PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS SISWA KELAS XII TKJ SMK WALISONGO PE

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER

DAN PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI) MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN

PRACTICE REHEARSAL

PAIRS

SISWA KELAS XII TKJ SMK WALISONGO

PECANGAAN JEPARA

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh:

Septian Danny Kurniawan 5302410058

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri”

(Ibu Kartini)

“Orang – orang hebat dibidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinpirasi karena mereka lebih suka bekerja.

Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi.” (Ernest Newman)

Persembahan

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Allah SWT karena di Setiap goresan tinta ini adalah wujud dari keagungan dan kasih sayangNya.

2. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Rozikan dan Ibu Titik Kurniyati) 3. Bapak Drs. FR. Sri Sartono, M.Pd

4. Tessa Eka Yuniar, S.Pd.

5. Sahabat dan teman-teman Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer angkatan 2010

6. Almamater saya, Universitas Negeri Semarang


(5)

v PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) melalui Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs Siswa Kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan Jepara”. Skripsi ini bertujuan untuk memberikan variasi terhadap pembelajaran KKPI di sekolah agar lebih melibatkan siswa (student-centered), siswa lebih mandiri dalam pelaksanaan praktik sehinggadapat meningkarkan hasil belajar siswa.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan moril dan materiil dalam penyelesaian skripsi ini kepada:

1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang memberikan bantuan administrasi teknis dan nonteknis dalam penelitian dan pelaporan hasil penelitian,

2. Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang yang memberikan bantuan administrasi teknis dan nonteknis dalam penelitian dan pelaporan hasil penelitian,

3. Drs. FR Sri Sartono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran selama penyusunan skripsi, 4. Drs. Sri Sukamta, M.Si. selaku dosen penguji I yang telah memberikan

arahan dan saran,

5. Drs. Isdiyarto, M.Pd. selaku dosen penguji II yang telah memberikan arahan dan saran,

6. Dwi Edi Siswanto, S.Sos selaku guru mata pelajaran KKPI SMK Walisongo Pecangaan Jepara yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian,

7. Siswa-siswi kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan Jepara yang telah mengikuti pembelajaran dalam penelitian ini dengan baik,

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan perkembangan pendidikan pada umumnya.

Semarang, 7 Januari 2014


(6)

vi ABSTRAK

Kurniawan, Septian, Danny. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) melalui Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs Siswa Kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan Jepara. Skripsi, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing. FR. Sri Sartono.

Kata kunci: hasil belajar; Practice Rehearsal Pairs;

Pembelajaran pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) berlangsung menggunakan metode ceramah yaitu guru lebih mendominasi dalam pembelajaran (teacher centered) kurang dapat meningkatkan hasil belajar siswa (kognitif, afektif, dan psikomotorik) sehingga siswa akan cenderung bersikap pasif dan tidak bisa mengoptimalkan keahlian yang dimiliki. Selain itu, siswa merasa bahwa pelajaran KKPI banyak menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami. Dengan demikian dapat mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran KKPI. Hal ini ditandai dengan nilai semester 2 yaitu sebanyak 20 siswa tuntas, dan 25 siswa tidak tuntas dengan KKM sebesar 75. Salah satu upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs. Model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya.

Penelitian ini bertujuan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi melalui pembelajaran Practice Rehearsal Pairs. Penelitian dilakukan di SMK Walisongo Pecangaan Jepara selama dua siklus pembelajaran. Metode pengumpulan data adalah tes berbentuk soal pilihan ganda, observasi, dokumentasi, dan angket. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar kognitif dari rerata 42,61 pada prasiklus menjadi 80,22 pada siklus I dan 85,72 pada siklus II. Rerata hasil belajar afektif (perilaku berkarakter) meningkat dari rerata 72,5 pada siklus I menjadi 79,06 pada siklus II dengan n-gain sebesar 0,24. Sedangkan hasil belajar afektif (keterampilan sosial) meningkat dari rerata 77,5 pada siklus I menjadi 85,8 pada siklus II dengan n-gain sebesar 0,37. Untuk hasil belajar psikomotorik, rerata pada siklus I 74,58 meningkat menjadi 86,11 pada siklus II dengan n-gain sebesar 0,45. Hasil analisis angket pendapat siswa terhadap pembelajaran, diperoleh persentase sebesar 75,70 % dengan 17,19 % menyatakan sangat setuju; 68,44 % setuju; 14,37 % tidak setuju; dan 0 % sangat tidak setuju. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotorik) serta memperoleh tanggapan positif dari siswa terhadap pembelajaran Practice Rehearsal Pairs.


(7)

vii ABSTRACT

Kurniawan, Septian, Danny. 2015. Improvement Student Learning Outcomes on KKPI Subject through Practice Rehearsal Pairs Learning Students of 12th Grade TKJ SMK Walisongo Pecangaan Jepara. Thesis, Electrical Engineering Department, Engineering Faculty, Semarang State University. Supervisor. FR. Sri Sartono.

Keywords: Practice Rehearsal Pairs; student’s achievement

Learning process on KKPI by using conventional way such as lecture: teacher will be more dominated than students on learning process (teacher-centered) can barely improve students outcomes (cognitive, affective, and psychomotor) so that the students would be passive and their ability could not be improved. In addition, students feel that on KKPI subject use many elusive terms.

Therefore, it could give bad result on students’ outcome on KKPI subject. The

result on second semester shows that 25 from 45 students are not accomplish the minimum point that was 75. One of the ways can be done is by using Practice Rehearsal Pairs learning model. This model is type of cooperative learning model which could directing attention to the material students learned.

Study aims to improve student’s achievement through Practice Rehearsal Pairs. The study was conducted at SMK Walisongo Pecangaan Jepara for two cyclic of learning. The method of data collecting is tests in the form of multiple choice, observation, documentation, and questionnaires. The results showed cognitive improvement averaged 42,61 became 80,22 at cyclic I and 85,72 at cyclic II. The improvement of affective (behavior characterized) averaged 72,5 at cyclic I became 79,06 at cyclic II. The normalized gain of affective (behavior characterized) is 0,24. The average of psychomotor aspect at cyclic I is 74,58 better than cyclic II is 86,11 with normalized gain 0,45. Result of questioner analysis shows that 75,70% interested to the Practice Rehearsal Pairs. According to the result above, it can be concluded that Practice Rehearsal Pairs are able to

improve student’s achievement (cognitive, affective, and psychomotor) and give


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ...v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Permasalahan ...7

C.Tujuan Penelitian ...9

D. Manfaat Penelitian ...10

E. Sistematika Penulisan ...10

II. LANDASAN TEORI ...13

A. Tinjauan Pustaka ...13

1.Hakekat Belajar ...13

2.Hakekat Pembelajaran ...16

3.Hasil Belajar ...19

4.Model Pembelajaran ...26

5.Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs ...30

6.Hakekat KKPI ...33

B. Kerangka Berpikir ...35

III. METODE PENELITIAN ...37

A. Subyek Penelitian ...37


(9)

ix

C.Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ...38

D. Metode Pengumpulan Data ...43

E. Analisis Instrumen Penelitian ...45

F. Analisis Hasil Belajar ...52

G. Analisis Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran ...55

H. Indikator Keberhasilan ...56

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...57

A. Hasil Penelitian ...57

B. Pembahasan ...71

V. PENUTUP ...87

A. Simpulan ...87

B. Saran ...87

DAFTAR PUSTAKA ...89


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba (Siklus I) ... 46

2 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba (Siklus II) ... 46

3 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 47

4 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba (Siklus I) ... 47

5 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba (Siklus II) ... 47

6 Kriteria Daya Pembeda Soal ... 48

7 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba (Siklus I) ... 48

8 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba (Siklus II) ... 49

9 Kriteria Reliabilitas Soal ... 50

10 Hasil Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi Afektif Dan Psikomotorik ... 51

11 Kriteria Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 53

12 Kriteria Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Siswa ... 54

13 Kriteria Pendapat/Tanggapan Siswa ... 56

14 Variabel Data Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 58

15 Distribusi Kategori Nilai Hasil Belajar Kognitif Kegiatan Prasikus ... 60

16 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kognitif Kegiatan Prasikus ... 60

17 Distribusi Kategori Nilai Hasil Belajar Kognitif Siklus I ... 61

18 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kognitif Siklus I ... 62

19 Distribusi Kategori Nilai Hasil Belajar Kognitif Siklus II ... 63

20 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kognitif Siklus II ... 63

21 Analisis Nilai Afektif (Perilaku Berkarakter) ... 64

22 Analisis Nilai Afektif (Keterampilan Sosial) ... 65

23 Analisis Nilai Afektif (Perilaku Berkarakter) Siklus I ... 66

24 Analisis Nilai Afektif (Keterampilan Sosial) Siklus I ... 67

25 Analisis Nilai Afektif (Perilaku Berkarakter) Siklus II ... 67

26 Analisis Nilai Afektif (Keterampilan Sosial) Siklus II ... 68

27 Analisis Nilai Hasil Belajar Psikomotorik ... 68

28 Analisis Nilai Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I ... 69


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa ...59

2 Diagram Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kognitif Kegiatan Prasiklus ...61

3 Diagram Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kognitif Kegiatan Siklus I...62

4 Diagram Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kognitif Kegiatan Siklus II ...64

5 Diagram Peningkatan Perilaku Berkarakter Siswa ...65

6 Diagram Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa ...66

6 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Psikomotorik Siswa ...69

7 Diagram Analisis Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs ...71


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Silabus ...91

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...95

3 Kisi-Kisi Soal Uji Coba I ...107

4 Soal Uji Coba I ...109

5 Analisis Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, Validitas, dan Reliabilitas Soal Uji Coba I ...114

6 Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba I ...119

7 Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba I ...120

8 Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Coba I ...121

9 Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba I ...123

10 Kisi-Kisi Soal Posttest I ...125

11 Soal Posttest I ...127

12 Kisi-Kisi Soal Uji Coba II ...132

13 Soal Uji Coba II ...134

14 Analisis Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, Validitas, dan Reliabilitas Soal Uji Coba II ...140

15 Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba II ...145

16 Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba II ...146

17 Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Coba II ...147

18 Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba II ...149

19 Kisi-Kisi Soal Posttest II ...151

20 Soal Posttest II ...153

21 Lembar Pengamatan Perilaku Berkarakter ...158

22 Lembar Pengamatan Keterampilan Sosial ...160

23 Lembar Pengamatan Psikomotorik ...162

24 Angket Respon Siswa terhadap Pembelajaran ...164

25 Analisis Lembar Pengamatan Perilaku Berkarakter ...165


(13)

xiii

27 Analisis Lembar Pengamatan Psikomotorik ...169

28 Analisis Angket Respon Siswa ...171

29 Data Hasil Belajar Kognitif Siswa ...172

30 Proporsi Ketuntasan Belajar Klasikal ...173

31 Analisis Hasil Belajar Afektif Siswa (Perilaku Berkarakter)...174

32 Analisis Hasil Belajar Afektif Siswa (Keterampilan Sosial) ...176

33 Uji Normalized Gain Hasil Belajar Afektif Siswa ...178

34 Analisis Hasil Belajar Psikomotorik Siswa ...179

35 Uji Normalized Gain Hasil Belajar Psikomotorik Siswa ...180

36 Rekapitulasi Pendapat Siswa Kelas Eksperimen terhadap Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs ...181

37 Hasil Koreksi Ujian Semester 2 ...182

38 Dokumentasi Penelitian ...184


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah merumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu: ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab” (Pasal 3 UU RI No. 20/ 2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua


(15)

adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum Sekolah menengah kejuruan (SMK) dirancang dengan pandangan bahwa sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan pada dasarnya adalah pendidikan menengah, pembedanya hanya pada pengakomodasian minat siswa saat memasuki pendidikan menengah. Sekolah menengah kejuruan sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan pasal 15 undang-undang system pendidikan nasional , merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Tujuan umum dan tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum

a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mengembangkan potensi siswa agar menjadi warga negara yang berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

c. Mengembangkan potensi siswa agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia. d. Mengembangkan potensi siswa agar memiliki kepedulian terhadap

lingkungan hidup, dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efesien.


(16)

3

2. Tujuan Khusus

a. Menyiapkan siswa agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada dan dunia usaha lainnya sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.

b. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.

c. Membekali siswa dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

d. Membekali siswa dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan Pasal 80 menyatakan bahwa:

1. Penjurusan pada sekolah menengah kejuruan, madrasah aliyyah kejuruan, atau bentuk lain yang sederajat berbentuk bidang keahlian.

2. Setiap bidang keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat terdiri atas satu atau lebih program studi keahlian.

3. Setiap program studi keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat terdiri atas satu atau lebih kompetensi keahlian. Bidang keahlian pada sekolah menengah kejuruan meliputi:


(17)

a. Teknologi dan Rekayasa

b. Teknologi Informasi dan Komunikasi c. Kesehatan

d. Agribisnis dan Agroteknologi e. Perikanan dan Kelautan f. Bisnis dan Manajemen g. Pariwisata

h. Seni Rupa dan Kriya i. Seni Pertunjukan.

Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam bidang keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Berdasarkan hasil observasi di SMK Walisongo Jepara diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI), proses pembelajaran selama ini berlangsung menggunakan metode pembelajaran dengan metode ceramah yaitu guru lebih mendominasi dalam pembelajaran (teacher centered). Sehingga siswa akan cenderung bersikap pasif dan tidak bisa mengoptimalkan keahlian yang dimiliki. Siswa juga beranggapan bahwa pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) banyak menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami, maka hal ini dapat mengakibatkan nilai hasil belajar siswa dalam


(18)

5

pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi tidak sesuai harapan, sehingga nilai hasil belajar siswa rendah, hal ini ditandai dengan nilai semester 2 yaitu sebanyak 20 siswa tuntas, dan 25 siswa tidak tuntas (data selengkapnya ada pada Lampiran 37 halaman 183). Kriteria ketuntasan mininal untuk mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Iinformasi adalah 75. Ada beberapa faktor yang menyebabkan nilai hasil belajar siswa belum sesuai dengan harapan diantaranya adalah rendahnya kualitas pembelajaran yang ditandai dengan belum diterapkannya model pembelajaran. Hal tersebut dipersulit lagi oleh suatu kondisi guru mendominasi kegiatan pembelajaran. Pembelajaran hanya sebatas pada teori saja dan kurang mengembangkan kemampuan afektif dan psikomotor siswanya.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs. Model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang mampu mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Menurut Hisyam Zaini dkk, pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif, ketika siswa aktif berarti mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs merupakan salah satu model pembelajaran yang dalam pembelajarannya lebih diarahkan pada praktik secara berpasangan untuk mempraktikan suatu ketrampilan atau prosedur dengan teman belajar, yang bertujuan meyakinkan masing-masing pasangan dapat melakukan keterampilan dengan benar.

Menurut Melvin L Silberman, salah satu cara yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan membagi peserta berpasang-pasangan


(19)

dan menyusun partner belajar. Suatu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila seorang siswa mampu mengajarkan kepada siswa lain. Model pembelajaran practice rehearsal pairs memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling mengajar dengan siswa yang lain. Dengan diterapkannya model pembelajaran practice rehearsal pairs ini, diharapkan dapat membuat siswa akan lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang semula hanya sebatas kriteria ketuntasan minimal, sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan. Oleh sebab itu, perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam apakah penerapan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga diambil judul penelitian

“PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS SISWA KELAS XII TKJ SMK WALISONGO PECANGAAN JEPARA”


(20)

7

B.

Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pelaksanaan observasi awal yang telah dilakukan di SMK Walisongo Jepara diperoleh identifikasi masalah yang meliputi siswa, guru, dan pembelajaran sebagai berikut:

a. Faktor Siswa

1) Siswa pasif dalam menerima pembelajaran, siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru.

2) Aktivitas belajar siswa rendah, belajar jika ada ulangan saja.

3) Anggapan siswa yang menyatakan pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi merupakan pelajaran yang sulit dan kurang menarik.

4) Rendahnya minat siswa terhadap pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi.

b. Faktor Guru

1) Peran guru terlalu dominan.

2) Guru hanya memberikan teori dan kurang mengembangkan kemampuan afektif dan psikomotor siswanya.

3) Kurang tepatnya guru dalam menggunakan model pembelajaran dalam pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi, selama ini guru menggunakan model pembelajaran ceramah.


(21)

c. Faktor Pembelajaran

1) Proses Belajar Mengajar (PBM) konvensional yaitu dengan metode ceramah karena mengejar target pencapaian materi.

2) Interaksi pembelajaran di kelas cenderung searah. 3) Siswa pasif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas d. Faktor Sarana dan Prasarana

1) Perpustakaan yang koleksi bukunya kurang lengkap. 2) Hotspot belum menjangkau seluruh area sekolah.

3) Belum memadahinya fasilitas penunjang dalam proses pembelajaran.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka agar penelitian ini dapat lebih terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan, penulis melakukan pembatasan masalah pada :

a. Meningkatkan hasil belajar keterampilan komputer dan pengelolaan informasi dibatasi pada standar kompetensi menggunakan perangkat lunak pembuat grafis, kompetensi dasar menunjukkan menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis dan menggunakan menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis

b. Model pembelajaran yang digunakan adalah Practice Rehearsal Pairs pada pelajaran KKPI, dengan menggunakan metode penelitian kelas.

c. Subyek yang diteliti adalah siswa kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan semester ganjil pada tahun pelajaran 2014/2015.


(22)

9

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Infomasi (KKPI)?

b. Bagaimana tanggapan siswa setelah diterapkannya model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Infomasi (KKPI)?

C.

Tujuan Penelitian

1. Untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Infomasi (KKPI) siswa kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan melalui penerapan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs.

2. Untuk mengetahui tanggapan siswa kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan setelah adanya penerapan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Infomasi (KKPI)


(23)

D.

Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah

Memberikan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah, terutama pada mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi.

2. Bagi Siswa

Dengan menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.

3. Bagi Guru

Sebagai masukan atau saran dan bahan referensi untuk memberikan variasi dalam melakukan pengajaran di kelas.

E.

Sistematika Penulisan

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami tugas akhir serta memberikan gambaran yang menyeluruh secara garis besar, sistematika tugas akhir dibagi menjadi tiga bagian. Adapun sistematikanya adalah :

1. Bagian Awal Skripsi

Bagian awal skripsi mencakup halaman sampul depan, halaman judul, abstrak, halaman pernyataan, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan daftar lampiran.


(24)

11

2. Bagian Isi

Bagian isi skripsi mengandung lima (5) bab yaitu, pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta penutup.

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka, berisi tentang teori yang memperkuat penelitian seperti teori pembelajaran dan teori model pembelajaran.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dijelaskan metode yang digunakan meliputi lokasi penelitian, instrumen, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas tentang hasil dari diterapkannya model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan Kabupaten Jepara.

BAB V: PENUTUP SKRIPSI

Pada bagian ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari pembahasan yang diuraikan diatas.


(25)

3. Bagian Akhir Skripsi

Bagian akhir dari skripsi ini sudah berisi tentang daftar pustaka dan lampiran. Isi daftar pustaka merupakan keterangan sumber literatur yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Lampiran dipakai untuk mendapatkan data dan keterangan yang melengkapi uraian skripsi.


(26)

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Tinjauan Pustaka

1. Hakekat Belajar

a. Pengertian Belajar

Dalam dunia pendidikan, belajar merupakan kegiatan yang paling pokok atau kegiatan inti. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh karena itu, setiap guru perlu memahami tentang proses belajar siswa agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang sesuai dengan siswa. Pengertian belajar banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan, mereka mengemukakan definisi belajar menurut pendapat mereka masing-masing. Slameto (2003:2) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, siswa dalam belajar seharusnya ada usaha untuk mempelajari apa yang telah didapatkan sebelumnya, sehingga terdapat proses perubahan tingkah laku dalam diri serta mendapatkan pengalaman dari interaksi dengan lingkungannya. Hamalik (2003:16) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang


(27)

terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Oleh karena itu, dalam belajar siswa seharusnya mempelajari apa yang didapatkan selama latihan atau mempelajari dari pengalaman yang telah siswa dapatkan. Berdasarkan definisi tentang belajar dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan rangkaian kegiatan atau usaha yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan dari hasil latihan atau pengalaman. Dengan demikian, diperoleh kesimpulan bahwa belajar berkaitan atau berhubungan dengan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Oleh sebab itu, apabila setelah belajar siswa tidak ada perubahan dalam tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dikatakan bahwa belajarnya belum maksimal. Sehingga harus memperhatikan beberapa tentang prinsip-prinsip dalam belajar.

b. Prinsip – Prinsip Belajar

Adapun prinsip-prinsip belajar Menurut Slameto (2003: 27-28) prinsip-prinsip belajar meliputi:

1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

b) Belajar dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.


(28)

15

2) Sesuai hakikat belajar

a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery. c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang

satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.

3)Sesuai materi yang harus dipelajari

a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksioanl yang harus dicapainya.

4)Syarat keberhasilan belajar

a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

b) Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ketrampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

Dalam prinsip belajar, guru berperan penting dalam penerapannya di kelas. Guru lebih bekerja secara aktif sehingga siswapun belajar melalui arahan-arahan. Siswa juga perlu bekerja sama agar terjadi keseimbangan komunikasi antara guru dan siswa. Maka dari itu guru harus membuat


(29)

pasangan belajar, sehingga terdapat rasa bangga atau puas yang akan timbul dari diri siswa jika ia bisa menjawab atau menjelaskan secara baik kepada teman-temannya. Rasa puas itu kemudian akan kembali memotivasi diri siswa maupun yang lain agar dapat lebih aktif lagi. Tetapi pada kenyataannya, siswa memerlukan beberapa bahan baru yang mungkin belum pernah di alami agar makna dalam belajar lebih terasa mendalam. Hal tersebut adalah tugas guru sebagai fasilitator dan motivator. Dengan kata lain, guru bertugas menerapkan prinsip-prinsip belajar agar lebih memaksimalkan hasil belajar siswa. Dengan demikian berdasarkan prinsip-prinsip belajar di atas, diperoleh sebuah pengertian bahwa siswa perlu berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Untuk menambah partisipasi aktif siswa, guru harus memperhatikan beberapa tentang hakekat pembelajaran.

2. Hakekat Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran

Menurut Warsita (2008:85), pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan siswa. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2009), pembelajaran merupakan suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Berdasarkan pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran adalah usaha yang diadakan oleh guru agar siswanya belajar atau membelajarkan siswanya agar dapat


(30)

17

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi keaktifan siswa sehingga guru dituntut untuk melakukan berbagai variasi pembelajaran agar siswa cenderung tidak merasa bosan dalam proses belajar.

b. Ciri-ciri Pembelajaran

Hamalik (1999) memaparkan tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu:

1)Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus. 2)Kesalingtergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi

dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.

3)Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan. Sistem alami seperti: ekologi, sistem kehidupan hewan, memiliki unsur-unsur yang saling ketergantungan satu sama lain, disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan tertentu. Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem adalah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif.


(31)

1)Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu perkembangan tertentu.

2)Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3)Fokus materi ajar, terarah, dan terencana dengan baik.

4)Adanya aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungya kegiatan pembelajaran.

5)Aktor guru yang cermat dan tepat.

6)Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi masing-masing.

7)Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 8)Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.

Yang menjadi kunci untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran dan guru itu sendiri. Kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dikembangkan dan diapresiasi. Mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Ketika guru sudah memahami apa yang ada dalam hakekat pembelajaran, maka akan mempengaruhi aktifnya siswa dalam proses pembelajaran, sehingga dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh, karena dalam akhir kegiatan belajar mengajar ada yang namanya hasil belajar.


(32)

19

3. Hasil Belajar

Setelah kita melakukan atau mengerjakan sesuatu, tentu kita mengharapkan apa yang dinamakan hasil. Begitu pula dengan belajar, apa yang diperoleh dari kegiatan belajar disebut hasil belajar. Menurut Suprijono (2012: 5) hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, sikap-sikap, nilai-nilai, pengertian-pengertian, apresiasi, dan keterampilan. Oleh karena itu, hasil belajar tidak hanya diperoleh dari hasil kognitif saja, tetapi juga dari afektif dan psikomotor siswanya. Sedangkan Sudjana (1989:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Oleh karena itu hasil belajar dapat meningkatkan kemampuan atau keahlian pada diri siswa, setelah siswa itu menerima pelajaran. Perlu diketahui bahwa dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 perlu diperhatikan prinsip-prinsip, pendekatan-pendekatan, dan karakteristik-karakteristik penilaian yang diamanahkan oleh Kurikulum 2013.

a. Prinsip Penilaian Menurut Kurikulum 2013

Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru pada saat melaksanakan penilaian untuk implementasi Kurikulum 2013 baik pada jenjang pendidikan dasar maupun pada jenjang pendidikan menengah adalah: 1) Sahih

Penilaian yang dilakukan haruslah sahih, maksudnya penilaian didasarkan pada data yang memang mencerminkan kemampuan yang ingin diukur.


(33)

2) Objektif

Penilaian yang objektif adalah penilaian yang didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas dan tidak boleh dipengaruhi oleh subjektivitas penilai (guru).

3) Adil

Penilaian yang adil maksudnya adalah suatu penilaian yang tidak menguntungkan atau merugikan siswa hanya karena mereka (bisa jadi) berkebutuhan khusus serta memiliki perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4) Terpadu

Penilaian dikatakan memenuhi prinsip terpadu apabila guru yang merupakan salah satu komponen tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5) Terbuka

Penilaian harus memenuhi prinsip keterbukaan di mana kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan yang digunakan dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan.

6) Menyeluruh dan berkesinambungan

Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan oleh guru dan mesti mencakup segala aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai. Dengan demikian akan dapat memantau perkembangan kemampuan siswa.


(34)

21

7) Sistematis

Penilaian yang dilakukan oleh guru harus terencana dan dilakukan secara bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku.

8) Beracuan kriteria

Penilaian dikatakan beracuan kriteria apabila penilaian yang dilakukan didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

9) Akuntabel

Penilaian yang akuntabel adalah penilaian yang proses dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. 10)Edukatif

Penilaian disebut memenuhi prinsip edukatif apabila penilaian tersebut dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan siswa.

b. Karakteristik Penilaian Menurut Kurikulum 2013 1) Belajar Tuntas

Untuk kompetensi pada kategori pengetahuan dan keterampilan, siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah siswa dapat belajar apapun, hanya waktu yang dibutuhkan yang berbeda. Siswa yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan siswa pada umumnya.


(35)

2) Otentik

Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh siswa, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh siswa.

3) Berkesinambungan

Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar siswa, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses, dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan (ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, atau ulangan kenaikan kelas).

4) Berdasarkan acuan kriteria

Kemampuan siswa tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing.

5) Menggunakan teknik penilaian yang bervariasi

Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, projek, pengamatan, dan penilaian diri.

Hasil belajar merupakan hal yang penting yang akan dijadikan sebagai tolak ukur sejauh mana keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Dari hasil belajar, guru dapat menilai apakah sistem pembelajaran yang diberikan berhasil


(36)

23

atau tidak, untuk selanjutnya bisa diterapkan atau tidak dalam proses pembelajaran. Menurut Sudjana (1989:22) hasil belajar dibagi dalam tiga ranah yaitu:

a. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek yaitu pengetahuan / ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan/ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpreatif.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang telah dicapai siswa baik kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar kognitif berasal dari nilai evaluasi guru terhadap suatu materi. Hasil belajar psikomotorik berkaitan siswa berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa, hasil belajar psikomotorik siswa diperoleh dari hasil pengamatan terhadap keterampilan siswa ketika melakukan percobaan atau eksperimen. Sedangkan untuk hasil afektif siswa, diperoleh dari hasil angket. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil


(37)

belajar banyak jenisnya tetapi secara umum dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Slameto, 2010: 54) :

a. Faktor intern

Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor intern dikelompokan menjadi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

1) Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh

2) Faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani seperti lemah lunglai, sedangkan kelelahan rohani seperti kelesuan dan kebosanan.

b. Faktor ekstern

Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1)Faktor keluarga

Faktor keluarga ini meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pengajaran, kualitas pengajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.


(38)

25

3) Faktor masyarakat

Pengaruh masyarakat ini terkait dengan keberadaan siswa dengan masyarakat. Pengaruh masyarakat ini terkait dengan keberadaan siswa dengan masyarakat. Lingkungan masyarakat dimana siswa berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi mudanya

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibagi menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang bersumber dari dalam siswa itu sendiri, baik jasmani maupun rohani sedangkan faktor ekstern yaitu faktor dari luar siswa seperti lingkungan sekitarnya. Dalam proses pembelajaran, untuk mendapatkan hasil belajar yang baik itu harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Tetapi, selain itu juga dalam proses guru mengajar, harus ada yang namanya model pembelajaran. Karena model pembelajaran sangat mempengaruhi keaktifan siswa dalam belajar dikelas.


(39)

4. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Setiap sekolah, baik sekolah dasar maupun menengah, menerapkan model pembelajaran yang berbeda-beda. Setiap guru pun selalu mempunyai cara tersendiri untuk menyampaikan materi dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Seorang guru harus mengetahui kondisi siswa di dalam kelas, bisa mengelola suasana kelas serta bisa menyesuaikan cara mengajar di kelas dengan karakter masing-masing siswa. Suprijono (2012) berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas guna mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk pada guru di kelas. Ada beberapa model-model pembelajaran yang tentu saja masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan.

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran atau model mengajar mempunyai beberapa ciri, yaitu: 1) Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya.

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.


(40)

27

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

c. Karakteristik Model Pembelajaran

Sumiyatiningsih (2006:71) menyatakan ada beberapa karakteristik model pembelajaran, diantaranya :

1) Disusun menurut teori pendidikan dan teori proses belajar dari pendekatan tertentu.

2) Mempunyai tujuan atau misi pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif didesain untuk mengembangkan proses berpikir induktif. Sementara model berpikir deduktif didesain untuk proses berpikir deduktif.

3) Dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

4) Memiliki seperangkat elemen model, yaitu: a) urutan tahap-tahap pengajaran

b) prinsip reaksi c) sistem social d) sistem pendukung

5) Memiliki dampak sebagai akibat dari penerapan suatu model pembelajaran.

Berdasarkan beragam pernyataan-pernyatan mengenai model pembelajaran menunjukan bahwa berbagai banyak cara untuk menerapkan pembelajaran efektif dan efisien. Dengan semikian, melalui pendekatan-pendekatan tersebut


(41)

diharapkan guru dapat memilih pendekatan mana yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam kondisi yang ada saat ini. Intinya para guru harus bisa menyesuaikan dengan situasi didalam kelas dan suasana hati siswa dalam proses pembelajaran. Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh guru secara tepat dan kontinyu, proses pembelajaran di kelas akan dirasakan menyenangkan baik oleh guru maupun murid. Selain ciri-ciri dan karakteristik, ada beberapa jenis atau macam model pembelajaran.

d. Jenis-Jenis Model Pembelajaran

Menurut Suprijono (2012) macam-macam model pembelajaran dijabarkan sebagai berikut.

1) Model pembelajaran langsung

Teori pendukung pembelajaran langsung (active teaching) adalah teori behaviorisme dan teori belajar sosial. Pembelajaran langsung menekankan belajar sebagai perubahan perilaku. Macam-macam pembelajaran langsung adalah sebagai berikut.

a. Ceramah, merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar.

b. Praktik dan latihan.

c. Ekspositori, merupakan suatu cara penyampaian informasi yang mirip dengan ceramah, hanya saja frekuensi pembicara lebih sedikit.

d. Demonstrasi.


(42)

29

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum, pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud. Ada banyak macam tipe pembelajaran kooperatif, diantaranya sebagai berikut:

a. Learning Starts with a Question b. Planet Question

c. Team Quiz

d. Practice-Rehearsal Pairs e. Index Card Match

f. Student Team Achievement Division (STAD) 3) Model pembelajaran berbasis masalah

Model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau discovery learning. Berdasarkan belajar penemuan, siswa didorong belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, serta didorong untuk menghubungkan pengalaman yang telah dimiliki dengan pengalaman baru yang dihadapi sehingga siswa menemukan prinsip-prinsip yang baru.


(43)

5. Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs

a. Pengertian model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs

Menurut Zaini dkk (2008:81) “Practice Rehearsal Pairs (praktik berpasangan) adalah model pembelajaran sederhana yang dapat dipakai untuk mempraktikkan suatu keterampilan atau prosedur dengan teman

belajar”. Tujuannya adalah untuk meyakinkan masing-masing pasangan dapat melakukan keterampilan dengan benar. Dalam model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs (praktik berpasangan) ada beberapa langkah atau prosedurnya, seperti yang kemukakan oleh Suprijono (2012:116) langkah-langkah atau prosedur model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs (praktik berpasangan) adalah:

1) Guru memilih satu keterampilan yang akan dipelajari oleh siswa. 2) Membentuk pasangan-pasangan yang didalamnya terdapat dua peran,

yaitu demonstrator dan pemerhati.

3) Siswa yang bertugas sebagai demonstrator mempraktikkan keterampilan yang telah ditentukan. Pemerhati bertugas mengamati dan menilai penjelasan atau demonstrasi yang dilakukan temannya. 4) Pasangan bertukar peran. Demonstrator kedua diberi kesempatan untuk

mempraktikkan keterampilan yang telah di tentukan.

5) Proses diteruskan sampai semua keterampilan atau prosedur dapat dikuasai.


(44)

31

Kemudian hal yang sama juga diungkapkan oleh Zaini dkk, (2008:84) langkah-langkah model pembelajaran praktik berpasangan adalah:

1) Pilih salah satu keterampilan yang akan dipilih oleh siswa.

2) Bentuklah pasangan-pasangan secara homogeny yang terdiri dari dua peran, yaitu a) penjelas atau demonstrator, dan b) pengecek atau pengamat.

3) Siswa yang bertugas sebagai penjelas atau demonstrator menjelaskan atau mendemonstrasikan cara mengerjakan keterampilan yang telah ditentukan. Pengecek atau pengamat bertugas mengamati dan menilai penjelasan atau demonstrasi yang dilakukan oleh temannya.

4) Pasangan bertukar peran, demonstrator kedua diberi kesempatan yang sama. Proses diteruskan sampai semua keterampilan atau prosedur dapat dikuasai.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Practice Rehearsal Pairs (praktik berpasangan) adalah model pembelajaran sederhana yang dapat dipakai untuk mempraktikkan suatu keterampilan atau prosedur dengan teman belajar. Dengan adanya teman belajar, siswa lebih terpacu untuk meningkatkan belajarnya serta bebas untuk berbagi ilmu atau bertanya dengan teman belajarnya. Setiap hal pasti ada yang namanya kelebihan dan kelemahan, begitu pula dalam model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs (praktik berpasangan) ini pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan.


(45)

b. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs

Dalam model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan, seperti model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs (praktik berpasangan). Dalam buku Cooperative Learning dalam praktik berpasangan mempunyai kelebihan diantaranya adalah dapat meningkatkan partisipasi antar siswa, interaksi lebih mudah dan lebih banyak kesempatan untuk konstruksi masing-masing pasangan. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs adalah jika antar pasangan tidak aktif maka akan sedikit ide yang muncul dan jika pasangannya banyak maka akan membutuhkan waktu yang lama.

6. Hakekat Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi (KKPI) Keterampilan komputer dan pengelolaan informasi merupakan singkatan dari Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi. Keterampilan komputer dan pengelolaan informasi adalah salah satu mata pelajaran adaptif yang diberikan kepada semua bidang keahlian di sekolah menengah kejuruan, sedangkan pada sekolah menengah atas dan sekolah menengah pertama dikenal dengan nama mata pelajaran teknologi informasi dan komputer. Mata pelajaran ini sebagai dasar pengetahuan teknologi informasi, dengan demikian generasi masa depan dapat mengikuti derap perkembangan global. Keterampilan komputer dan pengelolaan informasi sebagai upaya agar setiap insan anak bangsa “melek teknologi dan


(46)

33

perkembangan global, kita harus mengupayakan agar setiap insan anak bangsa melek informasi. Oleh karena itu mereka perlu dibekali dengan kemahiran minimal, yaitu mengoperasikan komputer untuk mengelola informasi.

a. Keterampilan komputer dan pengelolaan informasi adalah kemampuan minimal yang harus dibekalkan kepada Insan Indonesia (siswa sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat) agar mampu menggunakan komputer sebagai alat bantu untuk mengelola informasi adalah sebagai berikut :

1) Mengoperasikan Komputer

a) Menghubungkan seluruh komponen komputer dengan kabel penghubung sehingga dapat dihidupkan/dinyalakan dan dapat berfungsi.

b) Menghidupkan/menyalakan perangkat komputer.

c) Membuka dan menutup/mematikan program aplikasi pengolah kata, pengolah angka / bilangan, dan pembuat paparan.

d) Mengetik dengan 10 jari.

2) Mengelola Informasi a) Mencari informasi.

b) Mengelompokkan, mengklasifikasikan, menyimpan. c) Mengambil kembali informasi tersebut.

d) Mengemas menjadi informasi baru. e) Menyusun menjadi bahan paparan.


(47)

f) Memaparkan atau mempresentasikan informasi. g) Melakukan koneksi ke internet.

h) Bekerja menggunakan internet untuk mencari, mengumpulkan, dan merekam informasi.

b. Keterampilan komputer dan pengelolaan informasi adalah paradigma masa depan, bukan paradigma sekarang atau masa lalu. Keterampilan komputer dan pengelolaan informasi adalah satu bentuk kepedulian pengembang teknologi

Depdiknas untuk mempersiapkan anak bangsa agar “siap hidup di jamannya”.

Sejalan dengan perkembangan informasi dan teknologi, maka kemampuan minimal yang harus dibekalkan kepada siswa sekolah menengah kejuruan agar tidak ketinggalan dalam dunia Teknologi Informasi dalam penggunaan komputer sebagai alat bantu.


(48)

35

B.

Kerangka Berpikir

1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs

Pada observasi awal ke sekolah, hasil belajar siswa khususnya kelas XII TKJ pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi materi tentang Microsoft Word banyak nilai siswa yang hanya sebatas kriteria ketuntasan minimal. Model pembelajaran yang salah kemungkinan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang tidak tepat atau tidak efektif, justru akan membuat minat siswa turun terhadap mata pelajaran yang di berikan guru dalam proses pembelajaran, hal ini yang memicu hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Dengan adanya model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs, dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi. Karena model pembelajaran ini menekankan pada keaktifan, kerja sama dengan pasangan dan kedisiplinan siswa untuk mencapai hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik yang baik.

2. Tanggapan Siswa Setelah Diajar dengan Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs

Dalam kegiatan pembelajaran dikelas masih banyak ditemukan siswa yang kurang menyukai pelajaran yang diberikan oleh guru, tidak memperhatikan pelajaran yang disampaikan gurunya bahkan banyak yang asik main dengan teman sebangkunya, hal ini yang dikarenakan guru hanya


(49)

memberikan materi saja atau lebih condong ke teoritisnya. Dengan menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam pembelajaran di sekolah. karena dengan diterapkannya model pembelajaran ini, yang lebih menonjolkan aspek psikomotorik siswa dengan intensifnya praktik di laboratorium. Sehingga siswa tertarik dan memberi tanggapan baik terhadap pembelajaran Practice Rehearsal Pairs ini.


(50)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan tahun ajaran 2014/2015. Jumlah siswa di kelas tersebut sebanyak 45 siswa, 22 siswa perempuan dan 23 siswa laki-laki.

B.

Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian yang berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN

PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI) MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS SISWA KELAS XII

TKJ SMK WALISONGO PECANGAAN” merupakan penelitian tindakan

kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 4 Agustus sampai tanggal 6 September 2014.

2. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Walisongo Pecangaan yang beralamatkan di Jl. Kauman No. 1, Pecangaan Kulon, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah.


(51)

C.

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

1. Prasiklus

Pada tahap prasiklus ini, peneliti melihat pembelajaran secara langsung di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan. Dalam proses pembelajaran tersebut, masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa cenderung pasif. Guru hanya dianggap sebagai sumber belajar utama di dalam kelas. Guru seolah-olah yang bicara dan siswa hanya sebagai pendengar sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi masih rendah.

2. Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2014 di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan. Dalam siklus I langkah-langkah yang ditempuh adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan evaluasi atau refleksi yang akan lebih dijelaskan sebagai berikut:

a) Perencanaan

1)Menganalisis kurikulum untuk mengetahui Kompetensi Dasar yang akan disampaikan kepada siswa.

2)Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Kurikulum 2013 dan juga berorientasi pada Model Pembelajaran tipe Practice Rehearsal Pairs.

3)Mempersiapkan lembar soal tes siklus I.

4)Mempersiapkan instrumen observasi guru dan instrument observasi siswa.


(52)

39

5)Menetapkan indikator ketercapaian dalam proses pembelajaran. b) Pelaksanaan Tindakan

1)Melaksanakan proses pembelajaran kompetensi kejuruan materi grafis menggunakan aplikasi CorelDraw di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan dengan menggunakan Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs.

2)Guru menjelaskan materi grafis menggunakan aplikasi CorelDraw tentang menu-menu beserta fungsinya.

3)Guru membentuk pasangan-pasangan dalam setiap pasangan buat dua peran.

a. Penjelas atau pendemostrasi b. Pengecek atau pengamat

4)Setelah guru membentuk pasangan-pasangan, guru meminta kepada penjelas atau demonstrator untuk menjelaskan cara mengerjakan keterampilan yang telah ditentukan, pengecek atau pengamat bertugas mengamati dan menilai penjelasan yang dilakukan temannya.

5)Guru meminta kedua pasangan untuk bertukar peran.

6)Guru meminta siswa untuk melakukan keterampilan atau prosedur tersebut dilakukan sampai selesai dan dapat dikuasai oleh siswa.

7)Siswa secara individu diberi lembar soal tes siklus I. c) Pengamatan (Observasi)

1)Mengamati proses pembelajaran

2)Mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran 3)Mengamati keaktifan siswa dalam diskusi


(53)

4)Mengamati hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran

5)Mengamati keterampilan guru dalam menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs.

6)Menganalisis hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs.

d) Refleksi

Dalam tahap refleksi ini, sekaligus dilakukan evaluasi terhadap perubahan yang terjadi pada siswa, yaitu peningkatan hasil belajar siswa baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotori. Pada tahap ini, peneliti memproses data yang diperoleh saat observasi dan data hasil belajar siswa. Tahap refleksi direncanakan segera dilakukan setelah siswa melaksanakan posttest. Dalam refleksi , dicari kekuatan serta kelemahan pelaksanaan serta memperbaiki kekurangan. Hasil refleksi digunakan untuk memperbaiki kinerja pada siklus berikutnya

3. Siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2014 di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan. Dalam siklus II langkah-langkah yang ditempuh sama seperti siklus I, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan evaluasi atau refleksi yang akan lebih dijelaskan sebagai berikut:

a) Perencanaan

1) Menganalisis kurikulum untuk mengetahui Kompetensi Dasar yang akan disampaikan kepada siswa.


(54)

41

2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Kurikulum 2013 dan juga berorientasi pada Model Pembelajaran tipe Practice Rehearsal Pairs.

3) Mempersiapkan lembar soal tes siklus II.

4) Mempersiapkan instrumen observasi aktivitas guru dan instrumen observasi aktivitas siswa.

5) Menetapkan indikator ketercapaian dalam proses pembelajaran. b)Pelaksanaan Tindakan

1) Melaksanakan proses pembelajaran di kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan dengan menggunakan Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs.

2) Guru menjelaskan materi dalam siklus II yaitu tentang Toolbox dan kegunaanya dan praktik menggambar menggunakan aplikasi CorelDraw.

3) Guru membentuk pasangan-pasangan dalam setiap pasangan buat dua peran.

a. Penjelas atau pendemostrasi b. Pengecek atau pengamat

4) Setelah guru membentuk pasangan-pasangan, guru meminta kepada penjelas atau demonstrator untuk menjelaskan cara mengerjakan keterampilan yang telah ditentukan, pengecek atau pengamat bertugas mengamati dan menilai penjelasan yang dilakukan temannya.

5) Guru meminta kedua pasangan untuk bertukar peran


(55)

tersebut dilakukan sampai selesai dan dapat dikuasai oleh siswa. 7) Siswa secara individu diberi lembar soal tes siklus II.

c) Pengamatan (Observasi)

1) Mengamati proses pembelajaran

2) Mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran 3) Mengamati keaktifan siswa dalam diskusi

4) Mengamati hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran

5) Mengamati keterampilan guru dalam menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs

6) Menganalisis hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs

d)Refleksi

Dalam tahap refleksi ini, sekaligus dilakukan evaluasi terhadap perubahan yang terjadi pada siswa, yaitu peningkatan hasil belajar siswa baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang mengacu pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila siklus I telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka siklus II ini merupakan pembuktian dari hasil siklus I, apakah pencapaian siklus I hanya kebetulan atau benar-benar terjadi peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs. Tahap refleksi direncanakan segera dilakukan setelah siswa melaksanakan posttest II. Peneliti memproses data yang diperoleh saat observasi di siklus II, kemudian data di analisis oleh peneliti untuk menganalisis data yang ada. Hasil refleksi


(56)

43

digunakan untuk memperbaiki kinerja pada siklus berikutnya. Apabila terjadi peningkatan dari siklus I yang sesuai dengan indikator keberhasilan hasil belajar, maka tindakan dicukupkan. Apabila belum, maka tindakan akan dilanjutkan ke siklus III.

D.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nama-nama siswa yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini dan untuk memperoleh data nilai pada pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi, nilai afektif, serta psikomotorik siswa kelas XII TKJ SMK Walisongo Pecangaan.

2. Metode Observasi

Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemampuan ranah afektif dan psikomotorik siswa dilakukan dengan membuat lembar pengamatan. Lembar observasi atau lembar pengamatan adalah alat ukur yang berupa daftar aspek yang diamati dan kemudian diberi skor oleh pengamat (Widodo, 2009: 16). Lembar observasi sebelimnya diujicoba dengan dua observer untuk mengetahui reliabilitasnya. Kemampuan afektif siswa diamati setiap pembelajaran dan kemampuan psikomotorik siswa diamati ketika siswa melakukan percobaan yang telah dirancang oleh siswa. Observasi dilakukan oleh pengamat/observer sebanyak enam orang yang mengamati


(57)

selama pembelajaran berlangsung (satu observer mengamati satu kelompok yang sama)

3. Metode Tes

Tes digunakan untuk mengambil data dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi, terutama aspek kognitif siswa yaitu tingkat pengetahuan, pemahaman, dan penerapan konsep pada kompetensi dasar mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi. Alat yang digunakan untuk melakukan tes ini adalah berupa tes lembar evaluasi individu yang berupa tes obyektif pilihan ganda. Tes ini akan dilaksanakan pada akhir pertemuan di tiap siklusnya. Tes dilakukan pada pasca tindakan untuk mengetahui pencapaian konsep materi, dan siklus II untuk mengetahui pencapaian konsep materi yang belum tuntas secara keseluruhan.

4. Metode Angket

Angket adalah alat ukur yang berisi sejumlah pertanyaan (tertutup atau terbuka) yang harus dijawab oleh siswa untuk mengukur sikap, minat, pendapat, atau tanggapan siswa sesuai dengan kondisi sebenarnya (Widodo, 2009: 16).Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui apakah ada perubahan sikap setelah dilakukan pembelajaran dengan Practice Rehearsal Pairs pada mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi yang diberikan pada siswa diakhir seluruh pertemuan kegiatan pembelajaran. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menguji kebenaran, bahwa pembelajaran berjalan menarik dan menyenangkan sesuai dengan tujuan dari pembelajaran


(58)

45

E.

Analisis Instrumen Penelitian

a. Validitas Instrumen Tes

Validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes. Agar dapat diperoleh data valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid (Suharsimi Arikunto, 2005: 64). Suharsimi Arikunto (2005: 69) mengatakan bahwa tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriteria.

Untuk mengetahui kesejajaran, digunakan rumus teknik korelasi product moment menggunakan metode Pearson (Arikunto, 2005: 81), sebagai berikut:

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi

N : jumlah subyek atau responden X : skor butir

Y : skor total

∑X2

: jumlah kuadrat nilai X

∑Y2

: jumlah kuadrat nilai Y

Dalam penelitian ini, butir soal dinyatakan valid apabila koefisien korelasi (rxy) > r tabel dengan dk (derajat kebebasan (N-2))= (30-2)= 28 dan α = 5 %. Berdasarkan perhitungan validitas butir soal uji coba yang

telah diujikan terhadap 30 siswa, terdapat 40 butir soal valid dan 10 butir soal tidak valid. Hasil perhitungan validitas butir soal uji coba disajikan pada Tabel 1 dan 2.


(59)

Tabel 1 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba (Siklus I)

Validitas Nomor Soal

Valid 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50

Tidak Valid 4, 6, 11, 17, 18, 26, 31, 32, 37, 43

(Sumber: data penelitian)

Tabel 2 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba (Siklus II)

Validitas Nomor Soal

Valid 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 27, 29, 35, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50

Tidak Valid 10, 22, 25, 26, 28, 30, 33, 34, 36, 39 (Sumber: data penelitian)

b. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran suatu tes ialah proporsi yang menunjuk kepada jumlah siswa yang dapat menjawab tes dengan benar diantara semua testee (Widodo, 2009: 18). Rumus tingkat kesukaran (Widodo, 2009: 18):

,

dengan:

m : jumlah siswa yang menjawab benar N : jumlah seluruh testee


(60)

47

Interval Kriteria Tingkat Kesukaran

0,00≤P≤0,30 Sukar

0,30<P≤0,70 Sedang

0,70<P≤1,00 Mudah

Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal uji coba disajikan pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba (Siklus I)

Kriteria Nomor Soal

Sukar 43, 45, 48 (3 soal)

Sedang 1, 2, 3, 5, 8, 11, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40,

41, 44, 47, 50 (34 soal)

Mudah 4, 6, 7, 9, 10, 12, 15, 17, 26, 31, 42, 46, 49 (13 soal) \\(Sumber: data penelitian)

Tabel 5 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba (Siklus II)

Kriteria Nomor Soal

Sukar 27, 38, 45, 50 (4 soal)

Sedang 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 39,

40, 41, 42, 43, 44, 46, 47, 48, 49 (39 soal) Mudah 1, 3, 10, 12, 15, 22, 26 (7 soal) (Sumber: data penelitian)


(61)

c. Daya Beda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (upper group) dengan siswa yang kurang pandai (lower group). Soal dianggap mempunyai daya pembeda yang baik, jika soal tersebut dijawab benar oleh kebanyakan siswa pandai dan dijawab salah oleh kebanyakan siswa kurang pandai (Arikunto, 2006: 213). Makin tinggi daya pembeda soal, makin baik pula kualitas soal tersebut. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

(Arikunto, 2006)

Keterangan:

DP = daya pembeda soal

JBA = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelas atas

JBB = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelas bawah

JSA = banyaknya siswa pada kelas atas.

Tabel 6 Kriteria Daya Pembeda Soal

Interval DP Kriteria

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik


(62)

49

Hasil perhitungan daya pembeda soal uji coba disajikan pada Tabel 7 dan 8.

Tabel 7 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba (Siklus I)

Kriteria Nomor Soal

Sangat Jelek 4, 6, 11, 26, 31 43 (6 soal)

Jelek 17, 18, 32, 37 (4 soal)

Cukup 45, 46, 48 (3 soal)

Baik 1, 2, 5, 7, 8. 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 42,

44, 47, 49, 50 (36 soal)

Sangat Baik 3 (1 soal)

(Sumber: data penelitian)

Tabel 8 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba (Siklus II)

Kriteria Nomor Soal

Sangat Jelek 22, 26 (2 soal)

Jelek 30, 34 (2 soal)

Cukup 1, 10, 20, 25, 28, 33, 36, 39, 40, (9 soal) Baik 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,

21, 23, 24, 27, 29, 31, 32, 37, 38, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 50 (34 soal)

Sangat Baik 35, 43, 49 (3 soal)


(63)

d. Reliabilitas

Reliabilitas merujuk pada “keajegan” hasil pengukuran. Alat ukur

dapat dikatakan reliabel bila senantiasa memberikan hasil yang relatif sama setiap kali diterapkan pada objek yang sama, tanpa terpengaruh oleh siapa yang mengukur (Widodo, 2009: 18). Perhitungan koefisien reliabilitas digunakan pada penelitian ini adalah reliabilitas dengan rumus KR 21, Jika harga reliabilitas minimum 0,6 soal sudah dikatakan reliable (Widodo, 2009: 60).

( )

Keterangan:

r : reliabilitas instrumen k : banyaknya butir tes M : rerata skor total Vt : varians total

Tabel 9 Kriteria Reliabilitas Soal

Interval Kriteria Reliabilitas

0,80 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 ≤ r < 0,80 Tinggi

0,40 ≤ r < 0,60 Cukup

0,20 ≤ r < 0,40 Rendah


(64)

51

Hasil perhitungan reliabilitas dengan rumus KR 21, diperoleh nilai r sebesar 0,89 pada soal uji coba siklus I dan r sebesar 0,90 pada soal uji coba siklus II sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen soal reliabel.

e. Reliabilitas Lembar Observasi

Pengukuran dengan lembar pengamatan pada umumnya dilakukan oleh dua pengamat, hasil skor pengamat satu harus cocok dengan pengamat kedua, oleh karena itu reliabilitas lembar pengamatan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara dua pengamat. Salah satu cara mengukur tingkat kesepakatan itu adalah dengan korelasi peringkat Spearman (Widodo, 2009: 61).

Rumus yang digunakan adalah: Rho =

Keterangan:

Rho = reliabilitas kesepakatan

b = beda peringkat antara pengamat satu dengan pengamat kedua N = jumlah siswa yang diamati

Dalam hal ini skor masing-masing pengamat diubah menjadi peringkat dari skor tertinggi (peringkat 1) dan seterusnya sampai peringkat terbesar (skor terendah). Jika ada siswa dengan skor yang sama, peringkatnya adalah peringkat reratanya (Widodo, 2009: 62).

Beda peringkat (b) diukur dari perbedaan peringkat pengamat satu dengan pengamat kedua untuk siswa yang sama. Jika harga Rho


(1)

Lampiran 33

Uji Normalized Gain (N-Gain)

Hasil Belajar Afektif Siswa

Rumus yang digunakan:

Kriteria tingkat pencapaian

n-gain

:

0,00 - 0,29 kategori rendah

0,30 - 0,69 kategori sedang

0,70 - 1,00 kategori tinggi.

Dari data diperoleh:

Afektif

Siklus I

Siklus II

Perilaku Berkarakter

72,5

79,06

Keterampilan Sosial

77,5

85,8

Perilaku Berkarakter

Keterampilan Sosial

Dari perhitungan di atas, diperoleh

n-gain

perilaku berkarakter sebesar 0,24 yang

termasuk kategori rendah, sedangkan

n-gain

keterampilan sosial sebesar 0,37 yang

termasuk kategori sedang.


(2)

Lampiran 34

Analisis Hasil Belajar Psikomotorik Siswa

No. Nama Siswa

SIKLUS I SIKLUS II

Butir Aspek Skor Total

Butir Aspek Skor Total

A B C D A B C D

1 Ahmad Fandy Baskoro 3 2 3 3 11 3 4 4 4 15

2 Alfian Noor Hendrawan 3 3 3 4 13 4 3 4 4 15

3 Aryani Dwi Lestari 3 3 3 4 13 3 3 3 3 12

4 Aulia Syahreza Akbar 4 3 3 4 14 4 3 3 3 13

5 Bima Kencana Putra 2 2 3 3 10 3 3 3 3 12

6 Cahyaningtyas 2 2 2 3 9 3 3 4 4 14

7 Dea Amalia 3 3 3 4 13 3 3 4 4 14

8 Dina Yunita 3 3 3 4 13 3 3 3 3 12

9 Diyah Fatimah 2 2 2 3 9 3 3 3 3 12

10 Endah Fika Andryyani 3 3 3 4 13 3 4 3 4 14

11 Evi Ratnawati 2 3 3 3 11 4 3 4 4 15

12 Febriyan Ady Nugroho 3 3 3 4 13 3 4 3 3 13

13 Fifi Inayatul Khafidhoh 3 3 3 3 12 4 3 4 4 15

14 Fikryawan Wicaksono 2 2 3 3 10 3 4 4 4 15

15 Hendry Setiawan 2 2 2 3 9 3 3 3 3 12

16 Imam Syafi'i 3 3 3 3 12 4 4 4 4 16

17 Indah Ayu Ramandhani 4 3 3 4 14 3 4 4 4 15

18 Khoiron Ilmi 4 3 3 4 14 4 3 4 4 15

19 Kholidatun Ni'am 4 3 3 4 14 3 3 3 4 13

20 Lina Maulida Andini 3 3 3 4 13 4 3 3 3 13

21 Lisa Khumaidatun 2 2 2 3 9 4 3 3 3 13

22 Liya Fathiyah Ilmi 2 2 2 3 9 3 3 3 3 12

23 Malaul Karim 4 3 3 2 12 3 3 3 3 12

24 Marchellino Rhamadhan 3 2 3 3 11 4 4 3 4 15

25 M. Abdul Rofiq 3 3 3 4 13 3 4 4 4 15

26 M. Choiruddin 2 2 2 3 9 3 2 2 4 11

27 M. Ari Susilo 2 3 3 3 11 3 4 4 4 15

28 M. Fawwaz 2 3 3 3 11 4 3 3 4 14

29 M. Irvan 4 3 3 3 13 4 3 4 4 15

30 Nailis Sa'adah 4 3 3 4 14 4 4 4 4 16

31 Ni'matus Sa'diyah 4 3 3 3 13 4 3 3 4 14

32 Nor Feri Farida 3 3 3 3 12 3 3 3 3 12

33 Putra Muhammad 4 3 3 4 14 4 3 4 4 15

34 Putri Mela Soraya 3 3 3 3 12 4 4 4 4 16

35 Soni Akhmad Tanu W. 3 3 3 3 12 4 3 2 4 13

36 Sri Nur Hayati 3 3 4 4 14 3 3 4 3 13

37 Steven Aryana 3 3 4 4 14 3 3 4 3 13

38 Tri Aprilia Wulandari 3 4 3 3 13 3 4 3 4 14


(3)

40 Vika Rahmawati 3 3 3 3 12 3 3 4 3 13

41 Wiwik Widyastuti 3 3 3 3 12 4 3 4 4 15

42 Yodi Wahyu Hardiyanto 3 3 3 3 12 3 4 3 3 13

43 Yogi Saputro 2 3 3 2 10 4 4 3 4 15

44 Zaenal Efendi 3 3 3 3 12 3 4 3 3 13

45 Zulfatul Afifah 3 3 3 3 12 4 4 3 3 14

Rata- Rata Skor Tiap Aspek 2.93 2.78 2.91 3.31 11.93 3.44 3.33 3.40 3.60 13.78

Nilai psikomotorik siklus I =

x 100 = 74,58

Nilai psikomotorik siklus II =

x 100 = 86,11

Lampiran 35

Uji Normalized Gain (N-Gain)

Hasil Belajar Psikomotorik Siswa

Rumus yang digunakan:

Kriteria tingkat pencapaian

n-gain

:

0,00 - 0,29 kategori rendah

0,30 - 0,69 kategori sedang

0,70 - 1,00 kategori tinggi.

Dari data diperoleh:

Hasil Belajar

Siklus I

Siklus II

Psikomotorik

74,58

86,11

Hasil Belajar Psikomotorik

Dari perhitungan di atas, diperoleh

n-gain

hasil belajar psikomotorik sebesar 0,45 yang

termasuk kategori sedang.


(4)

Lampiran 36

Rekapitulasi Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs

No Pernyataan SS S TS STS Jumlah

Siswa 1. Pembelajaran tentang grafis (CorelDRAW) dengan

Practice Rehearsal Pairs membantu saya dalam memahami materi pembelajaran dengan baik.

12 30 3 0 45

2. Selama ini saya cepat mengalami kebosanan ketika belajar KKPI di dalam kelas, tetapi dengan adanya pembelajaran Practice Rehearsal Pairs membuat saya lebih bersemangat.

4 39 2 0 45

3. Pembelajaran grafis (CorelDRAW) dengan Practice Rehearsal Pairs mempengaruhi keterampilan saya dalam mengoperasikan aplikasi CorelDRAW menjadi lebih baik.

9 33 2 0 45

4. Saya merasa lebih tertantang untuk giat belajar dan berlatih ketika guru memberikan tugas grafis dengan menggunakan aplikasi CorelDRAW

8 32 5 0 45

5. Saya merasa adanya kompetisi antarteman dalam memperoleh nilai tertinggi ketika guru memberikan soal latihan pada saat pelajaran KKPI berlangsung

5 33 7 0 45

6. Ketika di kelas, saya lebih suka belajar materi grafis menggunakan aplikasi CorelDRAW secara berpasangan dengan partner belajar

9 19 17 0 45

7. Pemberian materi pelajaran grafis dengan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs membuat saya lebih paham dalam mengoperasikan aplikasi CorelDRAW dan mengerjakan soal yang berkaitan dengan grafis, sehingga lebih siap dalam menghadapi ulangan.

7 30 8 0 45

8. Pemberian materi pelajaran grafis dengan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs membuat saya lebih percaya diri ketika dapat mengerjakan tugas grafis dengan baik.

4 32 9 0 45

9. Dalam mengerjakan ulangan tentang materi grafis, saya mengerjakan dengan penuh percaya diri tanpa meminta bantuan teman walaupun tanpa pengawasan dari guru

4 30 11 0 45

10. Setelah dilakukan pembelajaran, saya merasa bangga bisa membuktikan sendiri apa yang saya pelajari melalui praktikum di laboratorium komputer dan menyampaikannya pada teman/guru

2 39 4 0 45

11. Saya lebih mudah memahami materi grafis dengan melakukan praktikum di laboratorium komputer

20 22 3 0 45

12. Selama pembelajaran saya selalu mengumpulkan tugas tepat waktu.

6 32 7 0 45

13. Saya selalu mencatat dan mempelajari materi apa yang diajarkan oleh guru di kelas.

2 38 5 0 45

14. Saya senang adanya variasi dalam pembelajaran KKPI 20 23 2 0 45 15. Saya menginginkan guru membuat pembelajaran yang

sama untuk materi pelajaran yang lain

4 30 11 0 45

Jumlah 116 462 97 0 675


(5)

Lampiran 38


(6)

Lampiran 39


Dokumen yang terkait

PERBAIKAN PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI) MENGGUNAKAN METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE DAN REVIEW (SQ3R) PADA SISWA KELAS XII SMK ISLA

0 6 99

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI 023903 BINJAI.

0 2 29

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS PADA MATA PELAJARAN PENGELASAN PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 2 23

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS (PRP) TERHADAP HASIL BELAJAR Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs (Prp) Pada Siswa Kel

0 2 11

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS PADA MATA PELAJARAN SAINS KELAS VA SD NEGERI 104202 BANDAR SETIA.

0 2 23

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PRACTICE REHEARSAL PAIRS PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Penerapan Strategi Practice Rehearsal Pairs Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Kalimati Juwangi Boyolali Tahun Ajar

0 1 15

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PRACTICE REHEARSAL PAIRS PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Penerapan Strategi Practice Rehearsal Pairs Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Kalimati Juwangi Boyolali Tahun Ajar

0 1 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS (PRAKTEK BERPASANGAN) UNTUK MENINGKATKAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS (PRAKTEK BERPASANGAN) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG KOPERASI PADA MATA PELAJARAN IPS KE

0 0 15

EFEKTIVITAS TEKNIK PRAKTEK BERPASANGAN (PRACTICE REHEARSAL PAIRS ) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

2 4 41

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) KELAS XI TKJ DI SMK NEGERI 1 SINE.

0 9 255