erosi dan terendapkan sebagai sedimen. Hasil analisis kimia terhadap contoh air dan sedimen dari plot erosi menggambar kan besarnya unsur hara yang hilang
melalui erosi seperti pada Tabel 2.8.
Tabel 2. 8 Kehilangan unsur hara melalui aliran permukaan dan erosi Kode
Sedimen gL
P ppm
N ppm
Ca ppm
Mg ppm
K ppm
Na ppm
Melalui aliran permukaan run off JS1
0.23ns 0.38ns 26.12ns 2.48ns 0.30a 3.00ns 2.21ns
JS 2 0.20
0.23 13.93
3.05 0.41a
3.44 2.38
JS 3 0.28
0.45 17.41
0.04 0.04b
1.97 1.60
Melalui erosi JS1
0.11ns 0.40ns 17.41a 1.67ns 0.37ns 3.06ns 2.00ns
JS 2 0.20
0.29 13.93ab 2.78
0.38 3.13
2.25 JS 3
0.13 0.31
8.70 b 0.07
0.07 2.66
1.63
angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada α0.05. tn: tidak berbeda nyata
Hasil unsur hara yang diperoleh pada erosi yaitu lokasi berpengaruh terhadap unsur N yang terlarut dalam air erosi. Pada bekas jalan sarad satu dan
dua unsur N yang terbawa aliran air lebih tinggi daripada di bekas jalan sarad tiga. Hal ini disebabkan pada bekas jalan sarad satu dan dua tertutup serasah lebih tebal
dibandingkan di bekas jalan sarad tiga yang berbatu dengan lapisan serasah yang sangat tipis. Hal ini berarti unsur Nitrogen yang terlarut di dalam air limpasan
tergantung kepada banyaknya bahan organik yang terdekomposisi pada bekas jalan sarad.
Unsur hara K, Mg yang terbawa oleh aliran permukaan dipengaruhi oleh lokasi bekas jalan sarad. Pada bekas jalan sarad satu 3.0 ppm dan dua 3.4 ppm
memiliki kehilangan unsur hara K akibat aliran permukaan yang lebih besar daripada bekas jalan sarad tiga.
Tabel 2.8 menunjukkan bahwa kehilangan unsur N,P,K merupakan unsur hara yang paling banyak dibandingkan dengan unsur lainnya. Kehadiran LRB dan
CD tidak banyak berperan untuk menahan kehilangan hara. Melalui aliran pada aliran permukaan. Pada kadar Mg rendah terlarut pada air run off sedangkan pada
unsur hara K rendah dan lebih mudah larut tercuci dibanding unsur Ca dan Mg diserap akar dalam bentuk kation monokivalen. Fungsi unsur K pada tanaman
antara lain adalah untuk sintesa protein dalam jaringan tanaman Sugiharso dan Rusmilah 1982.
Unsur Na rendah dan bukan termasuk unsur hara esensial tanaman. Namun unsur ini bermanfaat untuk menduga tingkat intensitas pencucian sedangkan unsur
hara N adalah makro esensial terbesar pertama yang dibutuhkan tanaman . Bentuk N yang dapat diserap akar tanaman adalah dalam bentuk anion nitrat NO
3
, daur sebagian kecil bentuk NH
4
yang terlarut dalam larutan tanah. Unsur hara P diserap akar dalam bentuk anion-anion terlarut dalam larutan tanah yaitu PO
4
, HPO
4
dan H
2
PO
4
. Kadar air run off menggambarkan tingkat pencucian unsur P tersebut yg menyebabkan penurunan tingkat fertilitas tanah dalam hal unsur hara yang
bersangkutan. Pada unsur hara NO
3
sangat mudah larut karena garam-garam nitrat semuanya bersifat larut air.
Hilangnya atau perpindahnya partikel halus tanah karena terbawa limpasan air permukaan disebut proses erosi tanah. Storey 2003 menerangkan bahwa
unsur N dan P yang sebagian besar terdapat di permukaan tanah akan hilang oleh pencucian
hujan dan penggerusan oleh alat berat. Ditambahkan pula bahwa unsur N banyak hilang di area terbuka karena penguapan, sedang unsur Mg termasuk
unsur immobile yang terangkut dengan bahan organik secara pasif.
2.4 Simpulan
Pemasangan LRB dan CD dapat memperbaiki sifat fisika kepadatan dan permeabilitas tanah, kimia KTK, C-org, N, P, Ca, Na dan biologi tanah
peningkatan respirasi mikroba serta menurunkan aliran permukaan dan erosi di bekas jalan sarad.
Penambahan serasah dan arang kayu di LRB dapat meningkatkan aktivitas mikroba dalam tanah sehingga sifat kimia tanah di bekas jalan sarad menjadi lebih
baik. Penggunaan CD dan LRB telah mampu menurunkan laju erosi di bekas
jalan sarad. Kehilangan unsur hara akibat aliran permukaan di bekas jalan sarad terjadi pada unsur hara N dan Mg.
3 PEMANFAATAN TEKNIK CROSS DRAIN DAN LUBANG
RESAPAN BIOPORI UNTUK MEMPERBAIKI GEOMETRI AKAR DAN KOLONISASI MIKORIZA DI BEKAS JALAN
SARAD
3.1 Pendahuluan
Tanah memiliki peran penting untuk pertumbuhan pohon, sebagai sumber air dan mineral, tempat berpijaknya pohon dan medium berkembangnya akar
Evans 1992; Young dan Giese 2003. Kimmins 2004 menyatakan bahwa tanah sangat mempengaruhi penerapan teknik silvikultur seperti pemilihan jenis,
penentuam produktivitas tempat tumbuh, prediksi keberhasilan penanaman dan pertumbuhan semai dan tegakan. Salah satu sifat tanah yang mempengaruhi
perkembangan akar adalah sifat fisik tanah Rusdiana et al. 2000. Komponen sifat fisika tanah yang berhubungan langsung dengan kemampuan dan volume
akar adalah tekstur dan struktur serta limbak Kimmins 2004.
Berbagai aktivitas alat-alat berat dalam kegiatan penyaradan menyebabkan pemadatan tanah Rab 2004. Pemadatan tanah yang terjadi dalam waktu lama
dapat berdampak negatif terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan tanaman. Pemadatan tanah akan merubah struktur tanah dan pori-pori tanah, sehingga
kandungan air tanah juga akan berubah Rusdiana et al. 2000. Penurunan porositas tanah dan meningkatnya bulk density kepadatan tanah tanah serta
rendahnya ketersediaan air dapat mengganggu perkembangan akar. Pada kondisi tersebut akar akan menyesuaikan dirinya untuk tumbuh dan berkembang dengan
baik dan membangun geometri akar Atkinson, 2000.
Geometri akar merupakan bentuk morfologis akar sebagai hasil dari pertumbuhan yang dilakukan oleh meristem apikal yang terdapat pada ujung akar.
Lynch 1995 menjelaskan bahwa istilah geometri akar telah banyak digunakan untuk menyatakan bentuk-bentuk atau tipe-tipe dari sistem perakaran yang
merupakan aspek genetik suatu jenis dan merupakan aspek penting dalam produktivitas tanaman. Kramer dan Kozlowski 1979 menjelaskan bahwa sistem
perakaran pohon memiliki satu akar yang besar dan banyak akar-akar cabang. Variasi dalam distribusi dan kedudukan akar-akar sangat penting karena pohon-
pohon dapat melakukan penetrasi dan percabangan untuk menyerap air dan mineral dari tanah yang luas sebagai media pertumbuhan pohon.
Penerapan teknik konservasi tanah dan air untuk mendukung perkembangan akar perlu dilakukan. Salah satu teknik konservasi yang diterapkan untuk
perbaikan media tumbuh dan kualitas perakaran tanaman adalah pembuatan lubang resapan biopori LRB. Pembuatan LRB diharapkan akan memperbaiki
kondisi media tumbuh tanaman melalui terbentuknya geometri perakaran tanaman yang mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas perkaran. Selain LRB,
pembekalan bibit tanaman dengan cendawan ektomikoriza juga dapat dilakukan. Inokulasi cendawan ektomikoriza diharapkan akan memperluas jangkauan akar ke
daerah yang sulit ditembus oleh akar Supriyanto 1999. Miselia mikoriza jauh lebih efektif dibandingkan rambut akar pada awal membangun kembali kontak
dengan tanah. Jamur mikoriza yang terlibat hanya membutuhkan pasokan cadangan makanan dari tanaman dan kondisi yang tepat kelembaban dan
temperatur yang memadai untuk melanjutkan pertumbuhannya. Mikoriza akan bertahan hidup atau berkembang setelah penanaman Smith et al. 1997.
Mikoriza diharapkan akan mampu memperbaiki proses penyerapan unsur hara dan air pada kondisi tanah bekas jalan sarad yang telah mengalami proses pemadatan
tanah.
Hasil penelitian pada Bab 2 menunjukkan bahwa CD dan LRB di bekas jalan sarad mampu menurunkan kepadatan tanah, meningkatkan permeabilitas
tanah, menurunkan aliran permukan dan laju erosi, meningkatkan KTK tanah, unsur P di LRB meningkat 40, kandungan Al
+3
tidak terdektesi dan meningkatkan respirasi mikroba tanah. Dengan demikian LRB dan CD dapat
memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah di bekas jalan sarad. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh teknik CD dan LRB pada
perbaikan geometri akar dan kolonisasi mikoriza di bekas jalan sarad.
3.2 Metode 3.2.1 Bahan dan alat
Bahan yang dipergunakan adalah akar meranti S. leprosula dan S. parvifolia umur satu tahun yang ditanam dekat LRB. Alat yang dipergunakan
kaliper, penggaris, timbangan analitik, cawan petri, mikroskop, larutan FAA formaldehyde acetic acid, bahan pewarna histologi, safranin, alcian blue dan
parafin, counter, spidol, preparat, tisue, mikroskop binokuler dan buku dan alat tulis.
3.2.2 Metode pengumpulan data Geometri akar
Pengumpulan data dilakukan dengan menggali dan mengamati sistem perakaran dari tanaman S. leprosula dan S. parvifolia umur 12 bulan setelah
penanaman. Akar tanaman diklasifikasikan sebagai akar horizontal H
root
apabila sudut antara akar dan bidang vertikal lebih besar atau sama dengan 45
o
≥ 45
o
. Jika sudutnya lebih kecil dari 45
o
45
o
, akar tersebut diklasifikasikan sebagai akar vertikal V
root
. Fraksi akar horizontal adalah perbandingan antara luas permukaan akar-akar horizontal dengan total luas permukaan akar horizontal +
vertikal. Shoot-root ratio dapat dikemukakan melalui perbandingan antara total luas penampang melintang akar dengan luas penampang melintang batang atau
basal area. Selain shoot-root ratio, penghitungan terhadap jumlah akar primer dan sekunder serta panjang akar primer dan sekunder juga dilakukan.
Kolonisasi mikoriza
Pengamatan kolonisasi mikoriza dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut:
1. Pengambilan akar primer, sekunder dan tersier kemudian dihitung panjang dan diameter akar.
2. Akar tersier dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam larutan FAA. 3. Akar tersier dicuci kemudian diamati akar yang bermikoriza kemudian
dihitung jumlah akar yang bermikoriza di bawah miskroskop.