Kemampuan Mengantisipasi suatu Peristiwa atau Kejadian

berusaha menjalankan kewajibannya untuk sekolah, telah mampu menyelesaikan target khataman. Semenjak masuk pada ajaran baru kelas IX subjek bertekad memperbaiki kesalahan yang pernah dibuatnya, bergaul dengan orang-orang baru yang dapat memberikan pengaruh positif terhadapnya. Lain hal dengan subjek AR, meskipun kerap berkunjung ke mall tidak lantas memicu dirinya untuk melanggar peraturan seperti blandang, menggunakan pakaian yang tidak diperbolehkan seperti menggunakan celanaa jeans, menonton bioskop dsb. Ia berusaha untuk menekan hal-hal beresiko. Sedangkan subjek AL merasa terbebani awalnya merasa tidak kuat karena berasal dari daerah desa yang jauh dari tempat hiburan sehingga hal-hal tersebut terasa asing namun seiring penyesuaian dengan keadaan, pergaulan dengan teman dekat mau tidak mau harus dihadapi, karena hal tersebut bersinggungan langsung dengan kehidupannya di pondok. Subjek menuturkan tindakan yang ia lakukan banyak terpengaruh oleh teman-teman dekatnya. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, berbagai macam kemampuan mengontrol stimulus yang di terima ketiga yakni AM, PJ dan AL subjek kurang dapat memberikan filter terhadap hal-hal yang diperoleh dari luar dirinya, belum adanya kesadaran tegas kemampuan untuk mencegah atau menjauhi stimulus secara tegas. Sedangkan subjek SM dan AR memiliki kemmapuan mengontrol stimulus dengan baik.

4.2.3 Kemampuan Mengantisipasi suatu Peristiwa atau Kejadian

Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian merupakan kemampuan untuk mempertimbangkan akibat dari suatu tindakan, seolah dapat membentengi peristiwa yang belum terjadi, kemampuan ini dapat terbentuk dari kejadian masa lalu, pengalaman orang lain, memiliki keberanian untuk memodifikasi sikap, tindakan, atau perilaku yang dapat menghasilkan konsekuensi buruk serta memiliki kesiapan fisik dan mental dalam melakukan yang tepat terhadap suatu kejadian tak terduga. Kemampuan santri dalam menghadapi perkembangan zaman dengan pengaruh dari luar yang kuat mengingat letak dan kondisi pondok berada di perkotaan menjadikan tantangan tersediri bagi santri, secara tidak langsung gaya hidup dan cara pandang mengalami perkembangan menyeseuaikan dengan lingkungan. Menyikapi hal tersebut subjek SM menjadikan kesempatan mengenyam pendidikan di pondok pesantren sebagai bekal pada kehidupan selanjutnya, bekal ilmu yang didapatkannya menjadi pedoman, filter tingkah lakunya baik sisi tutur bicara, berpikir dan bertindak. Subjek SM membatasi interaksi dengan lingkungan di luar pondok untuk mengantipasi terserapnya pengaruh yang muncul terlebih hal yang bersifat duniawi, meskipun ia terkadang dianggap ketinggalan jaman, tidak up to date. Berbeda hal dengan keempat subjek yakni AM, PJ, AR, dan AL, Subjek AM menyadari posisi sebagai seorang remaja yang labil, mudah terpengaruh dengan perkembangan jaman, penampilannya yang terkadang tidak berpakaian rapi sesuai dengan predikat santri Al Muayyad dipengaruhi oleh pergaulannya di luar pesantren. Semenjak di pindah kamar, mulai nampak perilaku yang menggambarkan ia mulai memahami situasi baru, menyesuaikan dengan karakter orang disekitarnya dan mulai menjaga jarak, membatasi interaksi dengan teman- teman dekat sebelumnya yang ia nilai mempunyai pengaruh kuat dalam berperilaku yang kurang baik. Subjek PJ dalam kemampuan mengantipasi peristiwa atau kejadian ia belum mampu memperitimbangkan dengan baik akibat suatu tindakan, ia menyatakan banyak godaan ketika berada di pondok, letak pondok sangat dekat dengan tempat hiburan seperti mall dan warnet yang mudah untuk diakses hal ini menjadikan tantangan tersendiri bagi subjek dalam mengantisipasi kejadian, subjek PJ menyatakan pernah melakukan pelanggaran berupa blandang atau keluar dari pondok tanpa izin baik itu keluar hanya di sekitar lingkungan pondok maupun pulang ke rumah. Saat subjek ditanya memangnya tidak ditanya oleh orang tua kalau tiba-tiba pulang ke rumah, subjek menuturkan sesampainya di rumah ketika ditanya oleh orang tua mengenai perizinan pulang subjek menjelaskan bahwa ia sudah izin dengan pengurus pondok dan diperbolehkan untuk pulang padahal peraturan pondok mengenai kepulangan, santri putri wajib dijemput oleh orang tua atau wali. Mengenai tindakan blandang yang ia lakukan pada kondisi tertentu misal saat jam kosong ia dan teman-temannya jalan-jalan disekitar pondok, padahal terdapat perizinan khusus ketika sore dan dijaga oleh pengurus dengan mengisi buku catatan yang berupa jam keluar, jam kembali, tempat tujuan yang dibatasi berjarak kurang lebih 1 km dari pondok. Subjek AR berusaha memfilter pengaruh yang diperolehnya dari luar diri seperti ketika melihat style pakaian yang sedang tren di kalangan remaja misal menggunakan pakaian yang membentuk lekuk tubuh, celana pendek, dsb. Hal ini terlihat pada subjek ketika berada di rumah ia berusaha untuk tetap mengenakan jilbab ketika keluar rumah meskipun teman-teman sebaya yang berada di lingkungan rumahnya hanya mengenakan jilbab saat berada di sekolah dan AL belum cukup memiliki pendirian atas tindakan yang akan diambil, masih cenderung mengikuti yang dilakukan oleh teman-temanya sehingga subjek belum dapat sepenuhnya memikirkan apa yang akan terjadi di depannya. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, terlihat bahwa beragam kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian yang dimiliki oleh kelima subjek seperti dengan membatasi interaksi dengan lingkungan di luar pondok pesantren untuk mengantisipasi pengaruh yang ditimbulkan, memberikan filter terhadap apa yang diterima dari luar, namun terdapat subjek yang belum mengantisipasi peristiwa atau kejadian dengan baik hal ini terlihat saat subjek mengabaikan resiko yang akan diterimanya akibat dari pelanggaran yang dilakukan.

4.2.4 Kemampuan Menafsirkan suatu Peristiwa atau Kejadian

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA SECURE ATTACHMENT DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN SELF DISCLOSURE PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL MUAYYAD SURAKARTA

5 43 91

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT SKABIES DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD Hubungan Antara Penyakit Skabies Dengan Tingkat Kualitas Hidup Santri Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta.

0 1 13

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT SKABIES DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD Hubungan Antara Penyakit Skabies Dengan Tingkat Kualitas Hidup Santri Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta.

0 4 14

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI ANTARSANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA: Analisis Kesantunan Berbahasa Dalam Interaksi Antarsantri Putri Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta: Kajian Pragmatik.

0 2 15

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI ANTARSANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA: Analisis Kesantunan Berbahasa Dalam Interaksi Antarsantri Putri Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta: Kajian Pragmatik.

0 1 15

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SANTRI KELAS X PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA YANG PERTAMA KALI TINGGAL DI PONDOK PESANTREN.

0 0 19

ANALISIS PEMBELAJARAN SEJARAH DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA (Studi Kasus Kelas X SMA Al-Muayyad Surakarta).

0 0 16

Analisis Pembelajaran Sejarah Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta (Studi Kasus Kelas X Sma Al-Muayyad Surakarta) COVER

1 3 16

STRATEGI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DALAM SISTEM PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

0 1 89

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ADIL GENDER DI PONDOK PESANTREN AL – MUAYYAD SURAKARTA

0 1 16