1. Mengkaji efektivitas teknik CD dan LRB untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah serta menurunkan aliran permukaan dan erosi di
bekas jalan sarad. 2. Mengkaji pemanfaatan teknik CD dan LRB untuk memperbaiki geometri akar
dan kolonisasi mikoriza di bekas jalan sarad. 3. Mengevaluasi pertumbuhan semai meranti di bekas jalan sarad.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Memberikan konstribusi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi silvikultur
untuk merehabilitasi bekas jalan sarad. 2. Memberikan konstribusi dalam pengambilan kebijakan untuk pengelolaan
hutan alam produksi secara lestari. 3. Memberikan konstribusi untuk memperbaiki produktivitas bekas jalan sarad
untuk mendukung pengelolaan hutan secara lestari.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian Kajian Teknik Cross Drain, Lubang Resapan Biopori dan Penanaman Meranti di Bekas Jalan Sarad dibagi dalam tiga sub bab penelitian
yaitu: 1. Mengkaji efektivitas teknik CD dan LRB untuk memperbaiki sifat fisika,
kimia dan biologi tanah serta menurunkan aliran permukaan dan erosi di bekas jalan sarad.
2. Mengkaji pemanfaatan teknik CD dan LRB untuk memperbaiki geometri akar dan kolonisasi mikoriza di bekas jalan sarad.
3. Mengevaluasi pertumbuhan semai meranti di bekas jalan sarad.
1.6 Kebaruan Novelties
Hasil penelitian ini memberikan pencapaian kebaruannovelties terkait dengan ditemukannya teknologi rehabilitasi bekas jalan sarad bekas tebangan
dengan pengayaan intensif yang mendasarkan pada teknologi konservasi tanah teknik cross drain atau CD dan LRB. Teknologi LRB biasanya digunakan di
kawasan perkotaan dan perumahan untuk meningkatkan resapan air dan kesuburan tanah. Pori-pori yang terbentuk oleh fauna dan mikroba tanah berfungsi
sebagai pori resapan yang selanjutnya disebut biopori. Pembuatan lubang resapan biopori dilakukan dengan menggunakan bor tanah sederhana. Teknologi cross
drain umumnya digunakan di hutan untuk menurunkan laju aliran permukaan, menurunkan sedimentasi sebelum masuk ke badan air. Penerapan kombinasi CD
dan LRB di bekas jalan sarad untuk memperbaiki sifat fisika, kimia, biologi dan menurunkan laju aliran permukaan dan erosi agar dapat ditanami dengan jenis
S.leprosula dan S.parvifolia merupakan kebaruan novelty penelitian ini. Kebaruan yang lain terkait dengan geometri akar S.leprosula dan S.parvifolia,
serapan hara kedua jenis tersebut serta kolonisasi mikoriza di LRB.
Pencapaian kebaruannovelties penelitian didasarkan pada kriteria focus fokus, advance terdepan di bidangnya dan scholar ilmiah yang diuraikan di
bawah ini.
Focus Fokus
Penelitian ini difokuskan untuk mengatasi persoalan di bekas jalan sarad yang padat, infiltrasi rendah, tidak subur, erosi tinggi, miskin anakan, miskin
mikoriza, agar dapat ditanami dengan bibit S. leprosula dan S. parvifolia. Informasi tentang sifat fisika, kimia, biologi di bekas jalan sarad sebelum dan
sesudah pemasangan CD dan LRB, serta penanaman merupakan modal dasar untuk mengatasi persoalan di bekas jalan sarad.
Solusi yang ditawarkan dalam penelitian ini difokuskan pada pemanfaatan teknologi CD dan LRB untuk konservasi tanah dan air sehingga dapat mendukung
pertumbuhan bibit S. leprosula dan S. parvifolia. CD tipe culvart gorong-gorong telah didesain dan digunakan untuk menurunkan erosi dan aliran air di bekas jalan
sarad oleh Montana State University Turton et al. 1999 dengan memperhitungkan sudut lereng. Modifikasi bentuk dapat dilakukan sesuai dengan
kondisi jalan, kelerengan dan jenis tanah.
LRB adalah lubang berbentuk silindris berdiameter sekitar 10 cm atau lebih yang digali di dalam tanah dan kedalamannya tidak melebihi muka air tanah, yaitu
sekitar 100 cm dari permukaan tanah. LRB berfungsi untuk menampung sedimentasi tanah yang tererosi dan mengatasi banjir karena meningkatkan daya
resapan air, mengatasi sampah karena dapat mengubah sampah organik menjadi kompos, mengurangi emisi dari kegiatan mengkompos sampah organik,
menyuburkan tanah, mengatasi masalah timbulnya genangan air penyebab demam berdarah dan malaria Tim Biopori 2007. LRB juga dapat dikatakan
sebagai
“vertical drain” yang bermanfaat untuk rehabilitasi bekas jalan sarad. Penelitian pemanfaatan CD dan LRB di bekas jalan sarad di hutan tropis belum
banyak dikerjakan. LRB yang dibangun sedalam 30 – 40 cm karena kepadatan
tanah di bekas jalan sarad pada kedalaman 0-10 cm sebesar 1.23 – 1.36 gcm
3
. Evaluasi perubahan sifat fisika, kimia dan biologi tanah bekas jalan sarad dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dilakukan satu tahun setelah penanaman.
Advance
Penerapan teknik konservasi tanah dan air untuk mendukung perkembangan akar dan pertumbuhan bibit S. leprosula dan S. parvifolia di bekas jalan sarad
perlu dilakukan. Salah satu teknik konservasi yang dapat dilakukan adalah pembuatan CD dan LRB yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi media
tumbuh tanaman dan geometri akar. Perkembangan akar sangat ditentukan oleh kepadatan tanah di bekas jalan sarad. Selain itu, inokulasi bibit tanaman dengan
cendawan ektomikoriza diharapkan akan memperluas akar untuk menjangkau pori-pori tanah yang sulit ditembus oleh akar Supriyanto 1999, sehingga dapat
meningkatkan serapan hara melalui selubung mantel, Har
tig’s net, geometri akar dan pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan akar tanaman di bekas jalan sarad berpengaruh terhadap kolonisasi mikoriza, serapan hara dan air yang pada gilirannya secara fisiologis
mampu meningkatkan pertumbuhan S. leprosula dan S. parvifolia.
Scholar Ilmiah
Data yang dapat dipertanggungjawabkan diperoleh dengan pemilihan lokasi percobaan berdasarkan hasil overlay antara peta bekas jalan sarad, peta ITSP
inventarisasi tegakan sebelum penebangan dan peta kontur. Peta bekas jalan sarad digunakan untuk memilih bekas jalan sarad utama yang sering digunakan
untuk pengangkutan kayu. Peta ITSP digunakan untuk mengetahui peta pohon dan volume kayu yang ditebang sehingga secara umum beban jalan dapat
diketahui. Peta kontur digunakan untuk mengetahui kelerengan bekas jalan sarad untuk penempatan plot percobaan. Dengan demikian plot percobaan yang
dibangun memiliki persyaratan: 1 di bekas bekas jalan sarad utama yang sudah satu tahun ditinggalkan dengan kelerengan 15-25, pohon yang ditebang paling
banyak. Setelah pemilihan lokasi dilanjutkan dengan pembuatan CD dan LRB ditempatkan pada bekas jalan sarad terpilih.
Sampel tanah diambil pada titik-titik yang sudah ditetapkan untuk mempelajari sifat fisika, kimia dan biologi tanah, baik sebelum maupun sesudah
penanaman. Pengukuran kepadatan tanah dilakukan pada bagian kiri, tengah dan kanan bekas jalan sarad. Besaran erosi diketahui dengan menggunakan metode
bak karena lebih akurat Arsyad 2006 dan Asdak 2010.
Kolonisasi mikoriza, struktur Hartig net dan mantel dianalisis berdasarkan prosedur Brundret et al. 1996. Serapan hara pada tanaman dianalisis
berdasarkan metoda standar. Perubahan pertumbuhan bibit meranti merupakan indikator keberhasilan aplikasi teknologi CD dan LRB untuk merehabilitasi bekas
jalan sarad agar lebih produktif.
Penelitian ini merupakan percobaan faktorial dengan pola rancangan acak lengkap dan selanjutnya dianalisis ragam Mattjik dan Sumertajaya 2006.
Kerangka pemikiran penelitian ini seperti pada Gambar 1.1, sedangkan kerangka kerja untuk mencapai tujuan penelitian seperti pada Gambar 1.2.
Gambar 1. 1 Kerangka pemikiran penelitian
Pengayaan Intensif Teknologi konservasi
tanah Pemilihan jenis
Pemeliharaan
SFM Hutan Alam
Pertumbuhan pohon tegakan hutan yang produktif, kompetitif, efisien dan lestari
Devisa negara
Manfaat sosial ekonomi
TPN Perlu dikembalikan utk peningkatan
produktivitas dan pemulihan lingkungan Bagaimana solusinya?
Sistem silvikultur TPTI
Persoalan rehabilitasi di jalan sarad: pemadatan tanah, anakan sedikit, erosi,kesuburan tanah rendah, miskin hara, miskin mikoriza
Luaran:Teknologi pengayaan intensif, pengendalian erosi, pengembangan geometri akar dengan CD dan LRB
Hutan terdegradasi 52,5 jt ha
Jalan sarad Hutan
dieksploitasi
Pertumbuhan tanaman yang
baik dan sehat Bibit bermutu, mampu
tumbuh di tempat terbuka, sistem perakaran kuat, dan
mempunyai nilai ekonomi tinggi
Penggunaan CD, LRB, kompos, arang, asosiasi
mikoriza