Keterkaitan Antara Pembangunan Pertanian dan Kemiskinan

23 adalah yang tidak memenuhi 10 hak dasar, antara lain pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan perumahan, disamping standar pendapatan sebesar US 1 per hari. 1 Sedangkan BPS 1992 menggunakan ukuran konsumsi energi minimum sebanyak 2100 kilo kalori per kapita per hari dan pengeluaran minimal untuk perumahan, pendidikan, kesehatan dan transportasi sebagai batas miskin. Besaran tersebut disesuaikan setiap tahun menurut perubahan harga-harga barang atau tingkat inflasi. Seseorang yang memiliki pengeluaran berada di bawah garis kemiskinan tersebut diklasifikasikan sebagai penduduk atau rumah tangga miskin. Untuk tahun 2003, BPS menetapkan batas kemiskinan sebesar Rp. 143 455 per orang untuk rumah tangga di kota dan Rp. 108 725 per orang untuk rumah tangga di desa. Sayogyo menggunakan ukuran ekivalen beras 240 kilogram dan 360 kilogram per kapita per tahun sebagai garis kemiskinan untuk masing-masing daerah perdesaan dan daerah kota Arief, 1990. Standar ukuran kemiskinan seperti disebutkan diatas terkait pengukuran kemiskinan dalam pengertian absolut.

2.4. Keterkaitan Antara Pembangunan Pertanian dan Kemiskinan

Peran sektor pertanian dalam mengurangi kemiskinan dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Secara langsung pembangunan pertanian akan meningkatkan produktivitas pertanian melalui peningkatan produktivitas faktor total. Peningkatan produktivitas pertanian akan meningkatkan pendapatan petani dan lebih lanjut akan menurunkan kemiskinan. Sedangkan peran secara tidak langsung adalah melalui sektor non pertanian. Pembangunan sektor pertanian pada awalnya akan mempengaruhi pertumbuhan sektor pertanian dan pertumbuhan ekonomi secara agregat dan selanjutnya akan mengurangi kemiskinan. Komponen yang mempengaruhi produktivitas faktor adalah kapital fisik, infrastruktur, sumberdaya manusia, pendidikan, R D, kepadatan populasi perdesaan serta perubahan teknologi Binswanger et al., 1987; Mundlak et al., 1997. 1 http: unstats.un.orgunsdmiMDG20Book.pdf 24 Tetapi apakah penambahan pendapatan yang disebabkan oleh peningkatan produktivitas pertanian tersebut akan mampu mengurangi kemiskinan, tergantung dari pola konsumsi dan investasi masyarakat. Jika penambahan pendapatan terjadi pada masyarakat golongan miskin dan dibelanjakan untuk barang-barang domestik, pertumbuhan sektor pertanian akan menjadikan sektor non pertanian di perdesaan tumbuh. Melalui pengganda tenaga kerja hal ini akan berdampak pada pengurangan kemiskinan. Namun apabila hasil pembangunan pertanian tersebut menghasilkan peningkatan pendapatan bagi masyarakat golongan kaya, faktor penting yang akan mempengaruhi kemiskinan adalah pola pembelanjaan dari penambahan pendapatan tersebut. Jika berupa investasi domestik yang padat tenaga kerja, maka pertumbuhan akan terjadi dan masyarakat miskin akan memperoleh manfaat dari lapangan kerja yang diciptakan. Tetapi jika dibelanjakan untuk barang-barang impor atau diinvestasikan ke luar negeri, maka stimulus terhadap pertumbuhan akan kecil dan tidak akan berdampak positip terhadap pengurangan kemiskinan. Oleh karena itu pola distribusi peningkatan pendapatan stimulus awal merupakan faktor penting bagi pertumbuhan selanjutnya dan pengurangan kemiskinan. Kontribusi pembangunan sektor pertanian terhadap pengurangan kemiskinan tergantung dari arah distribusi pendapatan masyarakat, apakah manfaat pembangunan lebih banyak mengarah ke masyarakat golongan kaya, atau sebaliknya ke masyarakat golongan miskin. Selain itu juga tergantung dari distribusi alokasi peningkatan pendapatan. Pembangunan pertanian akan memiliki kontribusi baik bagi pertumbuhan maupun bagi pengurangan kemiskinan, jika buah dari stimulus produktivitas awal dibelanjakan lagi melalui investasi dan konsumsi domestik pada produk-produk yang bersifat padat tenaga kerja dan rendah ketergantungannya pada impor. Selain kedua faktor tersebut, kontribusi pertumbuhan sektor pertanian juga sangat dipengaruhi oleh ketidakmerataan penguasaan lahan Adam dan He, 1995. Jika distribusi lahan pertanian sangat condong dan pertumbuhan produktivitas pertanian lebih banyak dihasilkan oleh petani luas, maka pertumbuhan sektor pertanian tersebut tidak banyak berarti bagi pengurangan kemiskinan. 25 Beberapa kajian mendukung keterkaitan antara peningkatan produktivitas pertanian dengan pengurangan kemiskinan, dimana peningkatan produktivitas sektor pertanian tradisional merupakan cara yang paling efektif menurunkan kemiskinan Ravallion dan Datt, 1996; Bourguignon dan Morrison, 1998. Kajian yang dilakukan oleh O’Ryan dan Sebastian 2003 menyajikan bukti keterkaitan antara peningkatan produktivitas faktor di sektor pertanian, agroindustri dan sektor industri dengan penurunan kemiskinan dan distribusi pendapatan. Dilihat dari perspektif makroekonomi, peningkatan produktivitas kapital dan tenaga kerja di sektor industri memberikan dampak positif secara keseluruhan yang lebih besar dibandingkan dengan dampak yang berasal dari peningkatan produktivitas faktor di sektor pertanian dan agroindustri. Secara umum dampak peningkatan produktivitas tenaga kerja lebih rendah dibanding produktivitas kapital. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan kenyataan bahwa tenaga kerja diasumsikan lebih bersifat mobil antarsektor dibandingkan dengan kapital. Selain itu suplai tenaga kerja secara umum mengalami peningkatan sedangkan suplai kapital relatif tetap. Namun dampak terhadap distribusi pendapatan sangat berlawanan dengan hasil di atas. Peningkatan produktivitas kapital di sektor industri memberikan dampak ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan sektor agroindustri dan sektor pertanian, namun akan meningkatkan ketimpangan karena peningkatan pendapatan golongan kaya jauh lebih besar dari peningkatan pendapatan yang diperoleh golongan miskin. Sebaliknya peningkatan produktivitas kapital di sektor pertanian dan agroindustri akan memperbaiki distribusi pendapatan. Pendapatan dari kelompok yang paling miskin memperoleh peningkatan pendapatan yang lebih besar dibandingkan kelompok yang lebih kaya. Peningkatan produktivitas kapital di sektor agroindustri memberikan peningkatan pendapatan bagi golongan dua kelompok di bawah garis kemiskinan dibandingkan dengan peningkatan produktivitas di sektor industri. Fenomena yang sama untuk peningkatan produktivitas tenaga kerja, namun peningkatan produktivitas tenaga kerja di sektor 26 pertanian memiliki dampak terhadap peningkatan pendapatan yang lebih besar untuk dua kelompok pendapatan termiskin dibandingkan dengan sektor industri. Hasil kajian Ravallion dan Datt 1996 menunjukkan pertumbuhan pendapatan wilayah perkotaan berkontribusi terhadap pengurangan kemiskinan di kota, tetapi tidak berkontribusi terhadap pengurangan kemiskinan di desa maupun kemiskinan secara agregat. Sedangkan pertumbuhan pendapatan di wilayah perdesaan berkontribusi baik terhadap pengurangan kemiskinan di perdesaan, perkotaan maupun kemiskinan secara agregat Hasil kajian tersebut menguatkan bukti bahwa pengembangan sektor pertanian lebih berpihak kepada kemiskinan dibandingkan dengan pengembangan sektor non pertanian di perkotaan. Secara ringkas keterkaitan antara pembangunan pertanian dan pembangunan agroindustri dengan kemiskinan ditampilkan pada Gambar 1. Pembangunan sektor pertanian dan industri pertanian melalui strategi ADLI akan meningkatkan pertumbuhan pertanian. Peningkatan pertumbuhan pertanian tersebut diperoleh melalui peningkatan produktivitas total faktor baik produktivitas tenaga kerja maupun kapital. Peningkatan pertumbuhan pertanian akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan hal ini secara langsung akan mengurangi kemiskinan. Dampak pembangunan pertanian terhadap pengurangan kemiskinan juga dapat terjadi secara tidak langsung. Pembangunan pertanian akan meningkatkan pertumbuhan pertanian. Melalui efek keterkaitan, pertumbuhan pertanian akan menstimulir pertumbuhan sektor non pertanian dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara agregat yang selanjutnya akan mengurangi kemiskinan. Untuk menjadikan sektor pertanian tumbuh sekaligus mengurangi kemiskinan, harus dipenuhi beberapa kondisi Sarris, 2001, yaitu: 1 sektor pertanian harus memiliki pangsa tenaga kerja yang tinggi, 2 distribusi harus merata dan hak kepemilikan lahan harus jelas, 3 perbaikan teknologi tidak menyebabkan peningkatan risiko dan dalam 27 penerapannya tidak memerlukan kapital besar, 4 pangsa pengeluaran marginal yang berasal dari manfaat pertumbuhan sektor pertanian secara langsung harus sebagian besar dimanfaatkan untuk produk lokal yang padat tenaga kerja, 5 ketersediaan tenaga kerja dalam kondisi berlebih, 6 ada perbaikan sumberdaya tenaga kerja pendidikan dan kesehatan dan perbaikan infrastruktur, dan 7 elastisitas harga maupun pendapatan terhadap peningkatan permintaan produk lokal maupun produk ekspor harus bersifat elastis. Gambar 1. Keterkaitan Pembangunan Pertanian dan Agroindustri dengan Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan Jika sektor pertanian tidak memiliki pangsa tenaga kerja yang besar, maka tidak mudah menjadi sektor andalan bagi pertumbuhan dan pengurangan kemiskinan, karena mengacu pada teori Lewis 1954, pertumbuhan produktivitas total faktor pertanian sebagai mesin pertumbuhan merupakan fungsi dari kepadatan populasi di perdesaan. Jika Produktivitas Faktor Pembangunan Pertanian Pembangunan Agroindustri Strategi ADLI Pertumbuhan sektor pertanian Pertumbuhan sektor non pertanian Keterkaitan ke depan, ke belakang Pendapatan Distribusi pendapatan Pertumbuhan Agregat Kemiskinan 28 populasi di perdesaan rendah, biaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian akan lebih besar dibanding manfaatnya bagi rumah tangga.

2.5. Studi Terdahulu Tentang Pembangunan Ekonomi Sektoral