Analisis pengaruh karakteristik individu dan karakteristik usaha pelanggan terhadap tingkat pengembalian piutang usaha (Studi kasus PT. Tempo Cabang Bogor)

(1)

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN

KARAKTERISTIK USAHA PELANGGAN TERHADAP

TINGKAT PENGEMBALIAN PIUTANG USAHA

(STUDI KASUS PT. TEMPO CABANG BOGOR)

Oleh

ANDHIKA SAVITRI

H24097009

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(2)

ABSTRACT

ANDHIKA SAVITRI. H24097009. Analysis of Individual Characteristics and Characteristics of Business in Compliance Payment Accounts Receivable (A Case Study of PT. Tempo Branch Bogor). under the guidance of ALI MUTASOWIFIN.

Company's competitive advantage is a very important factor in order to maintain the viability of the company. One form of competitive advantages that can be offered to companies that perform activities are the provision of flexible payment credit. The company conducts its business activities with the sale of credit need to be aware of the possibility for doubtful accounts, for it takes the receivables management effective and efficient to be able to minimize the possibility of bad debts.

There are several factors that cause a company's accounts receivable is not collectible, One cause is not an owner in terms of the accounts receivable was due to the lack of collection efforts, the lack of control from the original claims, the lack of selection in credit, while those who owe in terms of cause can vary, for example, those who owe a sudden financial hardship, or business bankruptcy.

PT. Tempo Branch Bogor is one branch company of PT. Tempo Group. PT. Tempo Bogor branch seeks to meet the needs of customers by marketing pharmaceutical products, nutrasetikal, health care, cosmetic, and soft drinks. Based on the diagram National receivable balance, the Greater Jakarta area has troubled debtors are quite high compared to Java, Sumatra, and the East, which is 53.9% owned by debtors Jabodetabek, then 21.7% of outstanding amounts Java, 12, 5% off Sumatra, and the East with 11.9% of outstanding amounts.

Greater Jakarta has a value of outstanding amounts of the most high that the need for evaluation of the causes of bad debts in terms of internal control, customer individual characteristics, and characteristics of customer.Analisis regarding internal control standards were analyzed by analysis of credit, accounts receivable investment analysis, and ratio analysis finance. Meanwhile, to measure the factors that cause bad debts for the individual characteristics of age, education, number of dependents, and the level of familiarity with the sales. Meanwhile, business characteristics can be analyzed through the experience of credit, business turnover, repayment period, and business experience


(3)

i

RINGKASAN

ANDHIKA SAVITRI. H24097009. Analisis Pengaruh Karakteristik Individu dan Karakteristik Usaha Pelanggan Terhadap Tingkat Pengembalian Piutang Usaha (Studi Kasus PT. Tempo Cabang Bogor). dibawah bimbingan ALI MUTASOWIFIN.

Keunggulan kompetitif perusahaan merupakan faktor yang sangat penting agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu bentuk keunggulan kompetitif yang dapat ditawarkan bagi perusahaan yang melakukan aktivitas penyediaan jasa adalah fleksibilitas pembayaran secara kredit. Perusahaan yang melakukan kegiatan usahanya dengan penjualan kredit perlu mewaspadai adanya kemungkinan piutang tidak tertagih, untuk itu dibutuhkan manajemen terhadap piutang yang efektif dan efisien agar mampu meminimalisasi kemungkinan piutang tak tertagih.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan piutang usaha suatu perusahaan tidak tertagih, Salah satu penyebab tidak tetagihnya suatu piutang usaha dari segi pemilik piutang usaha adalah karena kurangnya usaha penagihan, kurangnya kontrol dari pemberi piutang, kurangnya seleksi dalam pemberian kredit, sedangkan dari segi pihak yang berutang penyebabnya bisa bermacam-macam, misalnya pihak yang berutang tiba-tiba mengalami kesulitan keuangan, maupun kebangkrutan usaha.

PT. Tempo Cabang Bogor merupakan salah satu cabang perusahaan dari PT. Tempo Group. PT. Tempo Cabang Bogor berupaya memenuhi kebutuhan pelanggan dengan memasarkan produk-produk farmasi, nutrasetikal, perawatan kesehatan, kosmetika, dan minuman ringan. Berdasarkan diagram saldo piutang Nasional, wilayah Jabodetabek memiliki saldo piutang bermasalah yang cukup tinggi dibandingkan dengan wilayah Jawa, Sumatera, dan wilayah Timur, yakni 53,9% saldo piutang dimiliki oleh wilayah Jabodetabek, lalu 21,7% saldo piutang wilayah Jawa, 12,5% untuk wilayah Sumatera, dan wilayah Timur dengan saldo piutang 11,9%.

Wilayah Jabodetabek memiliki nilai saldo piutang yang paling tinggi sehingga perlu adanya evaluasi mengenai penyebab piutang tak tertagih dari segi pengendalian internal perusahaan, karakteristik individu customer, dan karakteristik usaha customer.Analisis mengenai pengendalian internal dianalisa melalui analisis standar kredit, analisis investasi piutang, dan analisis rasio keuangan. Sedangkan untuk mengukur faktor-faktor penyebab piutang tak tertagih untuk karakteristik individu yakni usia, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan tingkat keakraban dengan sales. Sedangkan, karakteristik usaha dapat dianalisis melalui pengalaman kredit, omset usaha, jangka waktu pengembalian kredit, dan pengalaman usaha.


(4)

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN

KARAKTERISTIK USAHA PELANGGAN TERHADAP

TINGKAT PENGEMBALIAN PIUTANG USAHA

(STUDI KASUS PT. TEMPO CABANG BOGOR)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

ANDHIKA SAVITRI

H24097009

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(5)

Judul : Analisis Pengaruh Karakteristik Individu dan Karakteristik Usaha Pelanggan Terhadap Tingkat Pengembalian Piutang Usaha (Studi Kasus PT. Tempo Cabang Bogor)

Nama : Andhika Savitri NRP : H24097009

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ali Mutasowifin, S.E., M.Ak. NIP 196609042005011002

Mengetahui: Ketua Departemen

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP 196101231986011002


(6)

RIWAYAT HIDUP

Andhika Savitri dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 November 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Keluarga Bapak Sjaimal Sjafri dan Ibu Lela Noor Wulan.

Penulis memulai pendidikannya ketika berusia 5 tahun di Taman Kanak-Kanak (TK) Libbi Andita Davitri Bogor, Kemudian di Sekolah Dasar (SD) Negeri Pengadilan V dan setelah itu melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5 Bogor dan pada tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6, Kota Bogor.

Penulis melanjutkan ke bangku kuliah dan diterima di Program Diploma Institut Pertanian Bogor pada Program Keahlian Akuntansi dan lulus pada tahun 2009. Setelah lulus pada Program Diploma, penulis diterima bekerja di PT. Bogor Ekspress Media (Radar Bogor) selama 10 bulan, lalu berlanjut di PT. Tempo Cabang Bogor hingga kini. Selanjutnya mengikuti pendidikan Strata 1 pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2009. Penulis juga pernah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan selama tiga (3) bulan sebagai customer service di PT. Jamsostek (Persero) Cabang Bogor 1.


(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrahiim,

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW atas segala rahmat dan karunia-Nya, hingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK

INDIVIDU DAN KARAKTERISTIK USAHA PELANGGAN TERHADAP TINGKAT PENGEMBALIAN PIUTANG USAHA (Studi Kasus PT. Tempo

Cabang Bogor)” sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen, FEM IPB.

Dengan segala keterbatasan dalam hal pengetahuan, kepustakaan, wawasan, pengalaman, maupun kemampuan, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan, maka mengharapkan kritik, ataupun saran yang membangun sebagai bekal untuk penyempurnaan dikemudian hari.

Penulis mengucapkan terima kasih dan syukur Alhamdulillah, semoga Allah SWT selalu menuntun, memberikan hidayah-Nya dan kasih sayang-Nya kepada kita semua, Amin.

Akhirul kata, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bogor, Februari 2013


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW atas segala rahmat dan karunia-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan rasa hormat serta ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam skripsi ini baik secara materil, moril maupun spiritual kepada :

1. Bapak Ali Mutasowififn, S.E., M.Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, koreksi, saran dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM., dan Bapak R. Dikky Indrawan,SP, MM. selaku Dosen Penguji yang telah bersedia menguji, memberikan koreksi dan saran dalam skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc., selaku Ketua Departemen Manajemen, FEM, IPB.

4. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM., selaku Koordinator Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, FEM, IPB.

5. Ibu Lindawati Kartika, SE,M.Si., selaku Tim Quality Control yang telah memberikan koreksi dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh staff dan pegawai PT. Tempo Cabang Bogor atas kesediaannya mengizinkan dan membantu penulis dalam proses penelitian.

7. Kedua Orang Tua dan keluarga besar yang telah memberikan dukungan, motivasi dan doa kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini. 8. Syarief Hidayat, SH., terima kasih atas doa, motivasi, semangat dan

bantuannya selama proses penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman satu bimbingan Ida Hardiati dan Ade Putri Nasution, terima kasih atas kerjasamanya.

10.Daniar Lusiani dan Chairani Destiana. Terima kasih untuk kebersamaannya.

11.Bapak Krisnan Wiyatno SE, Ibu Fitria Agustina L, dan teman-teman Finance lainnya terima kasih atas saran dan bantuannya.


(9)

12.Bapak Amran Maxi, Bunda Dewi, Mba Firly, Teh Rian, Bp Ruslan, Bp Sodikun, Mas Sigit, Opa Reinhart, dan Mas Amir terima kasih saran dan bantuannya.

13.Seluruh pegawai PT Tempo Cabang Bogor, terima kasih atas bantuan, dorongan, dan motivasi dalam skripsi ini.

14.Seluruh staff pengajar dan karyawan/karyawati Program Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, FEM, IPB.

15.Semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan dan penyelesaian skripsi ini.

Bogor, Februari 2013


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Piutang... 8

2.1.1 Piutang Tak Tertagih... 9

2.1.2 Metode Penyisihan untuk Piutang Tak Tertagih... 10

2.2 Pengertian Pengendalian Internal ... 12

2.2.1 Tujuan Pengendalian Internal... ... 13

2.2.2 Keterbatasan Pengendalian Internal... 14

2.2.3 Unsur-unsur Pengendalian Internal... 15

2.2.4 Lingkungan Pengendalian... 15

2.2.5 Sistem Pengendalian Internal yang Efektif... 16

2.3 Hubungan Pengendalian Internal dan Piutang Tak Tertagih ... 19


(11)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 22

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Jenis dan Sumber Data... 26

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 27

3.4.1 Analisis Penilaian dan Kinerja Piutang ………... 27

3.4.2 Jumlah Populasi dan Metode Penarikan Sampel... 30

3.4.3 Analisis Deskriptif ……..……... 31

3.4.4 Analisis Regresi Logistik...…... 31

3.5 Penetapan Skala Pengukuran Variabel Penelitian………... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan... ……….… 38

4.2 Gambaran Sistem Informasi ….……… 39

4.3 Analisis Standar Kredit... ……….. 41

4.4 Analisis Kinerja dan Efektivitas Pengendalian Piutang ……… 42

4.4.1 Analisis Investasi Piutang...43

4.4.2 Analisis Rasio Likuiditas...44

4.4.3 Analisis Rasio Aktivitas... 46

4.4.3.1 Analisis Rasio Perputaran Piutang... 46

4.4.3.2 Analisis Rata-rata Periode Tagih... 47

4.4.4 Analisis Skedul Umur Piutang... 49

4.5 Analisis Faktor-faktor Penyebab Piutang Tak Tertagih ..….………. 51

4.5.1 Metode Pengambilan Contoh... 51

4.5.2 Analisis Validitas dan Reliabilitas... 52

4.5.3 Karakteristik Umum Responden... 54

4.5.3.1 Karakteristik Individu... 54

4.5.3.2 Karakteristik Usaha...56

4.5.3.3Analisis Regresi Logistik untuk Pengaruh Karakteristik Individu dan Usaha... 57

4.6 Implikasi Manajerial ……….. 62

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 64

2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA... 67


(12)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Tingkat pengembalian piutang wilayah Jabodetabek …………... 5

2. Contoh estimasi piutang tak tertagih pada PT. XYZ... 11

3. Variabel, definisi operasional, indikator, skala pengukuran, dan instrumen ...35

4. Analisis investasi piutang... 43

5. Rasio likuiditas tahun 2009-2011……….. 44

6. Rasio perputaran piutang tahun 2009-2011... 46

7. Rasio rata-rata periode tagih tahun 2009-2011... 48

8. Skedul umur piutang 2009...……… 49

9. Skedul umur piutang 2010...……… 50

10. Skedul umur piutang 2011...……… 50

11. Pengujian validitas dan reliabilitas... 53

12. Karakteristik individu pelanggan... 55

13. Karakteristik usaha pelanggan... 56

14. Hasil analisis regresi logistik untuk karakteristik individu... 58


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Diagram saldo piutang ………..…………... 2

2. Diagram saldo piutang per customer group…………... 3

3. Grafik tingkat pengembalian piutang Nasional…………... 4

4. Diagram presentase umur piutang...……… 5

5. Kerangka penelitian... ……… 25

6. Grafik rasio investasi piutang 2009-2011... ……….. 44

7. Grafik rasio likuiditas 2009-2011……… 45

8. Grafik perputaran piutang... ………. 47


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Struktur organisasi... ………..…………... 69

2. Standard Operating Procedure POD Billing……... 70

3. Standard Operating Procedure Inkaso dan Kasir …………... 71

4. Standard Operating Procedur A/R Control ...……… …… 72

5. Kuesioner Penelitian ... ………... 73

6. Hasil Trend ……….………... 76

7. Data Kuesioner ………..…….. 81

8. Hasil Regresi ………..……… 83


(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan yang terjadi di dalam dunia usaha telah memperketat persaingan antar perusahaan. Keunggulan kompetitif perusahaan merupakan faktor yang sangat penting agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu bentuk keunggulan kompetitif yang dapat ditawarkan bagi perusahaan yang melakukan aktivitas penyediaan jasa adalah fleksibilitas pembayaran secara kredit. Penjualan kredit menimbulkan piutang bagi perusahaan penyedia jasa dan menimbulkan utang bagi pemakai jasa. Piutang yang timbul dari aktivitas penyediaan pembayaran jasa merupakan aktivitas utama perusahaan yang disebut sebagai piutang usaha dan dikategorikan sebagai aktiva lancar dalam neraca.

Dalam penggunaan jasa secara kredit, konsumen dapat menggunakan terlebih dahulu jasa yang disediakan dan pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Jangka waktu yang diberikan kepada konsumen bergantung pada kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya.Sistem pembayaran secara kredit lebih menarik bagi pemakai jasa namun tidak selalu memuaskan bagi penyedia jasa, bagi pemilik piutang usaha. Ada kalanya sejumlah piutang usaha memiliki kemungkinan untuk tidak tertagih pada saat jatuh tempo pembayaran, akibatnya pemilik dengan terpaksa menghapuskan sejumlah piutang usahanya yang dianggap sudah tidak dapat ditagih.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan piutang usaha suatu perusahaan tidak tertagih, baik dari segi pemilik piutang maupun dari segi pihak yang berutang. Salah satu penyebab tidak tetagihnya suatu piutang usaha dari segi pemilik piutang usaha adalah karena kurangnya usaha penagihan, kurangnya kontrol dari pemberi piutang, kurangnya seleksi dalam pemberian kredit, sedangkan dari segi pihak yang berutang penyebabnya bisa bermacam-macam, misalnya pihak yang berutang tiba-tiba mengalami kesulitan keuangan, maupun kebangkrutan usaha.


(16)

Perusahaan yang melakukan kegiatan usahanya dengan penjualan kredit perlu mewaspadai adanya kemungkinan piutang tidak tertagih, untuk itu dibutuhkan manajemen terhadap piutang yang efektif dan efisien agar mampu meminimalisasi kemungkinan piutang tak tertagih. Salah satu perusahaan dibidang jasa yang melakukan penjualan kredit ialah perusahaan distribusi, salah satunya ialah PT. Tempo yang bergerak di bidang distribusi barang farmasi.

PT. Tempo yang merupakan salah satu kelompok usaha yang bergerak dibidang pemasaran dari produk-produk farmasi, nutrasetikal, perawatan kesehatan, kosmetika, dan minuman ringan dengan merek-merek yang terkenal antara lain seperti: Hemaviton, Contrexyn, Vidoran, Revlon, Estee Lauder, Clinique, Aramis, Marina, Claudia, Total Care, SOS, Pritho, Barclay, Fraser & Neave (F&N), dan lain-lainnya. Sistem penjualan dilakukan dengan jangka waktu pembayaran 14 hari untuk klasifikasi modern trade (supermarket) dan traditional trade (toko-toko), sedangkan 21 hari untuk corporate pharma (apotik, rumah sakit, dan rumah bersalin). Di bawah ini merupakan saldo piutang PT. Tempo yang diambil secara Nasional untuk melihat proporsi saldo setiap wilayah di seluruh Indonesia, yaitu terdapat pada Gambar 1.

11,90%

12,50%

21,70% 53,90%

TIMUR SUMATERA JAWA

JABODETABEK

Gambar 1.Diagram Saldo Piutang ( PT. Tempo, 2011)

Berdasarkan diagram saldo piutang Nasional pada Gambar 1, wilayah Jabodetabek memiliki saldo piutang yang berada pada umur piutang 30-60 hari dengan jumlah cukup tinggi, yakni sebesar 53,90% dibandingkan dengan wilayah Jawa sebesar 21,70%, Sumatera sebesar 12,50%, dan wilayah Timur sebesar


(17)

11,90%, sedangkan di bawah ini ialah saldo piutang per customer group yang terdapat pada Gambar 2.

67,70%

27,80%

3,20% 1,30%

58,70%

32,70%

6,70%

1,90% 72,40%

25%

1,60% 1%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00%

JABODETABEK JAWA SUMATERA TIMUR

COORPORATE PHARMA MODERN TRADE TRADITIONAL TRADE

Gambar 2.Diagram Saldo Piutang per Customer Group (PT. Tempo, 2011) Wilayah Jabodetabek juga memiliki tingkat pengembalian piutang yang rendah sehingga saldo piutang setiap customer group sangat tinggi yakni untuk Modern Trade (grosir dan retail) sebesar 58,70%, Corporate Pharma (rumah sakit, rumah bersalin, apotik) sebesar 67,70%, dan Traditional Trade (toko-toko) sebesar 72,40%. Hal ini mempengaruhi tingkat penjualan pada setiap cabang PT. Tempo khususnya wilayah Jabodetabek yang menyebabkan outlet-outlet yang menunggak tidak mampu melakukan pembelian kembali. Piutang PT. Tempo Bogor dikategorikan bermasalah ketika umur piutang tersebut diatas 30 hari sejak jatuh tempo piutang tersebut. Di bawah ini ialah tingkat pengembalian piutang PT. Tempo Nasional yang tertera pada Gambar 3.


(18)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

2009 2010 2011 av 2012

H

A

R

I

Jabodetabek Jawa Sumatera Timur

Gambar 3.Grafik Tingkat Pengembalian Piutang (PT. Tempo, 2011) Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian piutang usaha pada PT. Tempo wilayah Jabodetabek berada pada pengembalian rata-rata diatas 45 hari. Tingkat pengembalian piutang usaha wilayah Jabodetabek tertinggi dibandingka wilayah Jawa, Sumatera, dan Timur.

Aktivitas utama PT. Tempo Cabang Bogor adalah mendistribusikan produk-produk farmasi dan non farmasi lainnya kepada apotik, rumah sakit, rumah bersalin, supermarket, dan toko-toko kecil lainnya. Wilayah pemasaran yang cukup luas menyebabkan perkembangan volume penjualan sehingga menyebabkan besarnya jumlah piutang yang dimiliki perusahaan. Berikut ini ialah tingkat pengembalian piutang wilayah Jabodetabek yang dapat dilihat pada Tabel 1.


(19)

Tabel 1. Tingkat Pengembalian Piutang Wilayah Jabodetabek.

NO CABANG BELUM

JATUH TEMPO S/D 3 HARI 4-7 HARI 8-15 HARI 16-30 HARI 31-45 HARI >45 HARI 1 JAKARTA 1

(BEKASI)

94.1% 3.8% 0.3% 1.1% 0.2% 0.2% 0.3%

2 JAKARTA 2 (CENGKARENG)

98.9% 0.7% 0.0% 0.2% 0.0% 0.0% 0.2%

3 JAKARTA 3 (KUNINGAN)

97.9% 1.2% 0.6% 0.1% 0.1% 0.0% 0.0%

4 BOGOR 94.3% 3.9% 0.2% 0.1% 0.1% 0.1% 1.4%

Sumber: PT. Tempo Cabang Bogor (Desember, 2011)

Pada Tabel 1 terlihat bahwa PT. Tempo Cabang Bogor memiliki saldo piutang dengan tingkat pengembalian terbesar di atas 45 hari yakni sebesar 1,4% sehingga dapat dikategorikan bermasalah diantara cabang lainnya, selain itu rincian presentase umur piutang untuk cabang Bogor dapat dilihat pada Gambar 4.

71,02% 25,65%

3,19% 0,11%

0,03% 1-30 Hari

30-60 Hari 60-90 Hari 90-120 Hari >120 Hari

Gambar 4.Diagram Persentase Umur Piutang (PT. Tempo Cabang Bogor, 2011)

Pada diagram persentase umur piutang di Gambar 4 dapat terlihat bahwa persentase terbesar saldo piutang berada pada rentang waktu 1-30 hari yaitu sebesar 71,02% namun kategori piutang bermasalah ditujukan terhadap outlet-outlet yang memiliki piutang dalam rentang waktu 30-60 hari dari tanggal jatuh tempo faktur yakni sebesar 25,65%.

Piutang bermasalah adalah kredit yang diklasifikasikan pembayarannya tidak lancar oleh kreditur, untuk itu dalam pemberian kredit juga mengandung risiko, maka perusahaan seharusnya menerapkan prinsip-prinsip kredit untuk mengurangi


(20)

risiko kredit. Pada periode 31 Desember 2011 persentase penjualan yang dilakukan PT. Tempo Cabang Bogor ialah sebesar Rp 29.907.984 atau 0,46% penjualan secara tunai dan Rp 6.509.562.499 atau 99,54% penjualan secara kredit. Sistem pengendalian terhadap piutang sangat berperan pada tingkat aktiva dan pengelolaan untuk meminimalkan jumlah piutang tak tertagih, selain itu sistem pengendalian piutang dalam sebuah perusahaan perlu diukur untuk mengetahui bahwa pengelolaan yang dilakukan perusahaan sudah maksimal atau memerlukan kebijakan – kebijakan yang lebih efektif dalam mengelola piutang perusahaan.

Pentingnya manajemen piutang bagi kelangsungan hidup perusahaan, dan mengetahui faktor-faktor penyebab piutang tak tertagih untuk menjadikan pertimbangan dalam memberikan kebijakan yang diharapkan mampu meminimalkan saldo piutang pada PT. Tempo Cabang Bogor sehingga dilakukan penelitian mengenai “Analisis Karakteristik Individu dan Karakteristik Usaha Terhadap Tingkat Pengembalian Usaha (Studi Kasus: PT. Tempo Cabang Bogor)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini yakni:

1. Bagaimana sistem pengendalian piutang yang diterapkan PT. Tempo Cabang Bogor?

2. Bagaimana kinerja dan efektivitas sistem pengendalian piutang yang diterapkan PT. Tempo Cabang Bogor?

3. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat piutang tak tertagih pada PT. Tempo Cabang Bogor?


(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah yakni:

1. Mengidentifikasi sistem pengendalian piutang yang diterapkan oleh PT. Tempo Cabang Bogor

2. Menganalisis kinerja dan efektivitas sistem pengendalian piutang yang diterapkan PT. Tempo Cabang Bogor

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat piutang tak tertagih pada PT. Tempo Cabang Bogor.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis, perusahaan, peneliti selanjutnya, dan pihak lain.

1. Manfaat bagi penulis yakni untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai sistem pengendalian piutang dapat meminimalkan piutang tak tertagih pada perusahaan

2. Manfaat bagi perusahaan yakni memberikan informasi seberapa besar pengaruh dan efektifitas sistem pengendalian piutnag perusahaan

3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya yakni sebagai studi pembanding bagi penulis lain yang mendalami masalah ini.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini diarahkan pada bagaimana perusahaan melakukan pengelolaan piutang perusahaan yang dapat mempengaruhi keefektifan kinerja perusahaan. Penelitian ini difokuskan pada praktik manajemen piutang perusahaan, kinerja dan efektivitas sistem pengendalian piutang perusahaan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian piutang tak tertagih dari segi karakteristik individu dan karakteristik usaha pelanggan PT. Tempo Cabang Bogor.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Piutang

Setiap perusahaan terlibat dalam penjualan barang ataupun jasa, sistem penjualan secara tunai maupun kredit. Sistem penjualan kredit akan menimbulkan piutang usaha bagi perusahaan yang diberikan jatuh tempo kepada konsumen atau pelanggannya. Piutang usaha merupakan bagian terbesar dari aktiva lancar serta bagian terbesar dari total aktiva perusahaan. Oleh karena itu sangat penting bagi manajemen suatu perusahaan terutama dalam divisi keuangan untuk menerapkan sistem pengendalian intern terhadap penjualan kredit terutama piutang usaha perusahaan. Menurut Warren, Reeve, dan Fees (2005), piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya. Piutang biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan.

Secara umum piutang diklasifikasikan sebagai berikut: a) Piutang usaha

Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Piutang dicatat dengan mendebit akun piutang usaha.

b) Wesel tagih

Wesel tagih (notes receivable) adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari enam puluh hari.


(23)

c) Piutang lain-lain

Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun, maka aktiva ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dengan judul investasi. Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.

Menurut Horngren dan Harrison (2006), piutang dagang merupakan klaim dari penjual kepada pembeli sebesar jumlah transaksi yang terjadi. Piutang merupakan klaim uang pada perusahaan maupun individu. Klaim tersebut biasanya didapatkan dari penjualan barang atau jasa ataupun dari peminjaman uang. Piutang merupakan salah satu bagian dari harta lancar. Ada dua jenis piutang yaitu piutang dagang dan wesel tagih.

2.1.1. Piutang Tak Tertagih

Menurut Horngren dan Harrison (2006), piutang tak tertagih ialah penjualan secara kredit yang akan menimbulkan keuntungan sekaligus kerugian. Orang yang tidak dapat membayar sekarang akan melakukan pembelian secara kredit. Penerimaan dan keuntungan perusahaan akan meningkat karena penjualan meningkat, tapi kerugian yang dialami oleh perusahaan meningkat pula karena meningkatnya jumlah piutang yang tidak dapat tertagih. Kerugian ini biasanya disebut beban piutang tak tertagih. Perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit, beban piutang tak tertagih merupakan beban yang memang timbul karena kegiatan bisnis perusahaan, sebagai beban usaha tentunya beban piutang tak tertagih harus diketahui jumlahnya.

Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2005), tidak ada satupun ketentuan umum yang dapat digunakan untuk menentukan kapan suatu piutang atau wesel menjadi tidak tertagih. Jika seorang debitor gagal untuk membayar piutang sesuai kontrak penjualan ataupun weselnya belum dibayar saat jatuh tempo, tidak berarti bahwa utang-utang tersebut tidak akan dapat ditagih.


(24)

Bangkrutnya debitur adalah salah satu petunjuk yang paling signifikan mengenai tidak tertagihnya sebagian atau seluruh piutang.

2.1.2. Metode Penyisihan Akuntansi untuk Piutang Tak Tertagih

Terdapat dua metode akuntansi untuk mencatat piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih yakni metode penyisihan (allowance method) membuat akun beban piutang tak tertagih dimuka sebelum piutang tersebut dihapus. Prosedur lain yakni, metode penghapusan langsung (direct write-off method) mengakui beban bahwa hanya pada saat piutang dianggap benar-benar tidak dapat ditagih lagi. Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2005), metode penghapusan piutang tak tertagih yakni:

a) Metode Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Metode ini digunakan oleh mayoritas perusahaan besar untuk mengestimasi besarnya piutang tak tertagih, estimasi piutang tak tertagih pada akhir periode fiskal didasarkan pada pengalaman perusahaan di masa lalu dan prediksi kegiatan perusahaan di masa depan. Jika perekonomian secara umum kinerjanya baik, jumlah beban piutang tak tertagih biasanya lebih rendah dibandingkan jika perekonomian sedang mengalami resesi. Estimasi piutang tak tertagih biasanya didasarkan pada jumlah penjualan atau jumlah piutang yakni:

1) Estimasi Berdasarkan Penjualan

Estimasi berdasarkan jumlah penjualan yakni penjualan kredit selama suatu periode bisa digunakan untuk mengestimasi jumlah beban piutang tak tertagih, jumlah estimasi ini ditambahkan ke saldo yang telah ada pada akun penyisihan piutang tak tertagih. Contoh ayat jurnal penyesuaian,

Beban Piutang Tak Tertagih xxx

Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx


(25)

Estimasi piutang tak tertagih yakni berdasarkan pada seberapa lama piutang tersebut telah beredar dengan menggunakan penentuan umur piutang usaha (aging the receivable). Titik awal dalam menentukan umur piutang adalah tanggal jatuh tempo piutang tersebut.

Jumlah hari dinyatakan telah jatuh tempo adalah ditentukan dari tanggal jatuh tempo sampai tanggal skedul umur piutang dibuat. Skedul umur piutang terdiri atas kolom-kolom yang memperlihatkan jumlah piutang dalam masing-masing kelompok umur. Suatu skala presentasi yang terus naik berdasarkan industri atau pengalaman masa lalu perusahaan digunakan untuk mengestimasi jumlah piutang tak tertagih dalam masing-masing kelompok. Di bawah ini menunjukkan saldo estimasi penyisihan piutang yang diinginkan sebesar $3.390 yang terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Contoh Estimasi Piutang Tak Tertagih Pada PT. XYZ

Interval Umur Saldo Persen Jumlah

Belum jatuh Tempo $75.000 2% $1.500

Telah jatuh Tempo

1-30 hari $4.000 5% $200

Telah jatuh Tempo

31-60 hari $3.100 10% $310

Telah jatuh Tempo

61-90 hari $1.900 20% $380

Telah jatuh Tempo

91-180 hari $1.200 30% $360

Telah jatuh Tempo

181-365 hari $800 50% $400

Telah jatuh Tempo

>365 hari $300 80% $240

Total $86.300 $3.390

Sumber: Warren, 2006


(26)

Berdasarkan metode penghapusan langsung, beban piutang tak tertagih tidak dicatat sampai piutang tersebut diputuskan tidak akan tertagih lagi. Jadi, akun penyisihan dan ayat jurnal penyesuaian tidak diperlukan pada akhir periode. Ayat jurnal untuk menghapus piutang yang telah diputuskan tidak akan tertagih adalah sebagai berikut:

Beban Piutang Tak Tertagih xxx

Piutang Usaha PT. XYZ xxx

Jika piutang dibayar dikemudian hari, maka piutang harus ditimbulkan kembali dengan membalik ayat jurnal penghapusan sebelumnya.

Piutang Usaha PT. XYZ xxx

Beban Piutang Tak Tertagih xxx

Lalu untuk mengakui pembayaran atas piutang tersebut yakni:

Kas xxx

Piutang Usaha PT. XYZ xxx

2.2. Pengertian Pengendalian Internal

Dalam Mulyadi (2002), SA Seksi 319 Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan paragraf 06 mendefinisikan pengendalian internal sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan berikut ini:

1. Keandalan pelaporan keuangan

2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku 3. Efektivitas dan efisiensi operasi


(27)

a) Pengendalian internal merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu. Pengendalian internal merupakan suatu rangkaian tindakan yang bersifat pervasif dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan, dari infrastruktur entitas.

b) Pengendalian internal dijalankan oleh orang. Pengendalian internal bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen, dan personel lain.

c) Pengendalian internal dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian internal dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian menyebabkan pengendalian internal tidak dapat memberikan keyakinan mutlak.

d) Pengendalian internal ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan: pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.

2.2.1. Tujuan Pengendalian Internal

Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2006), tujuan pengendalian internal adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan:

a) Keandalan informasi keuangan

b) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku c) Efektivitas dan efisiensi operasi

Pengendalian internal dapat melindungi aktiva dari pencurian, penggelapan, penyalahgunaan, atau penempatan aktiva pada lokasi yang tidak tepat. Salah satu pelanggaran paling serius terhadap pengendalian internal adalah penggelapan oleh karyawan.


(28)

Menurut Mulyadi (2002), pengendalian internal setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan, berikut ini adalah keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian internal:

a) Kesalahan dalam pertimbangan. Manajemen dan personel lain dapat salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain.

b) Gangguan. Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan.

c) Kolusi. Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian internal yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian internal yang dirancang.

d) Pengabaian oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu.

e) Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian internal tersebut, karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian internal.

2.2.3. Unsur-unsur Pengendalian Internal

Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2006), manajemen bertanggung jawab untuk merancang dan menerapkan lima unsur pengendalian internal (elements of


(29)

internal control) untuk mencapai tiga tujuan pengendalian internal. Unsur-unsur tersebut adalah:

a) Lingkungan pengendalian b) Penilaian risiko

c) Prosedur pengendalian d) Pemantauan (monitoring) e) Informasi dan komunikasi

2.2.4. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian internal, yang membentuk disiplin dan struktur. Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengenndalian dalam suatu entitas antara lain: a) Nilai integritas dan etika

b) Komitmen terhadap kompetensi c) Dewan komisaris dan komite audit d) Filosofi dan gaya operasi manajemen e) Struktur organisasi

f) Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab g) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

Lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan para pemilik dan manajer entitas mengenai pentingnya pengendalian internal entitas. Efektivitas informasi dan komunikasi serta aktivitas pengendalian sangat ditentukan oleh atmosfer yang diciptakan oleh lingkungan pengendalian.

2.2.5. Sistem Pengendalian Internal yang Efektif

Menurut Horngren dan Harrison (2006), pengendalian internal mencakup pengendalian administratif dan pengendalian akuntansi. Pengendalian administratif terdiri dari rencana organisasi, metode-metode, dan prosedur-prosedur yang membantu para manajer untuk mencapai efisiensi operasional dan


(30)

dilaksanakannya kebijakan-kebijakan perusahaan. Pengendalian akuntansi terdiri dari metode-metode dan prosedur-prosedur yang dapat mengamankan aktiva, memberi kuasa/mensahkan transaksi-transaksi, dan menjamin ketepatan dari catatan-catatan keuangan.

Manajemen yang bijaksana akan selalu menggunakan suatu sistem pengendalian intern yang baik/kuat, sehingga sebelum hukum dilaksanakan banyak perusahaan telah memiliki kebijakan pengendalian internal yang dibutuhkan. Biasanya perusahaan akan memasukkan di dalam laporan-laporan tahunan mengenai tanggung jawab manajemen perusahaan. Sistem pengendalian internal yang efektif meliputi:

a) Personalia yang mampu dan dapat dipercaya

Para pegawai haruslah mampu dan dapat dipercaya. Untuk mendapatkan seorang staf yang kompeten, perusahaan harus mampu memberikan gaji yang baik/tinggi untuk menarik para pegawai yang bermutu tinggi, melatih mereka untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, dan mengawasi tugas mereka. Suatu perusahaan dapat pula menambahkan fleksibilitas dalam penempatan stafnya dengan cara memutar/menggilirkan para pegawainya dalam bermacam-macam tugas. Jika seorang pegawai sakit atau cuti, pegawai lain dapat langsung menggantikan tugasnya.

b) Tugas pertanggungjawaban/Assignment of Resposibility

Dalam suatu perusahaan yang mempunyai sistem pengendalian intern yang efektif tidak ada satupun tugas yang terlewatkan. Contohnya, jika sebuah perusahaan memiliki seorang vice president keuangan dan akuntansi. Dua orang petugas/officer lainnya, bendaharawan/treasurer, dan controller melapor pada vice president tersebut. Treasurer bertanggung jawab atas manajemen kas. Controller melakukan tugas-tugas akuntansi. Di dalam organisasi ini, controller mungkin saja bertanggung jawab atas persetujuan bagi faktur-faktur pembayaran, dan treasurer yang pada dasarnya menandatangani cek-cek. Dibawah controller seorang akuntan dapat saja bertanggung jawab atas pajak-pajak kekayaan, dan akuntan yang lain atas pajak-pajak penghasilan. Secara keseluruhan semua tugas/kewajiban telah


(31)

didefinisikan dengan jelas dan ditugaskan pada masing-masing individu yang bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas tersebut.

c) Pemberi kuasa yang tepat/Proper Authorization

Suatu organisasi biasanya memiliki sekumpulan aturan- aturan tertulis yang memuat prosedur-prosedur pengesahan. Setiap penyimpangan dari kebijakan standar akan membutuhkan pemberian kuasa yang layak/pantas (propher authorization).

d) Pembagian Tugas

Manajemen yang cerdas akan membagi pertanggungjawaban atas transaksi-transaksi pada suatu atau beberapa orang atau departemen. Pembagian tugas akan membatasi kesempatan terjadinya kesalahan dan juga memberikan ketepatan bagi catatan-catatan akuntansi. Komponen dari sistem pengendalian internal yang penting namun seringkali diabaikan ini diantaranya ialah:

1. Pemisahan antara operasi dengan akuntansi

Keseluruhan fungsi akuntansi harus benar-benar dipisahkan dari departemen-departemen operasi sehingga dapat memberikan catatan-catatan yang obyektif.

2. Pemisahan antara penanggung jawab aktiva dengan akuntansi

Untuk mengurangi godaan-godaan dan kesalahan, akuntan tidak boleh menangani uang kas, dan kasir tidak boleh memeriksa catatan-catatan akuntansi. Jika seorang pegawai menangani baik masalah kas maupun tugas-tugas akuntansi, maka orang ini dapat mencuri uang kas dan menyembunyikan pencurian tersebut dengan membuat ayat jurnal tipuan pada bukunya.

3. Pemisahan antara pemberi kuasa atas transaksi-transaksi dengan penanggung jawab

Pemisahan antara pemberian kuasa atas transaksi-transaksi dengan penanggung jawab aktiva yang bersangkutan. Jika memungkinkan, orang-orang yang memberikan kuasa atas transaksi-transaksi tidak boleh menangani aktiva yang berkaitan.


(32)

Prestasi/performance saling berdiri sendiri pada setiap tahapan akuntansi akan membantu memperkecil kesalahan-kesalahan dan kesempatn untuk melakukan kejahatan. Misalnya, para akuntan yang berbeda pada sistem akuntansi yang manual ditugaskan untuk menjaga jurnal penerimaan kas dengan jurnal pengeluaran kas. Dalam suatu sistem akuntansi dengan komputer petugas yang memasukkan data ke dalam komputer tidak boleh sebagai petugas yang juga mengoperasikan mesin-mesin tersebut.

e) Pemeriksaan/audit internal dan eksternal

Menguji tingkat kepercayaan dari sistem akuntansi perusahaan, para auditor akan mengevaluasi sistem pengendalian internnya. Para auditor akan menemukan kelemahan-kelemahan dalam sistem tersebut dan menyarankan perbaikan-perbaikan. Para auditor akan memberikan obyektifitas di dalam laporan-laporannya, sedangkan para manajer yang berkecimpung dalam operasi perusahaan mungkin tidak akan melihat kelemahan-kelemahan. f) Dokumen-dokumen dan catatan-catatan

Dokumen-dokumen dan catatan-catatan sangatlah bermacam-macam, dari dokumen sumber seperti faktur penjualan dan order pembelian hingga jurnal-jurnal khusus dan buku-buku besar pembantu. Dokumen-dokumen harus diberi nomor. Kehilangan atau kesenjangan pada urutan penomoran menandakan adanya dokumen yang hilang.

g) Batasan-batasan dari pengendalian internal

Kebanyakan dari ukuran-ukuran pengendalian intern dapat juga diatasi. Sistem-sistem yang telah dirancang untuk menghalangi kesalahan yang dibuat oleh seorang pegawai dapat diatasi/dikalahkan oleh dua atau lebih pegawai-pegawai yang bekerja sebagai satu komplotan-persekongkolan untuk menipu perusahaan.

h) Rekening koran sebagai alat pengendalian

Menyimpan kas di dalam rekening koran adalah salah satu bagian dari pengendalian internal karena bank telah berpengalaman dalam mengamankan


(33)

kas. Bank juga memberikan catatan-catatan yang terinci mengenai transaksi-transaksi kas kepada para nasabah. Agar dapat menarik manfaat yang sebesar-besarnya dari alat pengendalian ini, perusahaan harus menyimpan semua penerimaan kasnya didalam rekening koran dan melakukan semua pembayaran kas melalui rekening tersebut (kecuali pengeluaran kas kecil).

2.3. Hubungan Antara Pengendalian Internal dan Piutang Tak Tertagih

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan yang dibuat oleh manajemen agar dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dalam manajemen keuangan khususnya manajemen terhadap piutang ditetapkan untuk dapat mengurangi tingkat piutang tak tertagih dalam perusahaan, sehingga perlu adanya evaluasi setiap periodenya untuk mengetahui apakah pengendalian internal yang ditetapkan perusahaan sudah efektif dalam meminimalisir piutang tak tertagih.

Setiap pengendalian internal menghasilkan kebijakan tertentu dalam manajemen khususnya terhadap manajemen piutang perusahaan, sehingga pengendalian internal piutang dapat mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi piutang tak tertagih sehingga perusahaan dapat melahirkan kebijakan-kebijakan yang tepat dalam menangani piutang tak tertagih pada perusahaan.

2.4. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Nenny (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efektifitas Manajemen Piutang Pada Perusahaan X”, penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran praktik manajemen piutang, faktor-faktor yang menentukan tingkat efektivitas manajemen piutang, dan mengetahui kinerja dan efektivitas pengelolaan manajemen piutang. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis standar kredit, analisis investasi piutang, analisis rasio keuangan, dan analisis horizontal. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa dalam


(34)

pengelolaan manajemen piutang pada perusahaan X menetapkan kebijakan pemberian kredit yang longgar dan kebijakan penagihan yang pasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas perusahaan adalah kebijakan dalam pemberian piutang, kebijakan penagihan, dan kegiatan pemantauan terhadap posisi piutang. Adapun saran dari peneliti yakni perusahaan sebaiknya melakukan penilaian terhadap Capital, sebagai salah satu unsur dari 5 C. Perusahaan dianjurkan untuk melakukan pemantauan terhadap jumlah piutang masing-masing pelanggan, dan menerapkan kebijakan penagihan yang lebih ketat dibandingkan kebijakan penagihan yang ada saat ini.

Agustina (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efektifitas Manajemen Piutang (Studi Kasus PT. Unitex Tbk, Bogor)”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai praktik manajemen piutang khususnya pada PT. Unitex, menganalisis kinerja manajemen piutang, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang dan mengetahui efektivitas pengelolaan manajemen piutang PT. Unitex.

Pengolahan data penelitian ini bersumber dari laporan keuangan perusahaan yang kemudian digunakan untuk analisis 5 C (analisis rasio keuangan, analisis horizontal, analisis vertikal, dan analisis investasi piutang), analisis deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang, dan analisis umur piutang. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa pengelolaan piutang pada PT. Unitex kurang baik, hasil ini tergambarkan pada hasil analisis rasio keuangan, dimana rasio likuiditas yang dihasilkan tidak likuid.

Adapun saran yang diberikan peneliti adalah untuk membentuk kelompok khusus staff officer, sebaiknya perusahaan meminta kepada pelanggan untuk segera mengirimkan surat klaim pada PT. Unitex dan perusahaan sebaiknya menerapkan analisis 5 C.

Rusdani Hasibuan (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet pada Kredit Usaha Pedesaan yang Terkait Sektor Agribisnis (studi kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cijeruk, Bogor )”, penelitian ini bertujuan untuk


(35)

mengidentifikasi karakteristik nasabah Kupedes secara umum pada sektor agribisnis yang mengalami kemacetan/penunggakan dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian Kupedes nasabah pada sektor agribisnis yang mengalami kemacetan/penunggakan.

Teknik pengambilan contoh dalam penelitian ini dilakukan secara purposif sampling. Populasinya adalah nasabah yang berkecimpung di bidang agribisnis pada sektor pertanian, industri dan perdagangan yang melakukan tunggakan Kupedes pada periode Januari – Desember 2008. Berdasarkan data dari BRI Unit Cijeruk (2009), total nasabah Kupedes pada sektor agribisnis yang melakukan penunggakan periode Januari – Desember 2009 adalah sebanyak 120 orang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif disajikan dalam bentuk analisis deskriptif menggunakan tabulasi guna mendukung data kuantitatif. Sedangkan data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi yang diolah menggunakan software Minitab 13.


(36)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

PT. Tempo Cabang Bogor merupakan salah satu cabang perusahaan dari PT. Tempo Group. PT. Tempo Cabang Bogor berupaya memenuhi kebutuhan pelanggan dengan memasarkan produk-produk farmasi, nutrasetikal, perawatan kesehatan, kosmetika, dan minuman ringan. Beberapa contoh produk yang dipasarkan yakni: Hemaviton, Contrexyn, Vidoran, Revlon, Estee Lauder, Clinique, Aramis, Marina, Claudia, Total Care, SOS, Pritho, Barclay, Fraser & Neave (F&N), dan lain-lainnya.

Sistem penjualan yang diberlakukan PT. Tempo sebagian besar yakni dengan sistem kredit karena mayoritas pelanggannya yaitu modern trade (supermarket), corporate pharma (rumah sakit, apotik, rumah bersalin), dan general trade (toko kelontong). Kebijakan dalam pemberian kredit oleh PT. Tempo Cabang Bogor dengan memberikan limit minimum pemesanan sebesar Rp 150.000,- dan maksimum Rp 1.000.000,- dengan masa waktu percobaan 3 bulan kepada para pelanggan baru. Hal ini diberlakukan untuk mengetahui kemampuan pembayaran dari pelanggan baru tersebut dan meminimalisasi risiko piutang tak tertagih. Selain itu setiap pelanggan yang sudah menjadi pelanggan tetap memiliki plafond (batasan) atas pesanan mereka dengan kewajiban pembayaran yang harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengontrol jumlah piutang pada setiap pelanggan.

Sistem penjualan seperti ini menimbulkan jumlah piutang yang setiap bulannya mengalami peningkatan, selain itu tidak sedikit pula kondisi pelanggan yang tidak mampu membayar sehingga menimbulkan piutang tak tertagih bagi perusahaan. Piutang tak tertagih ini menimbulkan kerugian bagi perusahaaan karena mengurangi nilai pencapaian pendapatan yang seharusnya dicapai setiap bulannya. Untuk itu dibutuhkan penerapan pengendalian internal yang efektif agar dapat mengurangi nilai piutang tak tertagih tersebut.


(37)

Pengendalian internal pada PT. Tempo Cabang Bogor merupakan pengendalian internal yang sifatnya terpusat, namun ada beberapa kebijakan yang disesuaikan dengan keadaan pada setiap cabang. Dalam menganalisis tingkat efektivitas pengendalian internal terhadap piutang usaha pada PT. Tempo Cabang Bogor diperlukan identifikasi terlebih dahulu terhadap faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat efektivitas pengendalian internal terhadap piutang usaha. Di antaranya ialah standar kredit yang ditetapkan oleh PT. Tempo Cabang Bogor dan penerapannya, selain itu perlu juga ditelaah mengenai penerapan pengendalian internal terhadap piutang secara global yakni dari transaksi terjadi hingga transaksi tersebut diakui sebagai piutang.

Setelah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pengendalian internal terhadap piutang usaha lalu evaluasi terhadap kinerja keuangan pun dilakukan dengan metode rasio penagihan rata-rata, dan analisis kebijakan investasi terhadap piutang. Sehingga dapat diperoleh angka atau nilai kelayakan dari kinerja piutang tersebut. Evaluasi pun di analisis untuk mengetahui langkah selanjutnya yang perlu dilakukan perusahaan terhadap piutang tak tertagih tersebut.

Analisis terhadap piutang digunakan untuk dapat mengetahui seberapa besar efektivitas pengendalian internal beserta aplikasinya dalam kinerja keuangan perusahaan terutama rasio perputaran piutang. Untuk menganalisa pengelolaan piutang perusahaan maka digunakan:

1) Analisis Standar Kredit

Standar kredit merupakan kualitas minimum untuk menentukan apakah pemohon kredit layak atau tidak oleh suatu perusahaan. Analisa ini meliputi: a) Character (karakter)

b) Capacity (kemampuan) c) Capital (modal)

d) Collateral (jaminan) e) Condition (kondisi


(38)

2) Analisis Investasi Piutang

Analisis yang digunakan untuk menganalisis apakah dengan memberikan piutang dapat diperoleh manfaat yang lebih tinggi daripada biaya investasi yang dikeluarkan perusahaan.

3) Analisis Rasio Keuangan

Analisa terhadap rasio keuangan merupakan metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Analisis rasio keuangan ini terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas.

Di bawah ini ialah kerangka pemikiran penelitian pada PT. Tempo Cabang Bogor yang terdapat pada Gambar 5.


(39)

(40)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Tempo Cabang Bogor yang terletak di Jl. Raya Kedunghalang Pemda No. 12A gudang G dan H Bogor. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2012 hingga Juli 2012.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Metode yang digunakan dalam penelitian untuk menyusun karya akhir ini adalah berasal penelitian lapangan (data primer) dan penelitian kepustakaan (data sekunder). 1) Penelitian Lapangan (Data Primer)

Data primer merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau langsung melalui obyeknya. Pengumpulan data ini biasanya dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada obyek penelitian dan diisi secara langsung oleh responden.

Data primer diperoleh dengan cara: a) Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan wawancara dilakukan dengan cara menggunakan pertanyaan lisan kepada subyek penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari permasalahan yang biasanya terjadi akibat-akibat khusus yang tidak dapat dijelaskan dengan kuesioner.

b) Kuesioner

Pengumpulan data dengan kuesioner merupakan satu teknik pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan responden memberikan respon terhadap pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Dalam kuesioner ini nantinya akan digunakan model pertanyaan tertutup, yakni bentuk pertanyaan yang sudah disertai alternatif jawaban sebelumnya, sehingga responden dapat memilih salah satu dari alternatif jawaban tersebut.


(41)

2) Penelitian Kepustakaan (Data Sekunder)

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang memadai mengenai konsep-konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian. Untuk tujuan tersebut maka penulis membaca dan mempelajari laporan keuangan dan data piutang bermasalah selama periode 2009-2011 serta beberapa literatur atau sumber-sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti sebagai landasan teoritis untuk penelitian yang diperoleh dari penelitian lapangan, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan dan saran-saran yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang ada.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif disajikan dalam bentuk analisis deskriptif menggunakan tabulasi, guna mendukung data kuantitatif. Sedangkan data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi yang diolah menggunakan Software Minitab 14, dan analisis data tersebut diolah dengan menggunakan Statistical Product and Service Software (SPSS) 15,00 for windows dan bantuan Microsoft Excel 2007.

3.4.1 Analisis Penilaian Kinerja Piutang

1) Standar Kredit

Standar kredit merupakan kualitas minimum untuk menentukan apakah pemohon kredit layak atau tidak oleh suatu perusahaan. Penilaian kualitas pemohon kredit dapat dilakukan dengan melakukan penilaian 5 C yakni:

a) Character (karakter)

Meneliti dan memperhatikan sifat pribadi, cara hidup, status sosial, dan lain-lain. Hal ini penting karena berkaitan dengan kemauan membayar.

b) Capability (kemampuan)

Meneliti kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya dalam meraih penjualan ataupun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dapat dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam bidang usahanya.


(42)

c) Capital (modal)

Mengukur posisi keuangan secara umum dengan memperhatikan kapital/modal yang dimiliki perusahaan dan juga perbandingan hutang dan kapital.

d) Collateral (agunan/jaminan)

Mengukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai kolateral atau jaminan atas kredit.

e) Condition (kondisi)

Memperhatikan kondisi perekonomian pada umumnya serta kecenderungan (trend) perekonomian yang akan mempengaruhi terhadap jalannya usaha perusahaan.

2) Analisis Kebijakan Investasi

Menurut Warren, Reeve, dan Fees (2006), perusahaan yang memberikan jangka waktu kredit yang panjang cenderung memiliki jumlah piutang usaha yang relatif tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang jangka waktu kredit yang pendek. Maka penting untuk menagih piutang secepat mungkin. Kas yang diperoleh dari penagihan piutang akan meningkatkan solvensi (kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang) dan megurangi risiko kerugian dari piutang tak tertagih. Dua ukuran keuangan yang digunakan untuk mengevaluasi penagihan piutang yakni:

…...(1)

...(2)

3) Analisis Rasio 1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo.


(43)

Ada dua ukuran dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a) Rasio lancar, merupakan alat ukur likuiditas yang diperoleh dengan membagi aktiva lancar dengan pasiva lancar.

...(3)

b) Rasio cepat, adalah sama dengan rasio lancar kecuali tanpa memperhitungkan persediaan yang dianggap sebagai aktiva lancar yang kurang likuid.

...(4)

Untuk kedua alat ukur likuiditas, rasio lancar dan rasio cepat semakin tinggi nilainya maka likuiditas perusahaan dianggap semakin baik.

2. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui kecepatan berapa perkiraan menjadi penjualan atau kas. Dengan melihat pada perkiraan rasio lancar saja, pengukuran likuiditas pada umumnya tidak memadai. Perbedaan komposisi dari aktiva lancar dan hutang lancar dapat berpengaruh secara berarti pada likuiditas yang sebenarnya. Rasio- rasio aktivitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Rasio perputaran piutang

Rasio ini mengukur perbandingan penjualan perusahaan dan besarnya piutang yang belum ditagih. Jika perusahaan memiliki kesulitan dalam penagihan, maka perusahaan memiliki saldo piutang yang besar dan rasionya rendah. Sebaliknya, jika perusahaan yang baik maka saldo piutang rendah sehingga rasionya tinggi.


(44)

...(5) b) Rata-rata Periode Tagih

Rata-rata periode tagih adalah jumlah rata-rata waktu yang diperlukan untuk menagih piutang. Rasio tersebut bermanfaat untuk mengevaluasi kebijakan pinjaman dan kebijakan penagihan.

...(6)

...(7) 3.4.2 Jumlah Populasi dan Metode Penarikan Sampel

Jumlah populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah outlet-outlet yang mengalami permasalahan dalam pembayaran piutang yaitu 338 outlet yang terdiri dari 121 coorporate pharma, 34 modern trade, dan 183 general trade. Data tersebut berdasarkan saldo piutang outlet-outlet yang menunggak dengan umur piutang 30-60 hari.

Kategori penunggak yang masih mendapatkan toleransi pembayaran ialah pelanggan yang melewati jatuh tempo dengan masa keterlambatan antara 1-30 hari. Kategori penunggak dikategorikan piutang tak tertagih oleh perusahaan ialah outlet yang memiliki masa keterlambatan piutang-piutangnya 30-60 hari.

Metode yang digunakan dalam penelitian ialah sampel tidak acak atau nonrandom sampling yakni setiap elemen populasi tidak memiliki kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Teknik pengambilan sampel dengan purposiv sampling yang merupakan teknik penetapan sampel berdasarkan pada criteria-kriteria tertentu yakni diambil berdasarkan customer group, kepemilikan usaha, telah menjadi pelanggan selama 2 tahun maupun lebih dari 2 tahun, dan transaksi pembelian lebih dari 2 kali dalam sebulan. Kuesioner terdapat pada Lampiran 5.


(45)

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :

3.4.3 Analisis Deskriptif

Data yang diperoleh untuk karakteristik penunggak pembayaran disajikan dalam bentuk tabel, kemudian data karakteristik tersebut dianalisis secara deskriptif yang mencakup karakteristik individu, karakteristik usaha, serta hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik usaha dengan pola pembayaran tunggakan piutang.

Karakteristik individu yang dianalisis terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan tingkat keakraban dengan sales. Sedangkan karakteristik usaha meliputi pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, omzet usaha, dan pengalaman kredit.

Adapun analisis hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik usaha dengan pola pembayaran piutang meliputi: hubungan usia dengan pola pembayaran piutang, tingkat pendidikan dengan pola pembayaran piutang, Jumlah tanggungan keluarga dengan pola pembayaran piutang, tingkat keakraban sales dengan pemilik outlet, pengalaman usaha dengan pola pembayaran piutang, jangka waktu pengembalian piutang dengan pola pembayaran piutang, omzet usaha dengan pola pembayaran piutang, dan pengalaman kredit dengan pola pembayaran piutang. Pola pembayaran piutang yaitu cara outlet dalam menjalankan kewajiban berupa tunggakan pembayaran piutang kepada pihak PT. Tempo. Dalam analisis ini, akan dilihat bagaimana hubungan antara variabel pola pembayaran tunggakan piutang usaha terhadap variabel-variabel yang diduga mempengaruhinya.

3.4.4 Analisis Regresi Logistik

Metode regresi logistik, seperti halnya regresi linier, adalah suatu metode analisa statistika yang mendeskripsikan hubungan sebuah peubah respon dengan satu atau lebih peubah bebas. Regresi logistik adalah bagian dari analisis regresi yang digunakan ketika variabel dependen (respon) merupakan variabel dikotomi. Variabel dikotomi biasanya hanya terdiri atas dua nilai, yang mewakili kemunculan atau tidak


(46)

adanya suatu kejadian yang biasanya diberi angka 0 atau 1. Tidak seperti regresi linier biasa, regresi logistik tidak mengasumsikan hubungan antara variabel independen dan dependen secara linier. Regresi logistik akan membentuk variabel prediktor/respon (log (p/(1-p)) yang merupakan kombinasi linier dari variabel independen. Nilai variabel prediktor ini kemudian ditransformasikan menjadi probabilitas dengan fungsi logit.

Logit (pi) = loge pi/1-pi...(8)

Dengan pi adalah peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon untuk orang ke-i dan loge adalah logaritma dengan basis bilangan e. Kategori sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian dalam penelitian. Model yang digunakan dalam analisis regresi logistik biner adalah :

Logit(pi) = b0 + b1*x...(9)

Dengan logit (pi) adalah nilai transformasi logit untuk peluang kejadian sukses, b0 adalah intersep model garis regresi, b1 adalah slope model garis regresi dan X adalah peubah penjelas. Regresi logistik juga menghasilkan rasio peluang (odds ratios) terkait dengan nilai setiap prediktor. Peluang (odds) dari suatu kejadian diartikan sebagai probabilitas hasil yang muncul yang dibagi dengan probabilitas suatu kejadian tidak terjadi. Secara umum, rasio peluang (odds ratios) merupakan sekumpulan peluang yang dibagi oleh peluang lainnya. Rasio peluang bagi prediktor diartikan sebagai jumlah relatif dimana peluang hasil meningkat (rasio peluang > 1) atau turun (rasio peluang < 1) ketika nilai variabel prediktor meningkat sebesar 1 unit. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian piutang pada PT. Tempo Cabang Bogor, terdapat variabel bebas antara lain : karakteristik individu dan karakteristik usia, yaitu: usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat keakraban dengan sales, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian piutang, omzet usaha, dan pengalaman kredit.


(47)

Rumus yang digunakan adalah:

Yij = f (Xij)...(10) Dimana,

Yij = Pengembalian piutang tak tertagih (piutang macet)

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini meliputi aspek karakteristik individu dan karakteristik usaha yang diduga menjadi penyebab-penyebab dalam peningkatan piutang tak tertagih pada PT. Tempo Cabang Bogor.

Hipotesis dirumuskan berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu oleh Dicky (2009), Rusdani (2010),dan Astri (2011).

Rumusan Hipotesis tersebut adalah :

Faktor usia dipakai dengan pertimbangan bahwa semakin tinggi umur seseorang, maka akan mematangkan kemampuan berfikirnya. Dalam hal ini akan berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian piutang, maka:

X1 : Usia debitur diduga berpengaruh positif terhadap pengembalian piutang

Pendidikan nasabah merupakan lamanya nasabah mengikuti pendidikan formal. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai, debitur akan semakin menyadari dan mengetahui pentingnya mengelola usahanya dengan baik, sehingga pendidikan diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian piutang, maka:

X2 : Pendidikan diduga berpengaruh positif terhadap pengembalian piutang

Jumlah tanggungan keluarga, semakin banyak jumlah tanggungan keluarga atau anggota keluarga lain yang menjadi tanggungan keluarga tersebut, maka akan semakin besar pengeluaran yang diperlukan. Semakin besar pengeluaran untuk keluarga, diduga akan mengurangi alokasi pembayaran untuk pengembalian piutang. Jumlah anggota keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian piutang, maka:

X3: Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap pengembalian piutang


(48)

Dalam penelitian-penelitian terdahulu, analisis terhadap karakteristik individu yang diduga menjadi penyebab piutang tak tertagih yakni pembinaan yang dilakukan terhadap debitur, tetapi dalam penelitian untuk mengetahui penyebab-penyebab piutang tak tertagih pada PT. Tempo Cabang Bogor bukan berupa pembinaan tetapi tingkat keakraban dengan sales/petugas yang diberi kepercayaan untuk menagih piutang tersebut.

Tingkat keakraban diduga mampu memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan piutang tak tertagih, yakni semakin sales memiliki tingkat keakraban yang cukup tinggi terhadap pemilik outlet diduga mampu memberikan kelonggaran waktu terhadap waktu pembayaran piutang, maka:

X4: Tingkat keakraban diduga berpengaruh negatif terhadap pengembalian piutang

Pengalaman usaha mempengaruhi kemampuan dan keterampilan dalam mengambil keputusan dari berbagai alternatif terbaik.

Berdasarkan pengalaman usaha tersebut pengusaha dapat menghindari dan mengurangi risiko yang dapat menggagalkan usaha. Pengalaman usaha berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian piutang, maka:

X5: Pengalaman usaha diduga berpengaruh positif terhadap pengembalian piutang

Jangka waktu pengembalian piutang berhubungan dengan lama waktu yang diperlukan oleh pengusaha untuk melaksanakan usahanya. Dengan waktu pengembalian piutang yang lama, pengusaha dapat menjalankan usaha yang memerlukan waktu/umur produksi yang lama. Jangka waktu pengembalian piutang diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian piutang, maka:

X6: Jangka waktu pengembalian diduga berpengaruh positif terhadap pengembalian piutang


(49)

Omzet usaha menentukan tingkat pendapatan pengusaha dari usaha yang dijalankannya. Semakin tinggi omzet usaha akan meningkatkan usaha, sehingga akan meningkatkan penghasilan yang dialokasikan untuk membayar piutang. Omzet usaha berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian piutang, maka:

X7 : Omzet usaha diduga berpengaruh positif terhadap pengembalian piutang

Pengalaman pengambilan kredit, merupakan ukuran berapa kali debitur sudah pernah mengambil kredit sebelumnya. Dengan demikian semakin tingginya pengalaman debitur dalam mengambil kredit, maka akan semakin mengerti betapa pentingnya ketepatan dalam pembayaran kredit. Pengalaman pengambilan kredit diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian piutang, maka:

X8 : Pengalaman kredit diduga berpengaruh positif terhadap pengembalian piutang.

3.5. Penetapan Skala Pengukuran Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat delapan variabel yang meliputi karakteristik individu dan karakteristik usaha sebagai indikator dalam kuesioner yang disajikan terhadap sampel yang akan menjadi responden. Di bawah ini mendeskripsikan mengenai delapan variabel yang akan menjadi indikator yang diduga dapat mempengaruhi tingkat pengembalian piutang usaha yang terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tabel Variabel, Definisi Operasional, Indikator, Skala Pengukuran, dan Instrumen

Variabel Definisi

Operasional

Indikator Skala

Pengukuran

Instrumen

Usia Umur pemilik

outlet yang diperhitungkan dari waktu kelahiran sampai pada saat penelitian berlangsung yang diatur dalam tahun

Usia pemilik outlet terhadap peluang pengembalian piutang


(50)

Lanjutan Tabel 3.

Variabel Definisi

Operasional

Indikator Skala

Pengukuran Instrumen Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan formal yang pernah/sudah dilalui oleh pemilik outlet Riwayat pendidikan terhadap pengalaman usaha dan pengalaman kredit

Ordinal Kuesioner

Jumlah tanggungan keluarga Jumlah anggota keluarga pemilik outlet termasuk istri/suami, anak kandung serta saudara lainnya yang tinggal satu rumah dan masih menjadi tanggungan, diukur dalam jumlah orang. Pengaruh jumlah keluarga terhadap peluang pengembalian piutang

Ordinal Kuesioner

Tingkat keakraban dengan sales Kunjungan petugas penagihan terhadap outlet dan tingkat keakraban yang terjalin antara petugas penagihan dan pemilik outlet Jadwal kunjungan dan pembelian outlet terhadap sales/petugas penagihan (intensitas)

Ordinal Kuesioner

Pengalaman usaha Lamanya seorang pemilik outlet telah menjalankan usahanya yang diukur dalam tahun Riwayat usaha pemilik outlet

Ordinal Kuesioner

Jangka waktu pengembalian piutang Lama waktu pengembalian piutang dalam setiap pembelian Intensitas waktu pembelian dan pembayaran piutang


(51)

Lanjutan Tabel 3.

Variabel Definisi

Operasional

Indikator Skala

Pengukuran

Instrumen

Omset usaha Rata-rata pendapatan per bulan yang diperoleh pemilik outlet dari usaha yang dijalankannya yang diukur dalam rupiah

Jumlah hasil penjualan setiap bulannya sehingga menunjukkan pengaruh terhadap tingkat pengembalian piutang

Ordinal Kuesioner

Pengalaman kredit

Pengulangan kredit (repeat order)

Jumlah

pembelian yang pernah dilakukan oleh outlet dalam jangka waktu tertentu

Ordinal Kuesioner


(1)

Triwulan

R

a

ta

-r

a

ta

P

e

ri

o

d

e

T

a

g

ih

2

0

1

1

4

3

2

1

30

28

26

24

22

20

18

Variable A ctual Fits

Trend Analysis Plot for Rata-rata Periode Tagih 2011

Linear Trend Model

Yt = 18 + 2,7*t

Lanjutan lampiran 6.


(2)

1 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 tidak lancar 2 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 3 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 4 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 8 tidak lancar 5 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 8 tidak lancar 6 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 8 tidak lancar 7 1-3 bln > 2 thn tidak dengan karyawan ada 8 tidak lancar 8 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 tidak lancar 9 1-3 bln < 1 thn ya dengan karyawan ada 4 tidak lancar 10 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 tidak lancar 11 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 2 lancar 12 1-3 bln < 1 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 13 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 14 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 8 tidak lancar 15 1-3 bln 1-2 thn ya dengan karyawan ada 5 lancar 16 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 tidak lancar 17 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 tidak lancar 18 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 tidak lancar 19 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 8 tidak lancar 20 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 8 tidak lancar 21 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 22 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 23 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 8 tidak lancar 24 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 8 tidak lancar 25 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 8 tidak lancar 26 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 tidak lancar 27 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 2 lancar 28 1-3 bln < 1 thn tidak dengan karyawan belum ada 2 lancar 29 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 30 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 5 lancar 31 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 32 4-6 bln < 1 thn tidak dengan karyawan ada 3 tidak lancar 33 4-6 bln < 1 thn ya dengan karyawan ada 4 tidak lancar 34 7-12 bln < 1 thn ya tanpa karyawan ada 3 tidak lancar 35 1-3 bln 1-2 thn ya dengan karyawan ada 2 lancar 36 1-3 bln 1-2 thn tidak dengan karyawan ada 1 lancar 37 1-3 bln < 1 thn tidak tanpa karyawan ada 1 lancar 38 1-3 bln < 1 thn ya dengan karyawan ada 2 lancar 39 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 40 1-3 bln > 2 thn ya tanpa karyawan ada 4 tidak lancar 41 1-3 bln > 2 thn tidak dengan karyawan ada 4 tidak lancar 42 1-3 bln > 2 thn tidak dengan karyawan ada 4 tidak lancar 43 1-3 bln > 2 thn tidak dengan karyawan ada 4 tidak lancar 44 1-3 bln > 2 thn tidak dengan karyawan ada 2 lancar 45 1-3 bln > 2 thn tidak dengan karyawan ada 4 tidak lancar 46 4-6 bln > 2 thn tidak dengan karyawan ada 4 tidak lancar 47 1-3 bln > 2 thn tidak dengan karyawan ada 4 tidak lancar 48 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 8 tidak lancar 49 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 8 tidak lancar 50 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 tidak lancar 51 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 2 lancar 52 1-3 bln 1-2 thn ya dengan karyawan ada 2 lancar 53 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 2 lancar 54 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 2 lancar 55 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 tidak lancar 56 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 tidak lancar 57 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 tidak lancar 58 1-3 bln > 2 thn ya tanpa karyawan ada 2 lancar 59 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 tidak lancar 60 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 2 lancar


(3)

Resp.

Jangka Waktu Pelunasan

Lama Menjadi Pelanggan

Pengalaman Kredit

Pengelolaan

Usaha Saingan

Kunjungan Sales ke Outlet per

Bulan

Pengembalian Piutang Tak

Tertagih 61 1-3 bln 1-2 thn tidak tanpa karyawan ada 1 lancar 62 7-12 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 63 1-3 bln > 2 thn ya tanpa karyawan ada 2 lancar 64 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 2 lancar 65 7-12 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 66 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 67 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 68 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 8 tidak lancar 69 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 3 lancar 70 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 2 lancar 71 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 3 lancar 72 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 3 lancar 73 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 8 tidak lancar 74 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 75 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 8 tidak lancar 76 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 2 lancar 77 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 2 lancar 78 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 2 lancar 79 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 6 lancar 80 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 2 tidak lancar 81 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 82 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 83 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 84 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 85 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 2 tidak lancar 86 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 87 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 88 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 89 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 90 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar 91 1-3 bln > 2 thn ya dengan karyawan ada 4 lancar


(4)

Analisis Regresi Logistik Variabel-variabel Karakteristik Individu dan Karakteristik Usaha

terhadap Respon Pengembalian Piutang Tak Tertagih (SPSS)

1)

Variabel-variabel Karakteristik Individu terhadap Respon Pengembalian Piutang

Tak Tertagih

Hosmer and Lemeshow Test

11,585

8

,171

Step

1

Chi-square

df

Sig.

Model Summary

74,387

a

,425

,570

St ep

1

-2 Log

likelihood

Cox & Snell

R Square

Nagelkerke

R Square

Estimation terminat ed at iteration number 6 because

parameter est imat es changed by less than ,001.

a.

Classification Table

a

30

10

75,0

7

44

86,3

81,3

Observ ed

tidak lancar

lancar

Pengembalian_Piutang

Ov erall Percentage

St ep 1

tidak lancar

lancar

Pengembalian_Piutang

Percentage

Correct

Predicted

The cut v alue is ,500

a.

Variables in the Equation

,574

,384

2,235

1

,135

1,776

1,097

,596

3,395

1

,065

2,996

-1,405

,483

8,451

1

,004

,245

-,803

,261

9,457

1

,002

,448

1,459

2,695

,293

1

,588

4,303

Usia

Pendidikan

Jumlah_Tanggungan

Tingkat_Keakraban

Constant

St ep

1

a

B

S. E.

Wald

df

Sig.

Exp(B)

Variable(s) entered on step 1: Usia, Pendidikan, Jumlah_Tanggungan, Tingkat_Keakraban.

a.


(5)

Lanjutan lampiran 8.

2)

Variabel-variabel Karakteristik Usaha terhadap Respon Pengembalian Piutang Tak

Tertagih

Model Summary

94,399

a

,284

,381

St ep

1

-2 Log

likelihood

Cox & Snell

R Square

Nagelkerke

R Square

Estimation terminat ed at iteration number 5 because

parameter est imat es changed by less than ,001.

a.

Hosmer and Lemeshow Test

18,659

8

,017

Step

1

Chi-square

df

Sig.

Classification Table

a

30

10

75,0

9

42

82,4

79,1

Observ ed

tidak lancar

lancar

Pengembalian_Piutang

Ov erall Percentage

St ep 1

tidak lancar

lancar

Pengembalian_Piutang

Percentage

Correct

Predicted

The cut v alue is ,500

a.


(6)

Correlati ons

,519**

,000

91

,593**

,000

91

,676**

,000

91

,667**

,000

91

,754**

,000

91

,509**

,000

91

,637**

,000

91

,635**

,000

91

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Usia

Pendidikan

Jumlah_Tanggungan

Tingkat _Keakraban

Pengalaman_Usaha

Jangka_Waktu_

Pelunasan

Omset_Usaha

Pengalaman_Kredit

Total_Variabel

Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-tailed).

**.

Output Pengujian Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian (SPSS)

Reliabi lity Statisti cs

,715

8

Cronbach's