kas. Bank juga memberikan catatan-catatan yang terinci mengenai transaksi- transaksi kas kepada para nasabah. Agar dapat menarik manfaat yang sebesar-
besarnya dari alat pengendalian ini, perusahaan harus menyimpan semua penerimaan kasnya didalam rekening koran dan melakukan semua
pembayaran kas melalui rekening tersebut kecuali pengeluaran kas kecil.
2.3. Hubungan Antara Pengendalian Internal dan Piutang Tak Tertagih
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan yang dibuat oleh manajemen agar dilaksanakan.
Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam pencapaian tujuan
perusahaan. Dalam manajemen keuangan khususnya manajemen terhadap piutang ditetapkan untuk dapat mengurangi tingkat piutang tak tertagih dalam perusahaan,
sehingga perlu adanya evaluasi setiap periodenya untuk mengetahui apakah pengendalian internal yang ditetapkan perusahaan sudah efektif dalam
meminimalisir piutang tak tertagih. Setiap pengendalian internal menghasilkan kebijakan tertentu dalam
manajemen khususnya terhadap manajemen piutang perusahaan, sehingga pengendalian internal piutang dapat mengevaluasi faktor-faktor yang
mempengaruhi piutang tak tertagih sehingga perusahaan dapat melahirkan kebijakan-kebijakan yang tepat dalam menangani piutang tak tertagih pada
perusahaan.
2.4. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Nenny 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efektifitas Manajemen Piutang Pada Perusahaan X”, penelitian ini bertujuan mengetahui
gambaran praktik manajemen piutang, faktor-faktor yang menentukan tingkat efektivitas manajemen piutang, dan mengetahui kinerja dan efektivitas
pengelolaan manajemen
piutang. Pengolahan
data dilakukan
dengan menggunakan analisis standar kredit, analisis investasi piutang, analisis rasio
keuangan, dan analisis horizontal. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa dalam
pengelolaan manajemen piutang pada perusahaan X menetapkan kebijakan pemberian kredit yang longgar dan kebijakan penagihan yang pasif. Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat efektivitas perusahaan adalah kebijakan dalam pemberian piutang, kebijakan penagihan, dan kegiatan pemantauan terhadap
posisi piutang. Adapun saran dari peneliti yakni perusahaan sebaiknya melakukan penilaian terhadap Capital, sebagai salah satu unsur dari 5 C. Perusahaan
dianjurkan untuk melakukan pemantauan terhadap jumlah piutang masing-masing pelanggan, dan menerapkan kebijakan penagihan yang lebih ketat dibandingkan
kebijakan penagihan yang ada saat ini. Agustina 2009 dalam penelitianny
a yang berjudul “Analisis Efektifitas Manajemen Piutang Studi Kasus PT. Unitex Tbk, Bogor”, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai praktik manajemen piutang khususnya pada PT. Unitex, menganalisis kinerja manajemen piutang, mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang dan mengetahui efektivitas pengelolaan manajemen piutang PT. Unitex.
Pengolahan data penelitian ini bersumber dari laporan keuangan perusahaan yang kemudian digunakan untuk analisis 5 C analisis rasio keuangan,
analisis horizontal, analisis vertikal, dan analisis investasi piutang, analisis deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang, dan analisis umur
piutang. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa pengelolaan piutang pada PT. Unitex kurang baik, hasil ini tergambarkan pada hasil analisis rasio keuangan,
dimana rasio likuiditas yang dihasilkan tidak likuid. Adapun saran yang diberikan peneliti adalah untuk membentuk kelompok khusus
staff officer , sebaiknya perusahaan meminta kepada pelanggan untuk segera
mengirimkan surat klaim pada PT. Unitex dan perusahaan sebaiknya menerapkan analisis 5 C.
Rusdani Hasibuan 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet pada
Kredit Usaha Pedesaan yang Terkait Sektor Agribisnis studi kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cijeruk, Bogor ”, penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi karakteristik nasabah Kupedes secara umum pada sektor agribisnis yang mengalami kemacetanpenunggakan dan menganalisis faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian Kupedes nasabah pada sektor agribisnis yang mengalami kemacetanpenunggakan.
Teknik pengambilan contoh dalam penelitian ini dilakukan secara purposif sampling. Populasinya adalah nasabah yang berkecimpung di bidang agribisnis
pada sektor pertanian, industri dan perdagangan yang melakukan tunggakan Kupedes pada periode Januari
– Desember 2008. Berdasarkan data dari BRI Unit Cijeruk 2009, total nasabah Kupedes pada sektor agribisnis yang melakukan
penunggakan periode Januari – Desember 2009 adalah sebanyak 120 orang.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif disajikan dalam bentuk analisis deskriptif
menggunakan tabulasi guna mendukung data kuantitatif. Sedangkan data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi yang diolah menggunakan software
Minitab 13.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
PT. Tempo Cabang Bogor merupakan salah satu cabang perusahaan dari PT. Tempo Group. PT. Tempo Cabang Bogor berupaya memenuhi kebutuhan
pelanggan dengan memasarkan produk-produk farmasi, nutrasetikal, perawatan kesehatan, kosmetika, dan minuman ringan. Beberapa contoh produk yang
dipasarkan yakni: Hemaviton, Contrexyn, Vidoran, Revlon, Estee Lauder, Clinique, Aramis, Marina, Claudia, Total Care, SOS, Pritho, Barclay, Fraser
Neave FN, dan lain-lainnya. Sistem penjualan yang diberlakukan PT. Tempo sebagian besar yakni
dengan sistem kredit karena mayoritas pelanggannya yaitu modern trade supermarket, corporate pharma rumah sakit, apotik, rumah bersalin, dan
general trade toko kelontong. Kebijakan dalam pemberian kredit oleh PT.
Tempo Cabang Bogor dengan memberikan limit minimum pemesanan sebesar Rp 150.000,- dan maksimum Rp 1.000.000,- dengan masa waktu percobaan 3 bulan
kepada para pelanggan baru. Hal ini diberlakukan untuk mengetahui kemampuan pembayaran dari pelanggan baru tersebut dan meminimalisasi risiko piutang tak
tertagih. Selain itu setiap pelanggan yang sudah menjadi pelanggan tetap memiliki plafond
batasan atas pesanan mereka dengan kewajiban pembayaran yang harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengontrol jumlah piutang pada setiap
pelanggan. Sistem penjualan seperti ini menimbulkan jumlah piutang yang setiap
bulannya mengalami peningkatan, selain itu tidak sedikit pula kondisi pelanggan yang tidak mampu membayar sehingga menimbulkan piutang tak tertagih bagi
perusahaan. Piutang tak tertagih ini menimbulkan kerugian bagi perusahaaan karena mengurangi nilai pencapaian pendapatan yang seharusnya dicapai setiap
bulannya. Untuk itu dibutuhkan penerapan pengendalian internal yang efektif agar dapat mengurangi nilai piutang tak tertagih tersebut.