BAB IV SIKAP TINDAKAN ORANG-ORANG TERDEKAT DAN
MASYARAKAT SEKITAR TENTANG PERILAKU IBU-IBU DESA SEI BELUTU YANG SUKA BERMAIN JUDI
4.1. Tanggapan dari Suami
Adapun pendapat-pendapat suami para ibu yang ikut dalam permainan judi ini adalah sebagai berikut:
- Bapak P. Sihotang
Bapak P. Sihotang adalah seorang PNS dia bekerja sebagai kepala sekolah SD Negeri di salah satu Desa Sei Belutu, Bapak P. Sihotang juga suami yang
baik karena bapak ini adalah suami yang tidak suka bermain judi, tidak merokok, dan tidak suka minum-minuman beralkohol seperti minum bir,
ataupun tuak, boleh dikatakan sifat bapak ini kebalikan dari sifat Ibu E. Sinaga dimana, Ibu E. Sinaga suka merokok, minum-minuman dan bermain
judi. Bapak P. Sihotang mengatakan bahwa sifat isterinya yang suka bermain judi awalnya disebabkan karena anak pertamanya yang menikah dengan anak
perempuan pilihan Ibu E. Sinaga atau boleh dikatakan anaknya ini dijodohkan dengan anak perempuan yang masih dekat dengan kelurga mereka yaitu Ito
nya Ibu E. Sinaga yang sama-sama bermarga Sinaga. Awalnya alasan Ibu E. Sinaga menjodohkan anaknya kepada putri Ito nya itu adalah karena Ibu E.
Sinaga senang memiliki menantu seperti perempuan yang dipilihkannya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tetapi setelah sebulan dari pernikahan anaknya, apa yang dipikirkan oleh ibu Sinaga mengenai keluarga Ito nya ini salah besar karena ternyata keluarga dari
pihak perempuan ini tidak mengakui anak perempuannya dan tidak pernah peduli lagi dengan keluarga mereka, karena anak perempuannya ini adalah
hasil pernikahan dari isteri pertamanya, sehingga ibu E. Sinaga stres dan merasa dirinya telah dipermainkan oleh keluarga dari pihak menantunya.
Sebenarnya menantu Ibu Sinaga ini adalah anak dari mantan isteri bapak R. Sinaga yang sudah lama bercerai dan tidak pernah bertemu lagi walaupun
disaat pernikahan puterinya ini sang mantan isteri juga tidak datang menghadiri pesta pernikahan puterinya karena memang mantan istrinya
berada di Jawa Timur tepatnya tinggal di Sudoarjdo. Adapun tanggapan yang dikemukakakan oleh bapak tersebut kapada saya menyikapi isterinya bermain
judi adalah sebagai berikut: “Bapak Tua sebenarnya tidak masalahnya kalau Maktuamu ini
bermain judi karena Bapak Tua tahu bagaimana perasaannya dan yang dipikirannya, pasti Maktuamu stres karena mikirin
masalah anaknya ini, karena itu Bapak Tua mengijinkan Maktuamu bermain judi. Tetapi yang tidak Bapak Tua suka
dari Maktuamu ini sudah tingkahnya itulah sudah kelewatan batas karena masa setiap hari bermain judi sampai-sampai
pasiennya pun tidak dipedulikannya, yang lebih penting buatnya adalah bermain judi. Datang pasien berobat haruslah
tunggu dijemput dulu dari tempat perjudiannya itu. Kalau dilihat orang Bapak Tua atau anaknya Bapak Tua naik kereta
kesana pasti orang-orang yang disana sudah tahu kalau kami mau kesana jemput Maktuamu itu. Datangpun Bapak Tua
ketempat perjudiannya tetapi tetap saja tidak dipedulikannya Bapak Tua, sebenarnya Bapak Tua mau marah-marah di
tempat perjudiannya itu tapi mau dibilang apalagilah malu dilihat orang-orang yang disana
orang Bapak Tua “marbadai”, apalagi Maktuamu itu orangnya “garang”sekali,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kalau sudah emosi suaranya kuat sekali tidak peduli ada orang. Di rumah pun Bapak Tua selalu menasehati Maktuamu
itu kalau berjudi itu bisa tapi dilihat batasannya jangan setiap hari dan kalau sudah main judi tidak ingat waktu terkadang
Maktuamu itu pulang tengah malam dan buat Bapak Tua emosi terkadang karena tidak tahan lagi Bapak Tua, terpaksa
pintu rumah Bapak Tua sengaja kunci dan pura-pura tidak dengar kalau sudah datang Maktuamu itu, tetapi entah kenapa
tak sanggup juga Bapak Tua biarkan Maktuamu di luar tidur kasihan juganya Bapak Tua melihatnya dan juga Bapak Tua
malu kalau Maktuamu dilihat orang tidur diluar. Pernah suatu hari Bapak Tua dengan Maktuamu itu bertengkar hebat
sampai-sampai Maktuamu minggat dari rumah pulang kerumah Ompungmu karenakan dekatnya rumah Ompungmu
dari rumah kita ini paling kalau naik kereta habiskan waktu ½ jam, alasannya orang Bapak Tua bertengkar karena Bapak
Tua emosi lihat perilaku maktuamu itu, Bapak Tua sudah capek kerja tapi rumah tidak ada yang beres, nasi pun tidak
dimasak, ikan dan sayur pun tidak ada terpaksalah walaupun capek Bapak Tua yang kerjain sendiri sedangkan Maktuamu
sampai sore tidak kelihatan dan Bapak Tua tahu dimana Maktuamu itu pasti lagi bermain judi dan tidak ingat waktu.
Seringkalinya Bapak Tua ngomong dengan Maktuamu itu “bertobatlah Op. Tiur boru ibu E. Sinaga sudah bercucu pun
dan sebentar lagi anak gadismu mau kawin apa tidak malu nanti anak gadis kita dilihat calon suaminya dan keluarganya
kalau ibu mertuanya suka bermain judi. Pastinya tercoretlah muka kita itu karena ulahmu” tetapi tetap juganya Maktuamu
itu keras kepala dan tidak pernah dengar nasehat-nasehat Bapak Tua sehingga sampai sekarang Bapak Tua diamin
sajalah Maktuamu itu kalau pergi bermain judi biarlah tunggu di tangkap polisi mungkin baru Maktuamu itu bertobat dan
tidak mau lagi bermain judi, tapi karena itu semua kami selalu berantam kadang mau setiap harinya cekcok adu mulut tapi
karena malu didengar orang terpaksalah Bapak Tua yang selalu mengalah”.
Dari perkataan yang dikemukan oleh Bapak P.Sihotang dapat kita lihat bahwa sebenarnya Bapak P. Sihotang mengijinkan Ibu E. Sinaga bermain judi tetapi dengan
syarat Ibu E. Sinaga dapat mengatur waktunya dalam bermain judi dan tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
meninggal pekerjaannya sebagai seorang bidan serta tidak lupa dengan pekerjaannya sebagai seorang isteri dan seorang ibu.
- Bapak A. Harianja
Bapak A. Harianja adalah seorang PNS, dia bekerja sebagai guru SMA di Desa Sei Belutu, Bapak ini mengajar mata pelajaran Matematika dikelas X
sepuluh dan XI sebelas. Adapun tanggapan bapak tersebut menyikapi isterinya bermain judi adalah sebagai berikut:
“Setiap Tulang
menasehati Nantulangmu
ini pasti
Nantulangmu tidak bisa menerima apa nasehat Tulang karena sifat Nantulangmu ini “jogal” tidak mau tahu apa kata orang
walaupun kata suaminya tetap saja tidak peduli. Pokoknya yang dipikirannya judi…judi..dan judi…, dan tidak mau tahu
apa penilaian orang sama dia pokoknya Nantulangmu senang, apa kata orang cuek saja. Sebenarnya Tulang malu lihat
perilaku Nantulangmu ini tapi kalau Tulang bilang seperti itu Nantulangmu ini tidak peduli malahan sebaliknya Tulang
sendiri yang dimarahin. Dulu Tulang karena emosinya lihat Nantulangmu ini seminggu kami tidak bicara. Kami hanya
diam-diam saja paling kalau ada urusan tentang pesta ngobrol ala sekedarnya saja dan setelah itu diaman lagi. Sudah banyak
cara yang Tulang buat biar Nantulangmu ini tidak mau berjudi tapi tetap aja selalu berjudi. Tulang pun tidak bisa lagi bicara
kalau nantulangmu berjudi, paling kalau pulang dari berjudi Tulang bukakan pintu dan langsung tidur.
Dari pernyataan bapak A. Harianja diatas dapat kita lihat bahwa bapak A. Harianja ini tidak menyukai perilaku ibu S. Situmorang karena segala perilaku yang
dilakukan oleh ibu S. Situmorang membuat bapak A. Harianja malu terhadap keluarga dan masyarakat yang ada di Desa Sei Belutu tersebut. Bapak A. Harianja
memiliki keinginan untuk bisa merubah perilaku isterinya yang suka bermain judi tetapi walaupun sudah berbagai cara yang dilakukan oleh bapak A. Harianja untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
merubah isterinya tetap saja ibu S. Situmorang tidak memperdulikan usaha yang dilakukan oleh suaminya tersebut
- Bapak K. Situmorang
Bapak K. Situmorang adalah seorang lulusan SMA, dia bekerja sebagai petani. Bapak K. Situmorang suka minum tuak walaupun demikian Bapak K.
Situmorang tidak suka bermain judi, karena bapak tersebut beranggapan bahwa bermain judi adalah pekerjaan yang merugikan, uang habis, waktu
terbuang, dan malu dilihat orang lain. Adapun tanggapan yang dikemukakan oleh Bapak K. Situmorang menyikapi isterinya bermain judi adalah sebagai
berikut: “Uda sudah bosan menasehati Inangudamu itu, capek marah-
marah Inangudamu ini tetap saja tidak peduli. Sudah tua, sudah bercucu tapi tidak tahu apa itu malu,
berjudi terus kerjaannya entah apa yang dipikirannya Inangudamu itu,
terkadang kalau Uda pikirkan tentang Inangudamu ini panas kepalanya uda kepengen pecah karena itu uda diamin saja
kalau Inangudamu itu pergi ketempat perjudiannya itu. Biarlah suka-suka Inangudamu itu berjudi, Uda bukannya
tidak peduli tapi emang Inangudamu itu yang “jugul” kalau di nasehati tidak mau mendengar apa kata Uda.”
Dari perkataan Bapak K. Situmorang diatas dapat kita lihat bahwa bapak ini sudah bosan memberikan nasehat terhadap isterinya dan tidak perduli lagi dengan
sikap isterinya yang suka bermain judi, jadi apapun yang dilakukan oleh isterinya, Bapak K. Situmorang tidak akan pernah lagi melarangnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
- Bapak K. Sinaga
Bapak K. Sinaga adalah seorang lulusan SMA. Dia bekerja sebagai petani, Bapak K. Sinaga mengelola sawahnya sendiri dan setelah musim
panen padi Bapak K. Situmorang bercocok tanam dengan tanaman yang lainnya. Mereka menanam tanaman semangka karena Desa Sei Belutu ini
memiliki proses bercocok tanam yang baik, sehingga masyarakat sekitar tidak hanya memiliki pendapatan dari hasil padinya tetapi memiliki
tambahan modal dari tanaman buah semangka. “Tulang mau bilang apalagilah tentang Nantulang mu ini
sudah tabiatnya seperti itu sampai berbusa pun mulut Tulang menasehatinya tetap saja tidak merubah sifat Nantulang mu
itu. Mungkin sudah keturunan itu, maksud Tulang mungkin sifat Nantulang mu itu diturunkan dari bapaknya yang sudah
meninggal, karena dulu juga bapaknya suka berjudi sampai barang-barang jualannya pun habis dibuat untuk berjudi dan
sampai-sampai anak-anaknya memanggil bapaknya itu dengan sebutan “Ketupret”. Sebenarnya Tulang malu lihat sifat
Nantulang mu itu karena Tulang saja tidak berjudi ini jadi malah Nantulang mu yang suka berjudi, dilihat orangpun
jelek. Sering juga Tulang suruh anak-anak Tulang yang menasehati tapi tetap saja tidak didengarkan cuman janji-janji
saja diomongin tapi tindakan tidak ada, jadi Tulang malas nasehati Nantulang mu itu bagusnya Tulang diamin saja dan
terserahlah mau bagaimana perilaku Nantulang kamu itu”.
Dari pernyataan Bapak K. Sinaga tersebut dapat kita lihat bahwa Bapak K. Sinaga sudah merasa jenuh menyikapi perilaku isterinya tersebut yang suka bermain
judi. Oleh karena itu Bapak K. Sinaga hanya bisa diam saja melihat tingkah isterinya tersebut, sampai isterinya tertangkap pihak berwajib karena kepribadiannya yang
suka bermain judi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
- Bapak J. Naibaho
Bapak J. Naibaho adalah seorang PNS. Dia bekerja sebagai kepala sekolah di SD Negeri di Desa Sei Belutu. Adapun tanggapan bapak
tersebut menyikapi isterinya yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:
“Bapak Tua terus setiap hari menasehati Maktua kamu ini, terkadang didengarkan tetapi terkadang dinasehati malah jadi
Bapak Tua di marah-marahi, jadinyakan bingung Bapak Tua lihat tingkahnya Maktua mu ini tidak bisa ditebak. Kalau
Bapak Tua kesal lihat Maktua mu itu pasti Bapak Tua singgung, terkadang Bapak Tua bilang “bertobatlah kerajaan
Allah sudah dekat” tetapi kalau Bapak Tua berbicara seperti itu pasti Maktua mu itu emosi dan bilang “diamlah mulutmu
itu, kaulah yang bertobat biar masuk surga kau”. Begitulah sifat Maktua mu itu melawan saja kerjaannya, itu yang buat
Bapak Tua emosi kalau lihatnya. Sebenarnya Bapak Tua mengijinkannya kalau Maktua kamu itu berjudi tapi itulah
Maktua kamu itu tidak lihat-lihat jam kalau sudah berjudi, pernah dulu Maktua kamu ini pulang dari perjudian sampai
tengah malam kira-kira pukul setengah 12 baru pulang dari tempat perjudiannya, sampai dirumah ketok-ketok pintulah
malu Bapak Tua melihat tetangga, terkadang Bapak Tua sengaja bersikap tuli tidak dengan teriakannya tetapikan
karena kasihan Bapak Tua melihat Maktua kamu itu diluar dengan terpaksa Bapak Tua bukalah pintu, tetapi sewaktu
buka pintu Bapak Tua sengaja wajah Bapak Tua kelihatan marah dan kalau sudah seperti itu muka Bapak Tua pasti
Maktua kamu itu diam saja dan langsung masuk kekamar tidur. Besok pagi Bapak Tua sengaja diamin sampai Maktua
kamu itu sadar akan kesalahannya tetapi sayangnya Maktua kamu ini tetap saja tidak pernah sadar-sadar akan
kesalahannya itu dan tetap saja pulang tengah malam terus dari tempat perjudiannya”.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dari pernyataan Bapak diatas dapat kita lihat bahwa Bapak J. Naibaho dalam menyikapi perilaku isterinya yang suka bermain judi ini adalah hanya bisa melihat
tingkah laku isterinya karena walaupun Bapak J. Naibaho seringkali menasehati isterinya tersebut tetap saja isterinya tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh
bapak tersebut. Oleh karena itu apapun yang akan diperbuat oleh isterinya tersebut Bapak J. Naibaho hanya bisa melihat saja tanpa ada respon apapun terhadap perilaku
isterinya. -
Bapak P. Nadeak Bapak P. Nadeak adalah seorang PNS. Dia bekerja sebagai guru SLTP
Negeri di Desa Sei Belutu, bapak ini mengajar mata pelajaran Sejarah pada siswa kelas VIII delapan dan kelas IX Sembilan. Adapun
tanggapan bapak tersebut dalam menyikapi perilaku isterinya yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:
“Tulang menyikapai perilaku Nantulang kamu ini hanya bisa diam-diam sajalah tidak peduli Nantulang kamu itu bertindak
apa yang penting Nantulang kamu masih ingat bekerja. Lagian Tulang tahunya kalau Nantulang kamu itu lagi suntuk karena
banyaknya masalah–masalah terutama masalah keluarga jadi mungkin kalau berjudi Nantulang kamu bisa senang dan bisa
hilangkan rasa suntuknya itu. Jadi, kalau Nantulang kamu habis pulang berjudi paling Tulang bukakan pintu kalau tidak
pintu tidak Tulang kunci jadi Nantulang kamu tinggal masuk rumah. Terkadang salutnya tulang lihat Nantulang mu itu
kalau sudah ke sawah pasti semuanya dikerjakan sampai selesai, karena sifat Nantulang kamu ini kalau sudah ke sawah
tidak lihat-lihat jam sama seperti bermain judi. Itu yang membuat Tulang tidak terlalu mempermasalahkan sifatnya
yang suka bermain judi”.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dari pernyataan yang dikemukakan oleh bapak tersebut di atas dapat kita lihat bahwa Bapak P. Nadeak tidak mempermasalahkan perilaku isterinya yang suka
bermain judi, karena walaupun isterinya suka bermain judi tetapi isterinya itu masih ingat akan pekerjaannya, baik itu kalau bekerja di sawah milik mereka.
- Bapak T. Tambunan
Bapak T. Tambunan adalah seorang PNS. Dia bekerja sebagai guru SD di Desa Sei Belutu, bapak ini mengajar mata pelajaran PENJASKES di semua kelas.dari
kelas I satu sd kelas VI enam. Adapun tanggapan bapak tersebut mengenai menyikapi isterinya yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:
“Tulang selalu menasehati Nantulang kamu ini kalau berjudi itu tidak baik dilihat orang, tapi kalau Tulang berbicara
seperti itu malah Tulang sendiri yang di marah-marahin. Kalau Tulang bilang sifat Nantulang kamu ini bandal boleh
dibilang sifatnya mirip sifat anak laki-laki, bukan hanya berjudi saja Nantulang kamu ini kuat merokok, minum-
minuman tuak dan suka kumpul bareng bapak-bapak, paslah sifat Nantulang kamu ini seperti laki-laki tidak ada ubahnya.
Lihat tingkah Nantulang kamu ini buat Tulang stres, terkadang karena tidak tahan lagi Tulang bersabar lihat sifat Nantulang
kamu ini Tulang marah-marah sama Nantulang kamu itu sampai-sampai keluarga Nantulang kamu itu Tulang maki-
maki. Tapi walaupun Tulang sudah marah-marah tetap saja Nantulang kamu ini berjudi, dengan santainya pergi ketempat
perjudiannya itu tanpa wajah bersalah, kalau sudah pulang dari tempat perjudiannya itu Tulang sengaja letakkan uang
kedepannya lalu Tulang bilang” ini lagi modal untuk berjudi, pergilah lagi kesana sama kawan-kawanmu itu berjudi
habiskanlah dulu uang ini” setelah Tulang berbicara seperti itu mungkin Nantulang kamu ini merasa Tulang hina,
Nantulang kamu ini langsung marah-marah dan jadi Tulang juga dihina-hina. Kalau sudah seperti itu kejadiannya jadinya
Tulang diamin sajalah daripada panjang masalahnya, malah jadi buat malu tetangga saja”.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dari pernyataan yang dikemukakan oleh bapak tersebut di atas dapat kita lihat bahwa Bapak T. Tambunan selalu menasehati isterinya tersebut mengenai
perilakunya yang suka bermain judi tetapi memang pada dasarnya isteri Bapak T. Tambunan ini tidak bisa di nasehati karena perilaku isterinya yang suka melawan
bapak tersebut dan tidak memperdulikan apa kata orang lain yang penting ibu tersebut senang.
- Bapak N. Panjaitan
Bapak N. Panjaitan adalah hanya seorang lulusan dari SMA. Dia bekerja sebagai petani ditempat sawah mereka sendiri. Adapun tanggapan
Bapak N. Panjaitan dalam menyikapi perilaku isterinya yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:
“Tulang setiap berbicara dengan Nantulang kamu ini selalu menasehati Nantulang
kamu ini biar memberhentikan
kebiasaannta yang suka bermain judi tetapi memang sudah jadi tabiat Nantulang kamu inilah bermain judi apa boleh buat
lagi terpaksalah Tulang diamin saja. Sudah secara haluspun Tulang nasehatin Nantulang kamu ini tetap saja tidak ada
respon apa-apa hanya bisa mendengar saja tanpa ada tindakan untuk merubah diri. Sebenarnya Tulang marah
dengan sikap Nantulang kamu, kadang Tulang ada pikiran ingin usir Nantulang kamu dari rumah tetapi kalau Tulang usir
malu dilihat orang dan anak-anak Tulang pun pasti jadi marah-marah kepada Tulang karena ngusir mama mereka.
Terpaksalah Tulang diamin sajalah perilaku jelek Nantulang kamu ini, biarlah suka-suka hatinya mau berbuat apa, kalau
itu yang membuat dirinya senang. Pernah juga ada dipikiran Tulang ingin telepon polisi biar ditangkap semua ibu-ibu yang
ikut bermain judi tetapi kalau Tulang panggil polisi sama juga semakin buat keluarga malu, jadinya Tulang diam saja lihat
semua yang terjadi sama Nantulang mu ini, Tulang tidak ada protes-protes lagi tentang tingkah Nantulang mu itu biarlah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nantulang mu itu seperti itu sampai Nantulang mu dapat karma dan bertobat”.
Dari pernyataan bapak tersebut di atas dapat kita lihat bahwa Bapak N. Panjaitan hanya bisa pasrah saja melihat tingkah laku isterinya tersebut sampai
isterinya itu sadar akan kesalahan yang diperbuatnya itu dan mengerti bahwa tindakannya yang suka bermain judi itu tidak baik dan hanya membuat malu keluarga
saja.
4.2. Tanggapan dari Anak-Anak