Terhadap Subjek Perjanjian Wanprestasi

109

D. Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak

1. Terhadap Subjek Perjanjian

Suatu jenis perjanjian jual-beli barang dibuat untuk menjamin kepastian hukum bagi para pihak. Perjanjian tersebut akan meliputi subyek dan obyek perjanjian, hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian dan upaya hukum yang tersedia bagi para pihak apabila terjadi sengketa dalam pelaksanaan perjanjian tersebut. Perjanjian jual-beli merupakan jenis perjanjian timbal balik yang melibatkan dua pihak yaitu penjual dan pembeli. Kedua belah pihak yang membuat perjanjian jual-beli masing-masing memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan isi perjanjian yang mereka buat. Sebagaimana umumnya, perjanjian merupakan suatu lembaga hukum yang berdasarkan asas kebebasan berkontrak dimana para pihak bebas untuk menentukan bentuk dan isi jenis perjanjian yang mereka buat. 131 Dalam KUHPerdata upaya hukum bagi para pihak dalam perjanjian jual beli diatur dalam pasal 1236 -1243 KUHPerdata dalam hal terjadinya wanprestasi dan wanprestasi khusus yang mesing-masing memiliki konsekuensi dan durasi pengajuan gugatan yang berbeda. Sebelum terjadinya wanprestasi perlu juga dipahami akan hak-hak dan kewajiban para pihak didalam perjanjian jual beli dimaksud. 131 http:wonkdermayu.wordpress.comartikel, diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 21.00 WIB 110

2. Wanprestasi

Sehubungan dengan jual beli kapal berbendera asing, wanprestasi dapat dilakukan oleh subyek hukum baik orang maupun badan hukum Indonesia maupun asing. Menurut doktrin inkorporasi., suatu badan hukum tunduk pada hukum dimana badan hukum itu telah didirikan diciptakan atau dibentuk dan pasal 18 AB bahwa status campuran bentuk tindakan hukum dinilai menurut dimana tindakan itu dilakukan locus Regit Actum . 132 Menurut ketentuan doktrin tersebut bahwa terhadap jual beli kapal berbendera asing yang dilaksanakan di Batam mengaju kepada ketentuan hukum yang belaku di Indonesia tempat dimana badan hukum itu didirikan . Disini tak terkecuali juga terhadap hal-hal yang mengantur tentang wanprestasi yang dilakukan oleh orang atau badan hukum dalam perjanjian jula beli kapal berbendera asing, kecuali di dalam perjanjian kontrak tersebut jelas-jelas menunjukkan hukum negara tertentu untuk menyelesaikan perkara yang berkaitan dengan perjanjian jual beli tersebut jika terjadinya wanprestasi dari salah satu pihak. Dalam hal terjadinya wanprestasi terhadap perjanjian jual beli yang tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama didalam perjanjian yang dituangkan ke dalam akta autentik ataupun akta yang dibuat dibawah tangan. Dalam kontek hukum perjanjian Indonesia menurut KUHPerdata terdapat beberapa alasan untuk membatalkan perjanjian. Alasan itu dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori sebagai berikut: 132 Ahmad M Ramli, Op cit, hal 9 111 a. tidak terpenuhinya persyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang untuk jenis perjanjian formil, yang berakibat perjajian batal demi hukum. b. tidak terpenuhinya syarat-syarat sahnya perjanjian, yang berakibat : 1. Perjanjian batal demi hukum, atau 2. Perjanjian dapat dibatalkan. c. terpenuhinya syarat batal pada jenis perjanjian bersyarat d. pembatalan oleh pihak ke tiga atas dasar actio paulina e. pembatalan oleh orang yang diberi wewenang khusus berdasarkan undang- undang. 133 Dalam pasal 1267 KUHPerdata mengatakan bahwa: “ Pihak-pihak yang merasa perjanjian tidak dipenuhi, boleh memilih apakah ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lainnya untuk memenuhi perjanjian, ataukah ia akan menuntut pembatalan perjanjian itu disertai biaya,rugi dan bunga” 134 Manurut Mariam Darus Badrulzaman, “ wujud dari tidak memenuhi prestasi ada 3 tiga macam, yaitu : a. Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan b. Debitur terlambat memenuhi perikatan c. Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan” 135 Menurut Ahmadi Miru, wanprestasi dapat berupa : 1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi; 2. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna; 3. Terlambat memenuhi prestasi; 4. Melakukan apa yang di dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan. 136 133 Elly Erawati dan Herlien, Penjelasan Hukum Tentang Kebatalan Perjanjian, PT.Gramedia, Jakarta, 2010, hal 5 134 R. Subekti, Op cit, hal- 52 135 Meriam Darus Badrulzaman, Op cit, hal 18-19 112 Terjadinya wanprestasi mengakibatkan pihak lain lawan dari pihak yang wanprestasi dirugikan, apalagi kalau pihak lain tersebut adalah pedagang maka bisa kehilangan keuntungan yang diharapkan. Pihak wanprestasi harus menanggung akibat tuntutan lawan yan dapat berupa tuntutan : - Pembatalan kontrak disertai atau tidak disertai ganti rugi - Pemenuhan kontrak disertai atau tidak disertai ganti rugi Dengan demikian, ada dua kemungkinan pokok yang dapat dilakukan atau dituntut oleh pihak yang dirugikan, yaitu pembatalan atau pemenuhan kontrak, Namun, jika dua kemungkinan pokok tersebut diuraikan lebih lanjut, kemungkinan tersebut dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu : 1. Pembatalan kontrak saja; 2. Pembatalan kontrak disertai tuntutan ganti rugi; 3. Pemenuhan kontak saja; 4. Pemenuhan kontrak disertai tuntutan ganti rugi. 137 Dilihat dari keterangan dalam pasal 1267 KUHPerdata, salah satu pihak yang membuat perjanjian dapat menuntut pihak yang lain untuk memenuhi perjanjian, atau membatalkan perjanjian desertai pengantian biaya ganti rugi dan bunga disingkat dengan ganti rugi . Dengan sendirinya ia juga dapat menentukan pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi, misalnya pengantian ganti rugi karena pemenuhan itu terlambat, atau kwalitas barangnya kurang dan sebagainya, mungkin juga menuntut ganti rugi saja, dalam hal mana ia dianggap telah melepasakan haknya untuk minta pemenuhan maupun pembatalan. Dan juga dapat menunut pembatalan saja. Dalam hal perjanjian tersebut tidak batal demi hukum, maka pembatalannya dapat dimintakan pada hakim, permintaan ini harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban itu dinyatakan dalam 136 Ahmadi Miru, Op cit, hal 74 137 Ahmadi Miru, Op cit, hal 75 113 perjanjian. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam perjanjian, hakim leluasa menuntut keadaan atas permintaan si tergugat, untuk memberikan jangka waktu guna kesempatan menenuhi kewajibannya. Jangka waktu mana tidak boleh lebih dari satu bulan. Ketentuan pasal 1238 KUHPerdata ditetapkan saat seseorang berada dalam keadaan lalai, yang menetapkan “ si berhutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akte sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini ,menetapkan bahwa yang berhutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan 138 Bentuk peringatan terhadap pihak yang lalai memenuhi kewajibannya di dalam perjanjian dapat dilakukan dengan surat peringatan pernyataan lalai antara lain: 1. Surat Perintah Yang dimaksud dengan surat perintah bevel adalah exploit juru sita, exploit ini adalah lisan yang disampaikan oleh juru sita kepada debitur. 2. Akta Sejenis Membaca kata-kata akta sejenis, maka terkesan bahwa yang dimaksud dengan akta itu adalah akta autentik dengan exploid juru sita itu, menurut ilmu pengetahuan hukum perdata, yang dimaksud sebenarnya dengan akte sejenis itu ialah “ perbuatan hukum sejenis” soortgelijke rechthandeling. Jadi sejenis dengan perintah yang disampaikan juru sita itu. 3. Demi Perikatannya Sendiri Mungkin terjadi bahwa pihak-pihak menetukan terlebih dahulu saat adanya kelainan dari debitur di dalam suatu perjanjian, misalnya dalam perjanjian dengan ketentuan waktu. Secara teoritis dalam hal ini suatu peringatan keadaan lalai adalah tidak perlu, jadi dengan lampaunya suatu waktu, keadaan lalai terjadi dengan sendirinya. 139 138 Lihat Pasal 1238 KUHPerdata 139 Meriam Darus Badrulzaman, Op.cit, hal 14-15 114 Dalam pasal 1243 KUHPerdata diatur mengenai syarat pernyataan lalai, yang mengatakan “ Pengantian biaya, rugi, dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan barulah mulai diwajibkan apabila debitur setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu harus yang harus diberikan atau dibuatkan dalam tenggang waktu yang telah dilampauhinya”. 140 Pihak yang dituduh wanprestasi, dapat mengajukan tangkisan-tangkisan- tangkisan untuk membebaskan diri dari akibat buruk dari wanprestasi tersebut. Tangkisan atau pembelaan tersebut dapat berupa : - Tidak dipenuhinya kontrak wanprestasi terjadi karena keadaan memaksa overmach; - Tidak dipenuhinya kontrak wanprestasi terjadi karena pihak lain juga wanprestasi exceptio non adimpleti contractus ; - Tidak dipenuhinya kontrak wanprestasi terjadi karena pihak lawan telah melepaskan haknya atas pemenuhan prestasi. Pada dasarnya kontrak dibuat untuk saling menguntungkan dan bukan untuk saling merugikan atau merugikan pihak lain, walaupun demikian undang-undang memungkinkan pihak yang dirugikan untuk membatalkan kontrak, selayaknya wanprestasi-wanprestasi kecil atau tidak esensial tidak dijadikan alasan pembatalan kontrak, melainkan hanya pemenuhan kontrak baik disertai tuntutan ganti rugi maupun tidak. Hal ini penting untuk dipertimbangkan karena dalam kasus-kasus tertentu pihak yang wanprestasi dapat mengalami kerugian besar jika kontrak tersebut dibatalkan. 141 Terhadap kerugian yang diderita perusahaan asing atau warga negara asing sebagai pemilik kapal pengajuannya dapat dilakukan melalui kuasa hukum yang ditunjuk untuk melakukan proses hukum di pengadilan seandainya tidak ditemuai 140 Lihat pasal 1243 KUHPerdata 141 Ahmadi Miru, Op cit, hal 76 115 kata sepakat di wilayah hukum sebagaimana yang tertuang di dalam akta perjanjian jual beli yang dibuat para pihak. Terhadap kerugian yang diderita oleh pembeli agar apabila penjual ingkar janji, dalam pasal 1239 KUHPerdata mewajibkan penjual untuk menganti kerugian yang diderita oleh pihak pembeli 142 BAB IV UPAYA HUKUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP PERJANJIAN JUAL BELI KAPAL BERBENDERA ASING DI BATAM

A. Upaya Hukum Dalam Penyelesaian Sengketa Terhadap Jual Beli Kapal

Berbendera Asing 142 Pasal 1239 KUHPerdata selengkapnya berbunyi : “ Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, tidak berbuat sesuatu, apabila siberhutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapat penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan penggantian biaya, rugi, dan bunga”. 116 Pada umumnya asas yang digunakan untuk transaksi dagang atau jual beli adalah asas konsensualisme, yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian jual beli sudah dilahirkan pada saat atau detik tercapainya ‘sepakat’ mengenai barang dan harga. Asas ini juga dianut dalam hukum perdata di Indonesia yang diatur dalam Pasal 1458 KUHPerdata Burgerlijk Wetboek. 143 Selain itu ada syarat lain yang juga harus dipenuhi untuk sahnya suatu perjanjian. Mengenai syarat sahnya suatu perjanjian di Indonesia diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, 144 yaitu adanya kesepakatan antara para pihak, dilakukan oleh orang yang cakap hukum, adanya hal atau obyek tertentu dan adanya suatu causa atau sebab yang halal. Hukum kontrak internasional merupakan bagian dari Hukum Perdata Internasional yang mengatur ketentuan-ketentuan dalam transaksi bisnis antara pelaku bisnis yang berasal dari dua atau lebih negara yang berbeda melalui suatu sarana kontrak yang dibuat atas kesepakatan oleh para pihak yang terikat dalam transaksi bisnis tersebut. Ciri-ciri internasionalnya, harus ada unsur asing dan melampaui batas negara. 145 Permasalahan yang timbul untuk menetukan pilihan hukum mana yang harus dipakai seandainya terjadi sengketa diantara pihak sesuai dengan ketentuan hukum berlaku dalam hubungan Hukum Perdata Internasional karena adanya unsur asing dalam perjanjian yang dibuat. 143 Lihat Pasal 1458 KUHPerdata 144 Lihat Pasal 1320 KUHPerdata 145 http: tadjuddin.blogspot.com201107hukum-kontrak-internasional.html tanggal 4 maret 2012 pukul 21.00 WIB 117 Terhadap penyelesaian sengketa perjanjian jual beli kapal yang berbendera asing tidak terlepas dari konsep-konsep hukum yang diatur sesuai dengan ketentuan Hukum Perdata Internasional Indonesia, konsep di mana penggugat memilih yurisdiksi dapat dilakukan berdasarkan asas teritorialitas atau domicilie dan asas nasionaliteit atau kewarganegaraan atau berdasarkan pilihan hukum para pihak. Indonesia sendiri berdasar Pasal 16 AB menganut asas nationaliteit untuk menentukan hukum yang berlaku bagi status personil seseorang. Selain itu, mengenai kontrak berlaku asas the proper law of contract, di mana yurisdiksi juga dapat dipilih berdasar lex loci contractus yaitu yurisdiksi yang berlaku di mana kontrak dibuat atau lex loci solutionis yaitu forum atau hukum tempat pelaksanaan perjanjian. 146 Untuk dapat dikatakan suatu peristiwa merupakan peristiwa hukum perdata internasional harus mempunyai titik taut primer yang berfungsi menentukan bahwa ada tidaknya suatu peristiwa hukum perdata internasional. Titik taut primer atau foreign element mencakup hal-hal yaitu : a. Kewarganegaraan b. Bendera Kapal c. Dimisili d. Tempat kediaman e. Tempat kedudukan 146 http:ejournal.umm.ac.idindex.phplegalityarticleview278291 tanggal 7 Maret 2012 Pukul 21.00 WIB 118 f. Hubungan Hukum di dalam hubungan intern 147 Dilihat dari dari penjelasan diatas bahwa jelas bahwa permasalahan dalam peristiwa hukum dalam jula beli kapal berbendera asing yang dilakukan di Batam merupakan salah satu bagian yang termasuk dalam ranah Hukum Perdata Internasional.

1. Prinsip- Prinsip dalam penyelesaian Sengketa