2.02 0.45 1.12 5.51 2.51 PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Tabel 6. Pengganda Output, Nilai Tambah, Tenaga Kerja dan Modal Menurut Sektor, Tahun 1998 dan 2003 PENGGANDA OUTPUT NILAI TAMBAH TENAGA KERJA MODAL SEKTOR 1998 2003 1998 2003 1998 2003 1998 2003 Pertanian Primer Pertanian tan pangan 6.07 6.05 1.86 2.86 0.60 2.06 0.90 0.80 Peternakan dan hasilnya 6.38 6.74 1.99 2.67 0.54 1.72 1.03 0.95 Perikanan 7.19 1.63 2.01 0.33 0.43 0.19 1.13 0.14 Kehutanan perburuan 5.57 4.98 2.13 2.11 0.28 1.23 1.32 0.88 Pertanian tan. Lainnya 6.31 6.34 2.10 2.79 0.39 1.87 1.22 0.92 Agroindustri Makanan Ind mak sekt. Peternakan 4.16 6.09 1.49 2.31 0.22 1.53 0.90 0.79 Ind mak sekt. tan pangan 4.80 6.24 1.64 2.41 0.25 1.58 1.00 0.82 Ind mak sekt. Perikanan 5.05 6.34 1.84 2.39 0.27 1.55 1.12 0.84 Ind mak sekt. perkebunan 4.01 5.96 1.43 2.24 0.20 1.46 0.88 0.79 Industri minuman 4.96 6.22 1.95 2.47 0.26 1.67 1.21 0.80 Industri rokok 5.60 6.34 1.42 2.64 0.30 1.85 0.80 0.79 Agroindustri Non Makanan Industri kapuk 3.47 6.57 0.91 2.38 0.15 1.44 0.54 0.94 Ind kulit samakan, olahan 3.27 6.66 0.62 2.50 0.16 1.42 0.33 1.08 Ind kayu lapis, brng dr kayu, bambu dan rotan 4.60 7.02 0.94 2.69 0.24 1.56 0.50 1.13 Ind bubur kertas 3.56 6.78 0.69 2.47 0.17 1.41 0.37 1.06 Ind karet remah asap 2.79 6.67 0.42 2.83 0.10 1.85 0.23 0.98 Industri ringan lainnya 2.39 6.82 0.36 2.61 0.08 1.53 0.20 1.09 Industri berat 2.35 6.54 0.36 2.45 0.08 1.40 0.20 1.04 Agroindustri makanan 4.76

6.20 1.63

2.41 0.25

1.61 0.99

0.81 Agroindustri non makanan

3.54 6.74

0.72 2.57

0.17 1.53

0.39 1.04

Sektor Primer 6.30

5.15 2.02

2.15 0.45

1.41 1.12

0.74 Sektor Lainnya

6.05 5.51

1.54 2.51

0.44 1.13

0.87 0.94

Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas nilai pengganda terbesar Pengganda sektor-sektor lainnya secara rinci disajikan pada Lampiran 5. 1 3 2 diberikan stimulus ekonomi ke sektor agroindustri sebesar satu milyar rupiah, akan meningkatkan pendapatan PDB nasional sebesar 2.57 milyar rupiah. Mengingat dasar perhitungan nilai tambah berasal dari faktor produksi tenaga kerja dan modal, maka apabila dirinci lebih lanjut terlihat bahwa peran sektor agroindustri makanan maupun non makanan dalam meningkatkan PDB nasional lebih banyak berasal dari nilai tambah tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa sektor agroindustri lebih bersifat padat tenaga kerja. Namun apabila dibandingkan antara keduanya, agroindustri makanan menghasilkan nilai tambah tenaga kerja lebih besar dibanding agroindustri non makanan, sementara agroindustri non makanan menghasilkan nilai tambah modal yang lebih tinggi dibandingkan dengan agroindustri makanan. Hal ini sesuai dengan fenomena, dimana industri-industri yang tergolong ke dalam agroindustri non makanan, terutama industri kayu lapis dan industri bubur kertas adalah industri yang memerlukan modal tinggi dalam proses produksi. Industri ringan dan industri berat sebagai pembanding, memiliki kesamaan pola dengan agroindustri non makanan, yaitu peran dalam penyerapan tenaga kerja lebih kecil dibandingkan sektor agroindustri makanan. Hal yang sama untuk nilai tambah terhadap modal dimana pengganda modal untuk industri ringan dan industri berat lebih besar dibandingkan sektor agroindustri makanan. Artinya industri ringan dan industri berat pada umumnya lebih padat modal dibandingkan agroindustri makanan. Sedangkan untuk sektor pertanian primer, dimana sektor ini merupakan sektor penyedia bahan baku bagi proses produksi agroindustri, peran dalam meningkatkan pertumbuhan output maupun PDB dilihat dari indikator pengganda output dan nilai tambah tenaga kerja dan modal, lebih rendah dibandingkan dengan sektor agroindustri. Perkembangan tahun 1998 ke tahun 2003 menunjukkan terjadinya peningkatan peran sektor agroindustri dalam perekonomian, pengganda output agroindustri makanan meningkat dari 4.77 pada tahun 1998 menjadi 6.20. Agroindustri non makanan meningkat lebih besar, yaitu dari 3.54 menjadi 6.74. Demikian pula yang terjadi untuk industri ringan dan industri berat, pada saat terjadi krisisi ekonomi tahun 1998 industri-industri tersebut hanya mampu menghasilkan nilai pengganda sebesar 2.39 untuk industri ringan, namun pada kondisi normal yaitu kondisi tahun 2003 nilai pengganda output meningkat menjadi 6.82. Sebaliknya sektor pertanian primer pada saat terjadi krisis ekonomi tahun 1998 memiliki peran yang paling besar dalam meningkatkan pertumbuhan output dibanding sektor-sektor lainnya sementara untuk tahun 2003 peran tersebut lebih rendah dari sektor agroindustri maupun sektor-sektor lainnya Hasil analisis ini mendukung fenomena kejatuhan sektor industri pada saat terjadi krisis ekonomi. Hampir seluruh industri pada saat krisis ekonomi mengalami pertumbuhan output yang negatif. Industri yang paling terpukul pada saat terjadi krisis ekonomi adalah industri ringan dan industri berat yang ditunjukkan melalui nilai pengganda hanya sebesar 2.39 dan 2.35. Sedangkan sektor agroindustri, terutama agroindustri makanan relatif lebih tahan terhadap goncangan sehingga mampu menghasilkan nilai pengganda yang lebih besar. Sedangkan sektor pertanian primer merupakan sektor yang paling tangguh terhadap goncangan sehingga pada saat krisis ekonomi terjadi masih mampu menghasilkan pengganda output sebesar 6.30, paling tinggi dibanding pengganda output agroindustri secara keseluruhan maupun industri berat dan industri ringan. Hasil di atas berimplikasi bahwa dalam kondisi perekonomian normal pasca atau masa pemulihan krisis ekonomi sektor agroindustri memiliki peran yang lebih besar dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, meskipun perbedaannya tidak terlampau besar. Namun dalam kondisi tidak normal kondisi krisis ekonomi sektor pertanian primer memiliki peran jauh lebih besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini memperkuat alasan perlunya mengembangkan industri yang didukung oleh sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku yang tahan terhadap goncangan. Untuk pengganda nilai tambah, besaran pengganda nilai tambah agroindustri makanan sebesar 2.41, relatif lebih kecil dibandingkan pengganda nilai tambah agroindustri non makanan sebesar 2.57. Artinya apabila permintaan akhir agroindustri makanan meningkat 1 milyar rupiah, maka PDB nasional secara agregat diperkirakan akan meningkat sebesar 2.41 milyar. Nilai tersebut berasal dari penerimaan tenaga kerja 1.61 milyar selebihnya dari penerimaan modal. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa strategi ADLI, melalui pengembangan sektor agroindustri, mampu menghasilkan output, penyerapan tenaga kerja serta nilai tambah modal yang lebih besar dibandingkan dengan strategi pengembangan sektor pertanian primer dan industri berat. Pada kondisi krisis ekonomi tahun 1998 pengembangan sektor pertanian primer memiliki peran paling besar dalam meningkatkan perekonomian nasional. Hasil tersebut konsisten dengan kajian yang dilakukan oleh Bautista et al. 1999 yang menganalisis alternatif jalur pembangunan industri di Indonesia. Dengan menggunakan kerangka SAM Indonesia tahun 1995 dan CGE, Bautista menyimpulkan bahwa pembangunan sektor pertanian primer menghasilkan peningkatan PDB yang lebih besar dibandingkan strategi pembangunan industri pengolahan dan industri ringan. Apabila dibuat ranking atau urutan tertinggi berdasarkan besaran nilai pengganda output maupun nilai tambah pada dua titik waktu tersebut Tabel 7, terlihat bahwa untuk tahun 2003 empat dari 11 agroindustri, yang kesemuanya industri non makanan, yaitu industri kulit, kayu, bubur kertas dan karet berada pada ranking sepuluh teratas pengganda output. Padahal pada saat terjadi krisis ekonomi tahun 1998 pengganda output industri- industri tersebut berada pada ranking terbawah. Demikian pula untuk industri ringan dan industri berat. Sebaliknya untuk sektor pertanian primer hampir seluruh subsektor berada pada urutan sepuluh teratas pada saat krisis ekonomi, namun pada kondisi normal tahun 2003 sektor perikanan satu-satunya sektor yang berada pada urutan sepuluh teratas. Untuk pengganda nilai tambah, ada tiga industri yang pada tahun 2003 berada pada ranking sepuluh teratas yaitu industri rokok, industri kayu lapis, bambu dan rotan dan industri karet Tabel 7. Ranking Pengganda Output, Nilai Tambah, Tenaga Kerja dan Modal Menurut Sektor Tahun 1998 dan 2003 Ranking Pengganda Output Nilai Tambah Tenaga Kerja Modal SEKTOR 1998 2003 1998 2003 1998 2003 1998 2003 Pertanian Primer Pertanian tan pangan 10 22 7 3 3 1 14 23 Peternakan dan hasilnya 7 7 5 9 4 7 7 12 Perikanan 3 28 4 28 9 28 4 28 Kehutanan perburuan 14 26 1 26 14 26 1 17 Pertanian tan. Lainnya 8 17 3 6 10 3 2 15 Agroindustri Makanan Ind mak sekt. Peternakan 21 21 17 24 21 19 13 25 Ind mak sekt. tan pangan 19 19 14 20 19 12 8 21 Ind mak sekt. Perikanan 17 18 8 22 16 16 5 19 Ind mak sekt. perkebunan 22 24 19 25 22 20 15 26 Industri minuman 18 20 6 17 18 11 3 22 Industri rokok 13 16 20 10 13 4 18 24 Agroindustri Non Makanan Industri kapuk 24 11 23 23 25 18 22 14 Ind kulit samakan, olahan 25 10 25 15 24 21 25 5 Ind kayu lapis, brng dr kayu, bambu dan rotan 20 2 22 8 20 22 23 3 Ind bubur kertas 23 6 24 18 23 15 24 6 Ind karet remah asap 26 9 26 4 26 23 26 11 Industri ringan lainnya 27 4 28 11 27 5 28 4 Industri berat 28 12 27 19 28 24 27 8 Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas nilai pengganda terbesar Ranking sektor lainnya disajikan pada Lampiran 5 1 3 6 remah dan asap sementara pada kondisi krisis ekonomi tahun 1998, industri-industri tersebut berada pada ranking terbawah. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa dengan mengelompokkan sektor-sektor ekonomi berdasarkan kelompok industri industri ringan dan berat yang tergolong padat dalam penggunaan input impor dan agroindustri yang relatif sedikit menggunakan input impor, sektor pertanian primer dan sektor lainnya, dapat menjelaskan fenomena kejatuhan sektor industri pada masa krisis ekonomi. Perubahan ranking sektor yang termasuk ke dalam urutan sepuluh teratas selama dua titik waktu tersebut menunjukkan pola yang sama dimana pada kondisi krisis ekonomi tahun 1998, sektor pertanian primer dominan berada pada urutan sepuluh teratas dan sektor agroindustri maupun industri ringan dan berat berada pada urutan terbawah. Sebaliknya pada kondisi paska krisis, yaitu tahun 2003, sektor agroindustri agroindustri pada umumnya dan industri ringan berada pada urutan teratas. Rincian ranking untuk sektor- sektor lainnya disajikan pada Lampiran 5. Oleh karena itu apabila dilihat korelasi ranking pengganda output sektor secara keseluruhan antara tahun 1998 dan 2003, menunjukkan koefisien korelasi yang bertanda negatif sebesar –0.2671. Demikian pula untuk sektor agroindustri sebesar -0.5883. Ranking pengganda nilai tambah juga berkorelasi negatif antar dua titik waktu. Namun untuk ranking pengganda tenaga kerja menunjukkan korelasi positif, yaitu 0.4280 untuk seluruh sektor dan 0.7777 untuk sektor agroindustri. Keterkaitan struktur output dan PDB pada dua titik waktu tahun 1998 dan 2003 mengalami perubahan sedangkan struktur tenaga kerja relatif stabil. Perubahan keterkaitan struktur output antar dua periode tersebut, menurut Daryanto 1992 dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karena: 1 perubahan komposisi produk, 2 perubahan agregasi input-output dalam industri, dan 3 perubahan harga relatif input-output, yaitu biaya input sektor industri menjadi sangat mahal saat krisis karena kandungan input impor yang tinggi.

5.2. Keterkaitan Sektor Agroindustri dengan Sektor Lainnya