kenakalan yang dilakukan oleh remaja di pondok pesantren meskipun dalam hal subjek yang diteliti berbeda namun sasaran yang diteliti mengenai kontrol diri
yang dimiliki oleh remaja sehingga muncul perilaku menyimpang. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Muniroh 2013: 80
menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara kontol diri dan perilaku disiplin pada santri komplek N pondok pesantren Yayasan Ali Maksum,
hal ini berarti bahwa dengan kontrol diri yang baik, mampu mengontol perilaku seseorang untuk menghindari pelanggaran sehingga meningkatkan perilaku
disiplin seseorang. Selain itu terdapat penelitian lain oleh Jaelani 2013: 58 hasil penelitian meunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara religiositas dengan
kontrol diri, semakin tinggi tingkat religiositasnya maka semakin tinggi pula tingkat kontrol dirinya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dalam penelitian ini
berfungsi sebagai salah satu aspek yang digunakan untuk menentukan aspek kontrol diri yang dimiliki oleh santri putri jenjang pendidikan SMP di Pondok
Pesantren Al-Muayyad Surakarta.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Kontrol Diri
Dalam sub bab ini dibahas tentang kontrol diri yang meliputi pengertian kontrol diri, jenis
kontrol diri
, aspek-aspek dalam
kontrol diri
, faktor-faktor yang mempengaruhi
kontrol diri
dan perkembangan
kontrol diri
individu.
2.2.2 Pengertian Kontrol Diri
Setiap individu tentunya memiliki berbagai tuntutan pemenuhan kehidupannya baik dari kebutuhan paling dasar hingga puncak kebutuhan manusia
yang ingin tercapai pemenuhannya dengan baik sesuai dengan harapan, menyikapi hal ini, individu memerlukan kontrol diri atau kendali diri. Kontrol diri harus
dimiliki oleh setiap individu, mengingat pengaruh dan tuntutan perkembangan zaman dimana tidak jarang individu akan menghalalkan segala cara untuk
mencapai kebutuhannya, selain itu kontrol diri dimaksudkan agar dalam proses pemenuhan kebutuhannya tidak mengganggu hak orang lain atau tata tertib sosial
di masyarakat. Kontrol diri dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah
laku. Pengendalian tingkah laku mengandung makna yaitu, melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu untuk
bertindak. Semakin tinggi kontrol diri semakin intens pengendalian terhadap tingkah laku Ghufron, 2014: 25. Kontrol diri diartikan sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan oleh individu dalam melakukan pertimbangan sebelum bertindak, mencoba mengarahkan dirinya dalam mengendalikan keputusan yang akan
ditempuh dalam bertindak hal ini dilakukan untuk mengendalikan perilaku. Pendapat lain mengatakan bahwa kontrol diri merupakan kemampuan
untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekan atau merintangi implus-implus atau tingkah laku impulsif Chaplin, 2011: 451.
Dalam hal ini diartikan bahwa kemampuan individu untuk menekan atau membatasi stimulus-stimulus yang ada untuk mengarahkan tingkah lakunya
sendiri. Sejalan dengan pendapat tersebut Zulkarnaen, 2002: 11, menjabarkan bahwa kontrol diri dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah
laku. Pengendalian tingkah laku mengandung makna yaitu melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu untuk
bertindak. Semakin intens pengendalian tingkah laku, semakin tinggi pula kontrol diri seseorang.
Kontrol diri yang dimiliki oleh individu dapat pula membantu mereka dalam menjalankan tuntutan di lingkungan. Dengan memiliki kontrol diri yang
baik, individu dapat mengarahkan perilaku, mengoptimalkan peranan mereka serta dapat menahan diri untuk tidak berbuat hal-hal yang bertentangan bahkan
melanggar norma dan kaidah yang dianut di lingkungannya. Kontrol diri melibatkan kemampuan remaja untuk berperilaku yang tidak impulsif, dapat
memikirkan resiko dari perilakunya, berusaha mencari informasi sebelum mengambil keputusan, serta tidak mengandalkan kekuatan fisik dalam
menyelesaikan masalah Goldfriend dan Merbaum dalam Ghufron 2014: 22 mendefinisikan
kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah
konsekuensi positif. Calhoun dan Acocella dalam Ghufron, 2014: 22 mendefinisikan kontrol diri sebagai “pengaturan proses-proses fisik, psikologis,
dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri”. Kontrol diri merupakan cakupan dari keseluruhan proses yang
membentuk dalam diri individu yang berupa proses pengaturan fisik, psikologis dan perilaku.
Ronen 1993 dalam Safaria, 2004: 109 Kontrol diri diartikan sebagai proses yang terjadi ketika dalam situasi tanpa batasan dari lingkungan eksternal
anak melakukan suatu jenis perilaku yang sebelumnya sedikit tidak mungkin muncul dibandingkan perilaku alternatif lainnya. Maksudnya adalah bahwa anak
mampu memunculkan perilaku yang diinginkan secara mandiri tanpa kontrol diri dari orang lain. Dapat diartikan pula bahwa anak secara mandiri mampu
memunculkan perilaku positif ketika situasi yang ada memungkinkan memunculkan perilaku yang negatif. Kemampuan kontol diri yang terdapat pada
diri anak memerlukan peranan penting interaksi anak dengan orang tua, guru, dan lingkungannya agar membentuk kontrol diri anak yang matang, hal tersebut
dibutuhkan karena ketika anak diharuskan untuk memunculkan perilaku baru dan mempelajari perilaku tersebut dengan baik.
Terdapat dua langkah penting menurut Ronen, 1993 dalam Safaria, 2004: 110 dalam pengembangan keterampilan kontrol diri pada anak. Pertama kontrol
orang dewasa terhadap perilaku anak memberikan model bagi anak dalam cara menaati aturan-aturan dan norma yang ada, dan kedua adanya pengaruh
perkembangan keterampilan verbal anak yang dapat mendorong anak untuk memulai mengendalikan perilakunya sendiri melalui self-talk. Perkembangan
keterampilan kontrol diri anak Safaria, 2004: 112 adalah keluarganya, terutama orang tua. Anak menjadikan orang tua sebagai model, anak secara langsung
belajar dan meniru keterampilan pengendalian diri akan cenderung membesarkan
anak-anak yang kekurangan keterampilan bagaimana harus mengontrol dirinya. Keadaan ini cenderung mendorong anak mengembangkan gangguan-gangguan
perilaku atau penyimpangan perilaku pada masa depannya. Dari beberapa pengertian yang telah disajikan diatas, kontrol diri dapat
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memahami situasi diri dan lingkungannya serta mengarahkan tingkah laku sendiri agar dapat mengontrol
tingkah laku impulsif sehingga perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi di lingkungannya. Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, maka kontrol diri
dalam penelitian ini memiliki maksud sebagai kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mengarahkan dirinya dalam menekan tingkah laku impulsif
melalui pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu untuk bertindak dan memikirkan resiko dari perilaku terhadap norma di lingkungannya.
2.2.3 Jenis dan Aspek Kontrol Diri