Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri Perkembangan Kontrol diri Individu

Dalam mengontrol diri, beberapa aspek kontrol diri yang dimiliki oleh individu yakni mampu mengendalikan diri dengan dapat mengelola informasi yang diperoleh dengan baik, mengendalikan stimulus, mengantisipasi suatu peristiwa, menafsirkan suatu peristiwa dan mengambil sebuah keputusan yang tepat. Menurut Logue Forzano dalam Suminar dan Aroma 2012 Ciri remaja yang mampu memiliki kontrol tinggi diri adalah sebagai berikut: a. Tekun dan tetap bertahan dengan tugas yang harus dikerjakan, walaupun mengahadapi banyak hambatan. b. Dapat mengubah perilaku menyesuaiakan dengan aturan dan norma yang berlaku dimana ia berada. c. Tidak menunjukkan perilaku yang emosional atau meledak-ledak. d. Bersifat toleran atau dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang tidak dikehendaki. Aspek-aspek kontrol diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan aspek-aspek pengendalian diri menurut pendapat Averill 1973 dalam Ghufron, 2014:31 yaitu kemampuan mengontrol perilaku, kemampuan mengontrol stimulus, kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian, kemampuan menafsirkan suatu peristiwa atau kejadian, kemampuan mengambil keputusan.

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri

Kontrol diri dalam individu secara garis beras dipengaruhi oleh beberapa faktor terdiri dari faktor internal dari diri sendiri dan faktor eksternal lingkungan individu. 1 Faktor internal Faktor intrenal yang mempengaruhi kontrol diri seseorang adalah faktor usia dan kematangan. Semakin bertambahnya usia seseorang makan akan semakin baik kontrol dirinya, individu yang matang secara psikologis juga akan mampu baik mengontrol perilakunya karena telah mampu mempertimbangkan mana hal yang baik dan yang tidak baik bagi dirinya. 2 Faktor eksternal Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga terutama orangtua akan menentukan bagaimana kemampuan kontrol diri seseorang. Ghufron, 2014: 32. Dalam mengontrol diri, individu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi kontrol diri tersebut meliputi faktor dari dalam diri sendiri dan dari luar diri individu. Faktor dari dalam diri seperti usia, memberikan pengaruh terhadap bagaimana individu mengendalikan dirinya, kedewasaan usia seseorang akan semakin baik dalam mengendalikan dirinya. Faktor lingkungan memberikan peranan yang penting dalam kontrol diri yang dimiliki oleh individu.

2.2.5 Perkembangan Kontrol diri Individu

Kontrol diri menggambarkan kemampuan individu untuk mengontrol lingkungan sebagai kebutuhan intrinsik. Peranan kontrol diri selain dapat mereduksi efek psikologis yang negatif yang bersumber dari stressor ligkungan, kontrol diri juga dapat digunakan sebagai suatu intervensi yang bersifat pencegahan preventif. Wandersman dalam Holahan Wandersman, 1987 dalam Thalib 2010:112 menggolongkan strategi yang dapat digunakan untuk memaksimalkan kontrol diri yaitu: 1. Membuat atau memodifikasi lingkungan menjadi responsif atau menunjang tujuan-tujuan yang ingin dicapau oleh individu. Pada prinsipnya arah ini menempatkan objek lingkungan sebagai sentral atau pusat pengembangan. 2. Memperbanyak informasi dan kemampuan untuk menghadapi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan. Subjek atau individu menjadi fokus atau sentral pengembangannya. Misalnya, melatih diri mengantisipasi hal-hal atau kondisi yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang 3. Menggunakan secara lebih efektif kebebasan memilih dalam pengaturan lingkungan. Dalam kehidupan individu sejak dilahirkan dan tumbuh berkembang, individu mempelajari banyak hal dalam hidupnya. Hal terpenting yang berperan bagi perkembangan diri seorang individu adalah diri self yang merupakan bagian dari proses terbentuknya kontrol diri self control. Perilaku anak pertama kali, dikendalikan oleh kekuatan eksternal. Tindakan mereka sebagaian besar dipengaruhi oleh perintah dari orang tua dan lingkungan Vasta dkk, 1992 dalam Ghufron, 2014:26. Intervensi dari orang tua dalam perkembangan kontrol diri individu berkedudukan penting, hal ini karena pendidikan individu yang pertama dan utama diterima dari orang tua,. Remaja yang dapat mengendalikan diri dengan baik, dapat diamati dari cara mereka melampiaskan gejolak emosional secara tepat. Remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosional bila pada masa akhir remajanya emosinya tidak meledak dihadapan orang lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkannya dengan cara-cara yang lebih diterima dan tidak mengganggu orang lain Hurlock 1973, dalam Ghufron, 2014:28. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kontrol diri seorang individu mengalami perkembangan. Sejak individu dalam masa anak- anak, kontrol diri menggunakan kendali dari luar orang tua atau orang dewasa lainnya hingga hal tersebut terinternalisasi dalam diri sendiri. Seiring dengan bertambahnya usia, individu memiliki banyak hubungan dengan orang lain, sehingga mereka memiliki banyak pengetahuan dan wawasan dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga akan banyak kendali eksternal control eksternal yang mereka miliki. Kontrol eksternal yang telah menjadi bagian dari individu akan membantu mereka dalam berperilaku agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong dan diancam seperti halnya hukuman yang dialami ketika masa anak-anak. Kemampuan kontrol diri individu mengalami perkembangan. Sejak individu dalam masa anak-anak, kontrol diri yang mereka terapkan merupakan intervensi dari luar yakni orang tua yang diinternalisasikan dalam dirinya. Berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan dalam pertambahan usia memiliki peranan yang penting menambah wawasan dan pengetahuan untuk mengembangkan kontrol diri, sehingga menjadi kendali eksternal yang nantinya akan membantu individu dalam bertingkah laku agar dapat sejalan dengan lingkungan sosial tanpa memerlukan bimbingan, pengawasan, dan ancaman seperti masa kanak-kanak.

2.3 Pondok Pesantren dan Santri

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA SECURE ATTACHMENT DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN SELF DISCLOSURE PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL MUAYYAD SURAKARTA

5 43 91

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT SKABIES DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD Hubungan Antara Penyakit Skabies Dengan Tingkat Kualitas Hidup Santri Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta.

0 1 13

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT SKABIES DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD Hubungan Antara Penyakit Skabies Dengan Tingkat Kualitas Hidup Santri Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta.

0 4 14

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI ANTARSANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA: Analisis Kesantunan Berbahasa Dalam Interaksi Antarsantri Putri Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta: Kajian Pragmatik.

0 2 15

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI ANTARSANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA: Analisis Kesantunan Berbahasa Dalam Interaksi Antarsantri Putri Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta: Kajian Pragmatik.

0 1 15

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SANTRI KELAS X PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA YANG PERTAMA KALI TINGGAL DI PONDOK PESANTREN.

0 0 19

ANALISIS PEMBELAJARAN SEJARAH DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA (Studi Kasus Kelas X SMA Al-Muayyad Surakarta).

0 0 16

Analisis Pembelajaran Sejarah Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta (Studi Kasus Kelas X Sma Al-Muayyad Surakarta) COVER

1 3 16

STRATEGI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DALAM SISTEM PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

0 1 89

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ADIL GENDER DI PONDOK PESANTREN AL – MUAYYAD SURAKARTA

0 1 16