Studi Terdahulu Tentang Distribusi Pendapatan

37 bagi produsen di perdesaan dan perkotaan sehingga menghasilkan pemerataan yang lebih baik. Daryanto 1999 melakukan review dari berbagai studi untuk mengkaji relevansi strategi ADLI dalam mengatasi krisis ekonomi di Indonesia dan menyimpulkan strategi ADLI dpat digunakan sebagai mesin penggerak untuk mengatasi krisis ekonomi.

2.7. Studi Terdahulu Tentang Distribusi Pendapatan

Akita et al. 1999 menganalisis ditribusi pendapatan rumah tangga di Indonesia menggunakan metoda Analisis Dekomposisi Theil dan Indeks Gini. Data yang digunakan adalah data SUSENAS tahun 1987, 1990 dan tahun 1993. Berdasarkan indeks Theil, kesenjangan penduduk di kota lebih besar daripada penduduk desa. Selama tiga titik waktu tersebut kesenjangan pendapatan penduduk kota cenderung meningkat sebaliknya untuk penduduk desa indeks distribusi cenderung menurun meskipun untuk tahun 1990 ke tahun 1993 terjadi peningkatan. Sedangkan distribusi pendapatan populasi rumah tangga secara agregat mengalami peningkatan dalam tiga titik waktu tersebut yang diukur melalui indeks Theil T-Total sebesar 0.241 tahun 1987 menjadi 0.257 tahun 1993. Artinya selama enam tahun, indeks kemiskinan meningkat sebesar 0.16. Dengan melakukan dekomposisi indeks Theil-T Total ke dalam indeks Theil-T within dan Theil-T between kelompok diperoleh bahwa kesenjangan pendapatan yang terjadi antar rumah tangga desa dan kota lebih banyak disokong oleh kesenjangan yang terjadi dalam kelompok yaitu sekitar 75 persen untuk tahun 1993. Sedangkan kesenjangan antar kelompok hanya menyumbang sekitar 25 persen dari kesenjangan total yang terjadi. Akita juga melakukan analisis distribusi pendapatan antar provinsi, dimana kesenjangan pendapatan rumah tangga antar provinsi lebih besar dibandingkan kesenjangan pendapatan rumah tangga desa dan kota. Akita juga membandingkan indeks distribusi Theil dengan indeks Gini, dimana dengan menggunakan indeks Gini distribusi 38 pendapatan rumah tangga perkotaan sebesar 0.373 yang tergolong ke dalam katagori tidak merata dan perdesaan sebesar 0.304 yang tergolong ke dalam distribusi yang merata. Etharina 2005 juga menggunakan indeks Theil untuk menganalisis distribusi pendapatan rumah tangga antar provinsi yang dikelompokkan ke dalam pendapatan dengan migas dan tanpa migas dengan menggunakan data nilai tambah PDB nasional per provinsi selama tahun 1983 ke tahun 2001. Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi PDB tanpa migas lebih merata dibandingkan distribusi PDB dengan migas. Selama kurun waktu tersebut perkembangan distribusi sangat fluktuatif. Dengan melakukan dekomposisi indeks Theil ke dalam distribusi dalam kelompok dan antar kelompok kesenjangan pendapatan PDB Jawa dan Luar Jawa lebih banyak disumbang oleh kesenjangan dalam kelompok, sedangkan kesenjangan antar kelompok hanya menyumbang sekitar 0.18 dari kesenjangan yang terjadi dengan besaran indeks tahun 2001 sebesar 0.00014. Dilihat perkembangan selama 10 tahun terakhir, indeks kesenjangan total cenderung menurun tatapi kesenjangan antar kelompok dan kesenjangan dalam kelompok Jawa cenderung meningkat sedangkan kesenjangan dalam kelompok luar Jawa cenderung menurun. Artinya penurunan kesenjangan total untuk penduduk Jawa dan luar Jawa lebih disebabkab oleh penurunan kesenjangan PDB dalam kelompok luar Jawa. Hafizrianda 2006 menggunakan indeks Theil untuk mengkaji dampak peningkatan investasi daerah sebesar satu milyar ke masing-masing sektor ekonomi secara terpisah terhadap distribusi pendapatan rumah tangga menggunakan data SNSE Papua tahun 2003. Hasil analisis menunjukkan bahwa dampak peningkatan investasi tersebut berhasil menurunkan kesenjangan pendapatan, meskipun dampaknya sangat kecil. Decaluwe et al. 1998 melakukan kajian dampak goncangan perdagangan dan tarif terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan rumah tangga di negara-negara berkembang. Analisis distribusi pendapatan menggunakan analisis parametrik Beta distribution function . Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan meningkatkan harga 39 komoditas ekspor akan menurunkan pendapatan rumah tangga dan menurunkan garis kemiskinan serta berdampak terhadap distribusi pendapatan yang lebih merata. Cogneau dan Robilliard 2000 menggunakan kerangka CGE untuk mengkaji pertumbuhan, distribusi pendapatan dan kemiskinan di Madagaskar. Model dalam kajian ini lebih difokuskan pada pasar tenaga kerja dan alokasi tenaga kerja rumah tangga selain memodelkan perilaku konsumsi. Analisis menggunakan data survey sebanyak 45 ribu rumah tangga. Kerangka Social Accounting Matrix diadopsi ke dalam model CGE untuk pengelompokan rumah tangga. Hasil analisis selanjutnya digunakan untuk menganalisis distribusi pendapatan menggunakan indek Theil dan analisis kemiskinan menggunakan indeks Foster-Greer-Thorbecke FGT. Dalam menetapkan garis kemiskinan digunakan batasan yang sama dengan Indonesia oleh BPS, yaitu batasan kecukupan pangan sebesar 2100 kkalori kapita bulan dan kebutuhan minimum untuk pakaian dan perumahan. Hasil analisis menunjukkan kebijakan menetapkan upah secara formal dan meningkatkan deviden akan menurunkan indeks Theil between namun indeks Theil within cenderung meningkat. Artinya tidak ada kesamaan arah dampak skenario tersebut terhadap distribusi antar kelompok dan dalam kelompok. Kebijakan tersebut juga secara total menurunkan indeks Theil Total. Sedangkan kebijakan meningkatkan upah formal dan deviden 10 akan berdampak meningkatkan indeks kesenjangan tetapi dapat menurunkan indeks kemiskinan. Dengan skenario ini perubahan indeks Theil antar dan dalam kelompok menunjukkan arah yang sama. Savard 2003 menganalisis distribusi pendapatan dan kemiskinan dengan menggunakan kerangka analisis CGE. Analisis Distribusi menggunakan analisis indeks Gini sedangkan untuk mengukur kemiskinan menggunakan indeks FGT. Dalam kerangka CGE tersebut poverty line sebagai variabel eksogen sehingga tidak ada keterkaitan antara 40 harga barang-barang makanan terhadap poverty line. Penelitian Savard menggunakan jumlah rumah tangga sebanyak 39 510 rumah tangga. Savard membandingkan dua model untuk menghitung dampak simulasi kebijakan terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan. Model pertama adalah mengendogenkan fungsi konsumsi dan menggunakan sistem permintaan yang sama dalam model rumah tangga, disebut sebagai Representative Agent CGE RA-CGE. Model kedua melakukan perubahan pada sistem pengeluaran dimana fungsi pengeluaran yang diturunkan dari fungsi utilitas Cob Douglass diganti dengan Non Lineaar Expenditure System disebut Top- downBottom-up TO-BU CGE. Hasil analisis menunjukkan bahwa model pertama menghasilkan penurunan indeks Gini sebesar 0.11 sedangkan model kedua cenderung meningkatkan indeks Gini sebesar 0.042. Cockburn 2001 menggunakan kerangka CGE Micro Simulation Model yang diterapkan di Nepal untuk mengetahui dampak kebijakan fiskal dan liberalisasi perdagangan terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan. Analisis distribusi pendapatan menggunakan indeks Atkinson dan indeks Gini sedangkan analisis kemiskinan menggunakan indeks FGT. Data yang digunakan adalah data Survey Standard Hidup Nepal Nepalese Living Standard Survey tahun 1995 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 3373 rumah tangga. Hasil analisis menunjukkan bahwa dampak terhadap distribusi pendapatan adalah menurunkan indeks Gini maupun indeks Atkinson yang berarti mengarah pada distribusi pendapatan yang lebih merata. Indeks Gini data dasar sebelum simulasi menujukkan besaran 0.2287 yang tergolong pada distribusi yang merata. O’Ryan dan Sebastian 2003 mengkaji dampak peningkatan produkstivitas kapital terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan dengan menggunakan kerangka CGE. Sektor produksi didisagregasi kedalam sektor pertanian primer, sektor primer lainnya, sektor agroindustri, sektor industri dan sektor-sektor lainnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas kapital di sektor industri menurunkan kesenjangan 41 pendapatan. Populasi rumah tangga kaya memperoleh peningkatan pendapatan yang jauh lebih besar daripada golongan populsi miskin. Sebaliknya kebijakan di sektor pertanian dan agroindustri akan memperbaiki distribusi pendapatan dan kelompok rumah tangga miskin akan memperoleh peningkatan pendapatan yang lebih besar dibandingkan kelompok kaya.

2.8. Studi Terdahulu Tentang Kemiskinan