 7 dan 8. Tabel 7 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba Siklus I Kriteria Nomor Soal Sangat Jelek 4, 6, 11, 26, 31 43 6 soal Jelek 17, 18, 32, 37 4 soal Cukup 45, 46, 48 3 soal Baik 1, 2, 5, 7, 8. 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 47, 49, 50 36 soal Sangat Baik 3 1 soal Sumber: data penelitian Tabel 8 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba Siklus II Kriteria Nomor Soal Sangat Jelek 22, 26 2 soal Jelek 30, 34 2 soal Cukup 1, 10, 20, 25, 28, 33, 36, 39, 40, 9 soal Baik 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 23, 24, 27, 29, 31, 32, 37, 38, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 50 34 soal Sangat Baik 35, 43, 49 3 soal Sumber: data penelitian

d. Reliabilitas

Reliabilitas merujuk pada “keajegan” hasil pengukuran. Alat ukur dapat dikatakan reliabel bila senantiasa memberikan hasil yang relatif sama setiap kali diterapkan pada objek yang sama, tanpa terpengaruh oleh siapa yang mengukur Widodo, 2009: 18. Perhitungan koefisien reliabilitas digunakan pada penelitian ini adalah reliabilitas dengan rumus KR 21, Jika harga reliabilitas minimum 0,6 soal sudah dikatakan reliable Widodo, 2009: 60. Keterangan: r : reliabilitas instrumen k : banyaknya butir tes M : rerata skor total Vt : varians total Tabel 9 Kriteria Reliabilitas Soal Interval Kriteria Reliabilitas 0,80 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi 0,60 ≤ r 0,80 Tinggi 0,40 ≤ r 0,60 Cukup 0,20 ≤ r 0,40 Rendah r 0,20 Sangat rendah Hasil perhitungan reliabilitas dengan rumus KR 21, diperoleh nilai r sebesar 0,89 pada soal uji coba siklus I dan r sebesar 0,90 pada soal uji coba siklus II sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen soal reliabel.

e. Reliabilitas Lembar Observasi

Pengukuran dengan lembar pengamatan pada umumnya dilakukan oleh dua pengamat, hasil skor pengamat satu harus cocok dengan pengamat kedua, oleh karena itu reliabilitas lembar pengamatan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara dua pengamat. Salah satu cara mengukur tingkat kesepakatan itu adalah dengan korelasi peringkat Spearman Widodo, 2009: 61. Rumus yang digunakan adalah: Rho = Keterangan: Rho = reliabilitas kesepakatan b = beda peringkat antara pengamat satu dengan pengamat kedua N = jumlah siswa yang diamati Dalam hal ini skor masing-masing pengamat diubah menjadi peringkat dari skor tertinggi peringkat 1 dan seterusnya sampai peringkat terbesar skor terendah. Jika ada siswa dengan skor yang sama, peringkatnya adalah peringkat reratanya Widodo, 2009: 62. Beda peringkat b diukur dari perbedaan peringkat pengamat satu dengan pengamat kedua untuk siswa yang sama. Jika harga Rho minimum 0,60 maka lembar pengamatan sudah dinyatakan reliabel Widodo, 2009: 62. Hasil perhitungan reliabilitas lembar observasi afektif dan psikomotorik disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Hasil Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi Afektif dan Psikomotorik Lembar Observasi Rho Kriteria Perilaku berkarakter 0,863 Reliabel Keterampilan sosial 0,882 Reliabel Psikomotorik 0,814 Reliabel Sumber: data penelitian

f. Reliabilitas Angket

Reliabilitas angket diukur dengan koefisien alpha Cronbach Widodo, 2009: 61. Reliabilitas = . Keterangan: k = banyaknya butir angket V butir = varians skor tiap butir Vt = varians skor total Berdasarkan perhitungan reliabilitas angket respon siswa, diperoleh reliabilitas sebesar 0,71 artinya reliabel. Selanjutnya instrumen digunakan untuk mengambil data. Data yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran halaman 183-184.

F. Analisis Hasil Belajar

Dokumen yang terkait

PERBAIKAN PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI) MENGGUNAKAN METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE DAN REVIEW (SQ3R) PADA SISWA KELAS XII SMK ISLA

0 6 99

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI 023903 BINJAI.

0 2 29

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS PADA MATA PELAJARAN PENGELASAN PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 2 23

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS (PRP) TERHADAP HASIL BELAJAR Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs (Prp) Pada Siswa Kel

0 2 11

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS PADA MATA PELAJARAN SAINS KELAS VA SD NEGERI 104202 BANDAR SETIA.

0 2 23

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PRACTICE REHEARSAL PAIRS PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Penerapan Strategi Practice Rehearsal Pairs Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Kalimati Juwangi Boyolali Tahun Ajar

0 1 15

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PRACTICE REHEARSAL PAIRS PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Penerapan Strategi Practice Rehearsal Pairs Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Kalimati Juwangi Boyolali Tahun Ajar

0 1 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS (PRAKTEK BERPASANGAN) UNTUK MENINGKATKAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS (PRAKTEK BERPASANGAN) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG KOPERASI PADA MATA PELAJARAN IPS KE

0 0 15

EFEKTIVITAS TEKNIK PRAKTEK BERPASANGAN (PRACTICE REHEARSAL PAIRS ) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

2 4 41

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) KELAS XI TKJ DI SMK NEGERI 1 SINE.

0 9 255