Pengaruh LRB pada pertumbuhan tanaman

erosi yang tinggi akibat pengangkutan kayu dengan alat angkut traktor untuk mengeluarkan log dari dalam hutan. Salah satu kerusakan areal yang terjadi di bekas pemanenan adalah kerusakan bekas jalan sarad yang disebabkan oleh terkupasnya lapisan topsoil tanah dan terjadinya pemadatan tanah. Hal ini mengakibatkan menurunnya kandungan unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Dampak lain dari pemadatan tanah adalah akar tanaman sulit berkembang sehingga pertumbuhan tanaman kurang bagus. Kerusakan hutan tersebut harus direhabilitasi dengan teknik pengayaan. Usaha-usaha penanaman pengayaan yang sudah dilakukan adalah dengan menanam kembali jenis-jenis meranti di bekas jalan sarad dan TPn dengan perlakuan tertentu agar dapat tumbuh baik Prameswari dan Wahjono 2007, Prameswari et al. 2010. Tipe hutan di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Tengah termasuk tipe hutan hujan tropika Low land tropical rain forest. Dari tipe hutan tersebut sebaran jenisnya untuk jenis komersial didominasi oleh kelompok kayu meranti Dipterocarpaceae yang terdiri dari: meranti Shorea spp, kapur Dryobalanops spp, mersawa Anisoptera spp, melapi Shorea spp, bengkirai Shorea leavisfolia dan kruing Dipterocarpus spp. Kelompok Non Dipterocarpaceae yang terdiri dari: nyatoh Palaqium spp, durian burung Durio spp, geronggang Cratoxilon celebious, jelutung Dyera spp, resak Vatica spp. Kelompok kayu rimba campuran terdiri dari: benuang Octomeles malaccensis, bintangur Callopylum spp, medang Litsea firma Hook.f., kempas Koompassia malaccensis, ubar Dillenia pulchella, kulim Scorodocarpus spp, kumpang, sawang, pulai Alstonia spp, dan kelompok kayu indah yang terdiri dari : Ulin Eusideraxylon zwageri, rengas Gluta renghas, sindur Sindora spp PT. SJM 2004. Dari jenis-jenis tersebut S. leprosula dan S.parvifolia merupakan jenis yang diunggulkan untuk kegiatan penanaman pengayaan di bekas jalan sarad dan di TPn,penanaman operasional sistem silvikultur TPTI intensif, karena tumbuh cepat, mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, endemik, mudah tumbuh di podsolik merah kuning, teknik pembibitan mudah dan mudah berasosiasi dengan berbagai jenis cendawan ektomikoriza Prameswari 2004, Soekotjo 2007 . Untuk mengatasi persoalan di bekas jalan sarad maka telah di ujicoba teknologi LRB dan Cross drain untuk meningkatkan produktifitas bekas jalan sarad dengan menggunakan jenis S. leprosula dan S. parvifolia. Jenis tersebut telah diproduksi di persemaian PT SJM yang benihnya diunduh dari areal produksi benih. Rekapitulasi hasil penelitian pengaruh LRB dan CD terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah dan pertumbuhan S.leprosula dan S. parvifolia dapat dibaca pada Lampiran 1dan 2. Hasil penelitian kepadatan tanah bulk density sebelum perlakuan CD dan LRB pada kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm, 20-30 cm di hutan bekas tebangan sebesar 1.14-1.22 gcm 3 , sedang di bekas jalan sarad kiri, tengah dan kanan menunjukkan angka sebesar 1.23-1.36 grcm 3 . Hal ini berarti bahwa setelah bekas jalan sarad ditinggalkan dalam waktu satu tahun tidak dipergunakan lagi masih memiliki kepadatan tanah yang masih tinggi untuk pertumbuhan dan penetrasi akar tanaman. Matangaran 1992 mengatakan bahwa kepadatan tanah kritis untuk dapat ditembus oleh perakaran tanaman sebesar 1.3 grcm 3 . Setelah perlakuan CD dan LRB , kepadatan tanah pada kedalaman 0-10 cm di hutan hutan bekas tebangan sebesar 0.94- 1.23 gcm 3 , sedangkan kepadatan tanah di bekas jalan sarad sebesar 0.63-1.07 gcm 3 . Penurunan kepadatan tanah di bekas jalan sarad setelah pemasangan CD dan LRB sebesar 0.2-0.65 gcm 3 setelah pemasangan CD dan LRB. Pemadatan tanah akan berpengaruh besar terhadap kemampuan akar untuk tumbuh dan berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan akar antara lain kepadatan tanah, ketersediaan unsur hara N,P,K, pH tanah, aerasi, fraksi terlarut bahan organik dan mikroorganisme mikoriza, bakteri. Penurunan kepadatan tanah secara alami dapat terjadi karena proses pedogenesis tanah dan proses biogeokimia. Kedua proses tersebut sangat tergantung kepada proses pelapukan dan ketersediaan bahan organik serta mikroba perombak bahan organik. Dalam proses biogeokimia, mikroba perombak akan merombak unsur hara yang terikat menjadi tersedia. Sementara itu, proses pelapukan bahan geologi menjadi unsur hara dipengaruhi oleh iklim mikro seperti suhu tanah, kelembaban tanah, porositas tanah dan kandungan air tanah. Pada gilirannya kesuburan tanah akan meningkat, hal ini dicerminkan oleh peningkatan nilai kapasitas tukar kation KTK pada Tabel Lampiran 2. Permeabilitas tanah juga berpengaruh terhadap pertumbuhan akar karena akar mendapatkan suplai oksigen yang cukup dan mampu menembus pori-pori tanah yang semakin longgar. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa permeabilitas di bekas jalan sarad kiri, tengah, kanan tidak sama. Pada kedalaman 20-30 cm permebilitas tanah meningkat sebesar 4.84- 12.03 cmjam. Hubungan antara kepadatan tanah dan permeabilitas di bekas jalan sarad setelah perlakuan CD dan LRB menunjukkan bahwa angka kepadatan tanah menurun, sedangkan permeabilitasnya semakin meningkat Gambar 2.10. Titik potong kedua grafik tersebut terjadi pada kepadatan tanah 0.65 gcm 3 dengan permeabilitas tanah 12.20 cmjam. Diharapkan pada titik potong tersebut akan terjadi perubahan sifat fisik dan kimia tanah yang lebih baik dikemudian hari. Jika laju penurunan kepadatan tanah sebesar 0.20 gcm 3 penurunan terkecil maka diharapkan pada titik kepadatan tanah 0.65 gcm 3 dicapai dalam waktu 2 tahun ke depan dengan perhitungan 1.07-0.65: 0.2 gcm 3 tahun. Nilai KTK di bekas jalan sarad sebelum perlakuan sebesar 6.21 meq100g dan setelah perlakuan meningkat menjadi 6.86 meq100 g atau meningkat 0.05 meq100 g. Namun hal ini masih lebih kecil dibandingkan dengan KTK di hutan bekas tebangan yang mencapai 11.06 meq100 g. Nilai KTK di LRB mencapai 19.87 meq100 g, jauh lebih tinggi dibandingkan di hutan bekas tebangan. Hal ini terjadi karena di lubang resapan biopori diisi serasah dan arang kayu yang berfungi sebagai pembenah tanah. Penggunaan arang sebagai pembenah tanah telah dilakukan di peladangan berpindah dan pertanian padi Steiner 2007 dan tanaman kehutanan Ogawa 2009. Di Indonesia arang digunakan untuk budidaya anggrek dan dapat bertahan bertahun-tahun di pot tanaman. Arang juga berfungsi untuk menyerap air dan nutrisi dari aliran permukaan dan erosi sehingga menambah kesuburan tanah di LRB. Perbaikan iklim mikro temperatur dan kelembaban yang terpenting adalah disebabkan oleh keberadaan LRB dan CD. LRB menampung infiltrasi air