temperatur yang memadai untuk melanjutkan pertumbuhannya. Mikoriza akan bertahan hidup atau berkembang setelah penanaman Smith et al. 1997.
Mikoriza diharapkan akan mampu memperbaiki proses penyerapan unsur hara dan air pada kondisi tanah bekas jalan sarad yang telah mengalami proses pemadatan
tanah.
Hasil penelitian pada Bab 2 menunjukkan bahwa CD dan LRB di bekas jalan sarad mampu menurunkan kepadatan tanah, meningkatkan permeabilitas
tanah, menurunkan aliran permukan dan laju erosi, meningkatkan KTK tanah, unsur P di LRB meningkat 40, kandungan Al
+3
tidak terdektesi dan meningkatkan respirasi mikroba tanah. Dengan demikian LRB dan CD dapat
memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah di bekas jalan sarad. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh teknik CD dan LRB pada
perbaikan geometri akar dan kolonisasi mikoriza di bekas jalan sarad.
3.2 Metode 3.2.1 Bahan dan alat
Bahan yang dipergunakan adalah akar meranti S. leprosula dan S. parvifolia umur satu tahun yang ditanam dekat LRB. Alat yang dipergunakan
kaliper, penggaris, timbangan analitik, cawan petri, mikroskop, larutan FAA formaldehyde acetic acid, bahan pewarna histologi, safranin, alcian blue dan
parafin, counter, spidol, preparat, tisue, mikroskop binokuler dan buku dan alat tulis.
3.2.2 Metode pengumpulan data Geometri akar
Pengumpulan data dilakukan dengan menggali dan mengamati sistem perakaran dari tanaman S. leprosula dan S. parvifolia umur 12 bulan setelah
penanaman. Akar tanaman diklasifikasikan sebagai akar horizontal H
root
apabila sudut antara akar dan bidang vertikal lebih besar atau sama dengan 45
o
≥ 45
o
. Jika sudutnya lebih kecil dari 45
o
45
o
, akar tersebut diklasifikasikan sebagai akar vertikal V
root
. Fraksi akar horizontal adalah perbandingan antara luas permukaan akar-akar horizontal dengan total luas permukaan akar horizontal +
vertikal. Shoot-root ratio dapat dikemukakan melalui perbandingan antara total luas penampang melintang akar dengan luas penampang melintang batang atau
basal area. Selain shoot-root ratio, penghitungan terhadap jumlah akar primer dan sekunder serta panjang akar primer dan sekunder juga dilakukan.
Kolonisasi mikoriza
Pengamatan kolonisasi mikoriza dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut:
1. Pengambilan akar primer, sekunder dan tersier kemudian dihitung panjang dan diameter akar.
2. Akar tersier dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam larutan FAA. 3. Akar tersier dicuci kemudian diamati akar yang bermikoriza kemudian
dihitung jumlah akar yang bermikoriza di bawah miskroskop.
4. Pembuatan preparat jaringan akar. Penyiapan preparat untuk pengamatan anatomi akar dilakukan dengan metode Sass 1958. Metode ini di mulai
dengan fiksasi akar menggunakan FAA Formaldehida-Asam acetat-alkohol selama 24 jam, lalu diteruskan dengan proses dehidrasi, yaitu upaya
pengeluaran air dari dalam jaringan tanaman, proses ini menggunakan alkohol. Proses selanjutnya adalah praparafinasi, yang bertujuan menghilangkan
alkohol dari jaringan tanaman agar dapat diisi dengan parafin, proses ini menggunakan alkohol 99 dan xylol dengan beberapa tahapan. Proses
parafinasi dilakukan dengan menggunakan xylol dan parafin dengan konsentrasi yang berbeda dalam empat tahapan dan selama 24 jam. Proses ini
dilakukan di dalam oven dengan suhu 55
o
C. 5. Hasil parafinasi kemudian dicetak dan hasilnya dipotong menggunakan
mikrotom putar dengan ketebalan ukuran 5 – 10 um, kemudian dilanjutkan
dengan tahapan perwarnaan akar. Teknik perwarnaan akar dilakukan dengan tahapan fiksasi dalam FAA, dehidrasi, praparafinasi, parafinasi, blocking,
pemotongan akar, pewarnaan akar dan pengamatan akar. Pewarna yang digunakan adalah safranin 0.5 dan alcian blue 1. Setelah keseluruhan
proses ini dilakukan maka preparat akar diamati di bawah mikroskop untuk melihat anatomi akar.
Pengamatan yang dilakukan pada morfologi akar kolonisasi, sistem perakaran dan anatomi akar berektomikoriza. Untuk pengamatan anatomi akar
dilakukan dengan mengamati ketebalan mantel dan kedalaman Hartig net hasil histologi akar, pengamatan dilakukan pada beberapa sampel akar S. leprosula dan
S. parvifolia yang terkolonisasi.
3.2.3 Analisis data Distribusi perakaran dengan menghitung
shoot-root ratio
Shoot-root ratio dihitung dari perbandingan kuadrat diameter batang d
2
dan jumlah kuadrat semua diameter akar ∑ d
r 2
H
roots
+V
roots
dari setiap individu pohon sesuai formula berikut Van Noordwijk dan De Willigen 1991:
Keterangan: n
= jumlah semua akar horisontal dan vertikal d
= diameter batang d
r
= diameter akar H
roots
= akar horisontal V
roots
= akar vertikal
Persentase akar bermikoriza
Persentase akar bermikoriza diamati secara visual, kemudian dihitung tingkat kolonisasinya. Pengamatan akar bermikoriza dilakukan dengan
menggunakan mikroskop dengan metoda Brundrett et al. 1996.