Posisi peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit: Moleong 2012: 168 kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus
merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Hal ini selaras dengan
pendapat Bungin 2001: 71 pada penelitian kualitatif, intrumen satu-satunya adalah peneliti itu sendiri. Dalam hal ini peneliti sebagai instrumen ketika
penggalian data di lapangan, peneliti menggunakan pedoman observasi dan pedoman wawancara sehingga diperoleh data lapangan yang terarah, menyeluruh
dan mendalam.
3.7 Metode dan Alat Pengumpul Data
3.7.2 Metode Pengumpul Data
Dalam hal metode pengumpul data Creswell 2014: 267-270 menyatakkan bahwa jenis-jenis data yang akan dikumpulkan oleh peneliti pada
penelitian kualitatif mencakup dalam hal pengumpulan beragam jenis data dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk mengumpulkan informasi di lokasi
lapangan. Prosedur-prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif melibatkan empat jenis strategi, yakni observasi, wawancara, dokumentasi dan
audio visual. Metode pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur structured interview, observasi serta dokumentasi.
3.7.1.1 Wawancara Terstruktur Structured Interview
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpul data yang berguna untuk mengumpulkan data verbal. Menurut Moleong 2012: 190,
“wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan dia
jukan.” Sementara Sugiyono 2012
: 319 menyatakan bahwa, “wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.” Sehingga dapat dipahami bahwa wawancara terstruktur dilakukan manakala peneliti telah
menetapkan informasi yang akan dicari. Dalam penelitian ini, masalah yang akan diteliti adalah kemampuan mengontrol perilaku, kemampuan mengontrol
stimulus, kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian, kemampuan manafsirkan peristiwa atau kejadian, dan kemampuan mengambil keputusan santri
putri jenjang pendidikan SMP di pondok pesantren Al Muayyad Surakarta. Pengumpulan data melalui interviu menurut Sutoyo 2009: 137-139
memiliki kelebihan yaitu: 1 Metode terbaik untuk menilai keadaan pribadi
2 Tidak dibatasi oleh tingkatan umur dan pendidikan subjek yang sedang diteliti
3 Terkadang menjadi metode primer dan pelengkap 4 Sebagai alat verikasi terhadap data observasi, kuesioner dan lain-lain
5 Dapat dilaksanakan sambil melakukan observasi
Selanjutnya Sutoyo 2009: 139-141 juga mengungkapkan kelemahan dari wawancara sebagai berikut:
1 Kurang efesien
2 Tergantung dengan ketersediaan, kemampuan dan waktu yang tepat
dari interviewee 3
Jalan dan interviu sangat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan sekitar yang memberikan tekanan yang mengganggu
4 Membutuhkan interviewer yang benar-benar menguasai bahasa
interviewee 5
Akan membutuhkan banyak interviewer jika pendekatan „sahabat karib‟ dilakukan maka meneliti masyarakat yang heterogen
6 Sulit menciptakan situasi yang terstandar sehingga kehadiran
interviewer tidak mempengaruhi responden dalam memberikan jawaban.
Untuk mengatasi permasalahan selama melakukan wawancara, peneliti menggunakan perekam data berupa lembar catatan lapangan dan handphone
sebagai alat bantu merekam. Setelah selesai melakukan wawancara, peneliti akan mencatat pada buku catatan lapangan dan menganalisis hasil wawancara
serta memilah-milah data yang diperoleh. 3.7.2.1
Observasi Metode observasi merupakan metode yang digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan data yang dilakukan dengan melihat subyek peneltian pada keadaan alamiah. Sedangkan Sutoyo 2009: 112 menyatakan bahwa observasi adalah
proses pengamatan yang disertai dengan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dan gejala-gejala yang perlu diamati. Tujuan utama dari observasi adalah
mengamati tingkah laku manusia sebagai peristiwa aktual yang memungkinkan kita memandang tingkah laku sebagai proses dengan mengandalkan pengamtan
dan ingatan penelti. Namun penelti akan menggunakan bantuan catatan-catatan dan alat elektronik seperti kamera.
Sugiyono 2012: 310-312 membagi observasi menjadi tiga macam yaitu a observasi partisipasif yaitu observasi dimana peneliti terlibat dengan
kegiatan sehari-hari orang yang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian, b observasi terus terang dan tersamar adalah observasi dimana
peneliti dalam mengumpulkan data terkadang berterus terang bahwa dia melakukan penelitian tetapi terkadang tidak berterus terang, dan c observasi tak
terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis hal yang diamati karena fokus penelitiannya belum jelas.
Penelitian ini menggunakan metode observasi terus terang dan tersamar, karena peneliti terkadang hanya mengamati perilaku santri putri jenjang
pendidikan SMP di Pondok pesantren Al Muayyad Surakarta dan terkadang turut serta dalam kegiatan yang dilakukan santri. Dengan metode ini, peneliti
memperoleh gambaran yang nyata mengenai perilaku santri dalam kehidupan sehari-hari di pondok pesantren.
3.7.2.1 Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data melalui peninggalan tulisan berupa arisp-arsip, buku-buku dan surat kabar sebagai bukti yang
menunjukkan peristiwa atau kegiatan yang berhubungan dengan penelitian ini. Moleong 2012: 216 menyatakan dokumen adalah sumber data berupa bahan
tulis ataupun film yang dapat berupa dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dalam hal ini dokumen akan penelti peroleh dari berbagai sumber seperti buku
perpustakaan, arsip dan artikel yang didapatkan dari internet, artinya dokumen adalah sumber data yang berupa bahan-bahan tertulis meliputi transkrip, catatan-
catatan, surat kabar, majalah dan sebagainya Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dokumen bukti catatan mengaji santri, tata tertib pondok,
foto-foto, website resmi Pondok Pesantren meliputi profil, jumlah santri, sarana dan prasarana.
3.7.2 Alat Pengumpul Data