• Rico Nadeak Rico Nadeak adalah putera ke-4 dari pasangan Bapak P. Nadeak dengan Ibu
E. Manurung. Rico adalah mahasiswa semester 7 disalah satu universitas Swasta di Medan. Adapun tanggapannya dalam menyikapi perilaku ibunya yang suka bermain
judi adalah sebagai berikut: “Setiap anak pasti malu kalau lihat mamanya suka bermain
judi, apalagi kalau mamanya setiap hari selalu bermain judi dan orang-orang pada tahu kalau mama kita itu suka berjudi,
tetapi mau dibilang apalagilah kalau kebiasaan mama berjudi tidak bisa dirubah lagi, mama itu seringkali banyak alasan
kalau ditanya, apalagi kalau sudah jamnya untuk berjudi beribu alasan dibuat untuk bisa pergi ketempat perjudiannya
itu”.
Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa Rico sangat malu melihat tingkahlaku ibunya yang suka bermain judi. Dimana tingkahlaku ibunya tersebut dia
tahu ketika ingin pergi ketempat perjudiannya.
4.3. Tanggapan dari Keluarga Terdekat
• Ibu B. Sinaga Ibu B. Sinaga adalah adik dari Ibu E. Sinaga. Ibu B. Sinaga seringkali datang
berkunjung kerumah Ibu E. Sinaga karena jarak tempat tinggalnya dekat dengan rumah Ibu E. Sinaga. Ibu B. Sinaga bekerja sebagai petani, dan sawah yang
dikelolahnya berdekatan dengan desa Ibu E. Sinaga. Adapun tanggapan Ibu B. Sinaga dalam menyikapi perilaku Ibu E. Sinaga yang suka bermain judi adalah sebagai
berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
“Awalnya saya melihat tingkah laku kakak ini buat Inanguda tidak masalahnya karena mungkin karena banyaknya beban
pikiran yang dipikirkannya, lagian juga kakak itu masih ingat kerja dan mengurus Akkang baoa serta anak-anaknya. Tetapi
lama-kelaman Inanguda tidak suka melihat tingkah kakak itu karena kakak ini bermain judi setiap hari, setiap jam sampai-
sampai tidak ingat waktu, sudah seharian pun nanti berjudi tetapi tetap saja tidak selesai-selesai, pulang pun kerumah
hanya untuk mengambil modalnya saja untuk berjudi. Siapa yang tidak emosi melihatnya, saya saja “palak” apalagi
Akkang baoa itu, tapi salutlah Inanguda sama Akkang baoa bisa melihat tingkah kakak seperti itu. Seandainya saja kakak
ini salah pilih suami, sudahlah pasti rumahtangga mereka tidak akan bisa bertahan sampai sekarang, tapi karena kakak
dapat suami yang baik seperti Akkang baoa ini bisalah kakak dibilang beruntung. Jujur saja Inang saya malu kalau sudah
datang kerumah kakak ini karena kakak ini jarang dirumah saya dapat dan kalau saya tidak dapat jumpai kakak dirumah,
pasti saya duduk-duduk dikedai depan rumah kakak itu, kalau sudah disitu tukang jaga kedainya itu selalu cakap seperti ini
kepada Inanguda:
“Op. Tiur itulah Eda selalunya saya melihat pergi Akkang boru itu ketempat perjudiannya, bermain kartulah orang
Inang-inang itu disana, padahal Op. Tiur doli baru pulang dari sekolahnya pastinyakan capek, padahal ikan dan sayur
tidak ada dimasak sama Op. Tiur boru ini jadinya Op. Tiur doli inilah yang masak. Teruslah Op. Tiur doli ini bercerita-
cerita tentang tingkah Op. Tiur boru ini tapi sambil senyum- senyumnya. Memanglah Op. Tiur doli ini yang baikan
orangnya.”
Saya malukan Inang dengar cerita Eda itu, entah apalah yang ada dipikiran kakak ini bingung saya melihatnya. Kalau saya
marah-marah nanti dibilang saya itu suka ikut campur tentang pribadinya tau rumahtangganya itulah. Nanti dibilang pula
sama Inanguda seperti ini:
“Urus keluarga sendiri sajalah, untuk apa mengurus keluarga orang,padahal keluarga sendiri masih harus diurus.”
Daripada nanti kami sama-sama emosi lebih bagus saya diamin saja, sedangkan Akkang baoa itu saja dilawan apalagi
saya, malah dimaki-maki kakak itu pula. Kakak ini oranyakan Inang “parbada” tidak terlawan kan kalau sudah marah. Jadi
kalau Inanguda dan Uda datang kerumah kakak ini dan kami
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tidak ketemu dirumah berarti kakak ini lagi asik-asiknya bermain judi, dan orang-orangpun yang datang berobat sudah
tahu kalau kakak tidak dirumah pasti ditempat perjudiannya”.
Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa Ibu B. Sinaga tidak tahan melihat perilaku Ibu E. Sinaga yang suka bermain judi, dan masayarakat yang ada di
desa tersebut tahu kalau Ibu E. Sinaga suka bermain judi dan dimana tempat perjudian meraka.
• Bapak J. Nadeak Bapak J. Nadeak adalah saudara laki-laki dari Bapak P. Nadeak yaitu suami
dari Ibu A. Sinaga. Bapak J. Nadeak bekerja sebagai petani. Jarak tempat tinggalnya dengan rumah Bapak P. Nadeak adalah sekitar 10 km, jadi Bapak J. Nadeak ini
seringkali berkunjung kerumah Bapak P. Nadeak. Adapun tanggapan Bapak J. Nadeak dalam menyikapi perilaku “Akkang Boru”nya itu adalah sebagai berikut:
“Mau dibilang apalagilah saya ini Iboto, memang sudah dasarnya tingkah laku Akkang Boru seperti itu, kalau memang
mau merubahnya pasti sangat susah, karena sudah beberapa kali saya dengar kalau anak-anaknya selalu menasehati
Akkang Boru supanya tidak berjudi karena dilihat orang, seperti Mamak-mamak yang tidak beres saja, apalagi
umurnya yang sudah tua tidak pantas lagi bertingkah seperti itu. Iyah mungkinlah alasannya untuk buang-buang suntuk
saja tapikan Akkang ini sudah kelewat batas, tidak bisa mengontrol sifat buruknya itu, masa Mamak-mamak baru
tengah-tengah malam pulang dari tempat perjudiannya, mungkinlah Akkang ini tidak masalah kalau diceritain orang-
orang tetapi anak-anaknya bagaimanalah, pasti mereka malu lihat tingkah laku Akkang itu yang buruk. Selalunya saya
perhatikan anak-anaknya selalu menyinggung tingkah laku oma mereka itu tapi itulah Akkang ini tidak pernah dengar
nasehat anak-anaknya, padahal anak-anaknya ini sudah pada besar-besar dan seharusnya sudah bisa kasih saran kepada
orangtuanya, tetapi memanglah kakak ini sifatnya keras kepala
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tidak peduli nasehat-nasehat orang-orang sekitarnya, padahal nasehat-nasehat itu untuk kebaikannya juganya. Heran saya
melihatnya”.
Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa menurut Bapak J. Nadeak ini tingkahlaku Ibu A. Sinaga tersebut sudah tidak bisa lagi diubahnya lagi karena
memang sudah menjadi kebiasaan Ibu A. Sinaga bermain judi, walaupun sudah
seringkali anak-anaknya menasehati Ibu A. Sinaga.
4.4. Tanggapan dari Masyarakat di Lingkungan Sekitar