99 pihak dapat juga langsung menentukannya baik forum mana untuk menyelesaikan
sengketa apakah baik berdasarkan hukum nasional atau menunjuk langsung lembaga arbitrase internasional.
2. Status Hukum Kapal yang di Scrapping
Kapal yang sudah tua dan tidak layak jalan biasanya akan ditutuh scrapping. Terhadap kapal yang di scrapping, akan dilakukan pencoretan dari
daftar kapal. Pencoretan terhadap daftar kapal ini diajukan atas permintaan dari pemilik kapal kepada Pejabat Pendaftar dan Pencatat Baliknama Kapal di tempat
kapal di daftar dengan menyebutkan alasan pencoretan kapal tersebut. Pencoretan yang dilakukan oleh Pejabat Pendaftar dan Pencatat Baliknama
Kapal tidak menghilangkan hak kepemilikan atas kapal tersebut. Atas permintaan pemilik dapat didaftarkan kembali oleh pemilik dengan mengikuti persyaratan
pendaftaran sebagaimana yang dimaksud di dalam pasal 23 dan 24 PP nomor 51 tahun 2002.
119
Ini memungkinkan kepada pemilik untuk mengganti kapal yang telah di scrap dengan kapal baru untuk didaftarkan dengan nama yang sama dengan
kapal yang telah di scrap, sebab walaupun telah di scrap tetapi tidak menghilangkan hak kepemilikan atas kapal tersebut.
Ketentuan penghapusan kapal ini juga berlaku terhadap : kapal tenggelam, terjadi hal-hal sebagaimana yang tersebut dalam pasal 667 KUHDagang atau
kapal beralih kepemilikan kepada warga negara dan atau badan hukum asing.
3. Kebijakan Pajak Pertambahan Nilai PPN dalam Jual Beli Kapal
119
Lihat pasal 32 Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2002.
100 Sebagai tindak lanjut dari kebijakan pemerintah untuk meningkatkan
perusahaan pelayaran di tanah air dan sejalan dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2010
tentang Angkutan Perairan juga diikuti dengan ketentuan Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2003 tentang impor dan atau penyerahan barang kena pajak tertentu.
dimana terhadap pembelian kapal baik yang berbendera nasional maupun yang berbendera asing dikeluarkan kebijakan dalam bidang Perpajakan yaitu tidak
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai PPN. Berdasarkan penelitian, fasilitas pembebasan Pajak Pertambahan Nilai PPN
dalam pengadaan kapal laut hanya diberikan kepada Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Hal ini dapat dilihat dari kebijakan Pemerintah dalam Keputusan Menteri
Keuangan No. 370KMK.032003 menyebutkan : “bahwa atas impor barang kena pajak tertentu dan atas penyerahan barang
kena pajak tertentu digunakan oleh perusahaan pelayaran niaga nasional atau perusahaan penyelenggaraan jasa angkutan sungai, danau, dan
penyeberangan nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya, dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai PPN”.
120
Untuk pelaksanaannya juga diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 46 PJ2010 tentang Tata Cara Pemberian Surat Keterangan
Bebas Pajak Pertambahan Nilai atas Impor atau Penyerahan Kapal Untuk Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional yaitu :
1. Untuk memperoleh Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai,
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2, Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional mengajukan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai
kepada Direktur Jenderal Pajak c.q. Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat perusahaan pelayaran niaga nasional terdaftar.
120
Lihat butir 6 KMK Nomor : 370KMK.032003.
101 2.
Permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana yang dimaksud ayat 1 dilengkapi dengan dokumen-dokumen
sebagai berikut : a.
Foto kopi Kartu Nomor Wajib Pajak NPWP. b.
Surat Kuasa Khusus apabila menunjuk orang lain untuk pengurusan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai;
c. Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan laut SIUPAL;
d. Penjelasan secara rinci sesuai dengan spesifikasi teknis kapal;
e. Grosse Akta Kapal.
121
Surat Izin Usaha Pelayaran Angkutan Laut SIUPAL yang dimaksudkan
disini berguna untuk menentukan dikenakan atau tidaknya terhadap Pajak Pertambahan Nilai PPN terhadap perjanjian jual beli yang dibuat berdasarkan akta,
hal ini disebabkan bahwa pembebasan pajak PPN dan terhadap perjanjian jual beli ini tidak berlaku terhadap perorangan akan tetapi hanya teruntuk badan hukum yang
telah mempunyai Surat Izin Usaha Pelayaran Angkutan Laut SIUPAL. Hal ini di kuatkan di dalam pasal 4A ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor
38 tahun 2003, tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 146 tahun 2000, tentang Impor atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan atau
Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, menyebutkan bahwa :
Dalam hal barang kena pajak tertentu sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1 angka 4, angka 5 dan angka 6 dan pasal 2 angka 5, angka 6 dan
angka 7 yang dibebaskan dari pengenaan pajak pertambahan nilai ternyata digunakan tidak sesuai dengan tujuan semula atau dipindah tangankan kepada
pihak lain sebagian atau seluruhnya dalam jangka 5 lima tahun sejak saat diimpor dan atau diperoleh, maka Pajak Pertambahan Nilai yang
121
Lihat pasal 2 ayat 1 dan 2PER- 46 PJ2010 tentang Tata Cara Pemberian Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atas Impor atau Penyerahan Kapal Untuk Perusahaan Pelayaran
Niaga Nasional,
102 dibebaskan wajib dibayar dalam jangka waktu 1 satu bulan sejak Barang
Kena Pajak tersebut dialihkan penggunaannya atau dipindah tangankan.
122
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut bahwa dapat disimpulkan bahwa
pemerintah memberikan fasilitas pembebasan Pajak Pertambahan Nilai PPN terhadap transaksi jual beli kapal yang dilakukan oleh perusahaan pelayaran niaga
nasional dengan tujuan supaya industri pelayaran dimasa yang akan datang dapat tumbuh dan berkembang, guna meningkatkan daya saing dengan perusahaan
pelayaran asing dan pembebasan tersebut dengan pengikatan tidak boleh dipindah tangankan kepada pihak lain baik sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 5
lima tahun sejak diporolehnya barang tersebut termasuk juga pengadaan terhadap kapal berbendera asing.
Terhadap transaksi jual beli kapal tersebut , para pihak pembeli diwajibkan untuk mengurus Surat Keterangan Bebas Pajak SKBP dari kantor
pajak setempat dan diwajibkan untuk melaporkan atau mengisi Surat Pemberitahuan Pajak SPP, dengan membuat keterangan “ Nihil” .
123
Permohonan SKBP Pajak Pertambahan Nilai PPN diajukan ke kantor dimana perusahaan terdaftar dengan melampirkan dokumen sebagai berikut :
1. Kontrak jual beli
2. Invoice
3. Draf Pemberitahuan Impor Barang PIB
4. Surat Keterangan Kegunaan Kapal
122
Lihat Pasal 4A ayat 1, Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2003
123
Wawancara dengan Bapak Darmansyah , Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Batam pada tanggal 27 Februari 2012
103 5.
Surat pernyataan tidak akan menjual dalam waktu 5 tahun. 6.
Surat Izin Pelayaran Angkutan laut SIUPAL 7.
Foto kapal tampak kirikanan dan haluanburitan.
124
Batam sebagai daerah kawasan perdagangan bebas Free Trade Zone terlihat adanya perbedaan perlakuan hukum dari daerah lain. Kontrak jual beli kapal nasional
maupun asing yang transaksinya di lakukan di dalam wilayah hukum Batam terdapat perlakuan yang sama terhadap kontrak yang dilakukan oleh orang pribadi
pengusaha dan perusahaan yang mempunyai izin usaha pelayaran angkutan laut yang berbadan hukum , tidak dikenakan pungutan PPN dan PPh pasal 22. Hal ini
dilihat dalam Pasal 4 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2009 yang berbunyi :
1. Pengusaha di kawasan bebas tidak perlu dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena pajak. 2.
Penyerahan barang di dalam kawasan bebas dibebaskan dari pengenaan PPN.
Akan tetapi di dalam pelaksanaannya juga terdapat pembatasannya, seperti yang disebutkan dalam pasal 3 ayat 1 bahwa Pemasukan barang dari luar daerah
pabean ke kawasan bebas dapat dilakukan oleh pengusaha yang telah mendapat izin usaha dari badan pengusahaan kawasan. Ini dapat diartikan bahwa bisa
pengusaha perorangan maupun yang telah mempunyai badan usaha pelayaran niaga.
124
Lihat pasal 3 ayat 2, Peraturan Dirjend Pajak Nomor : PER-46PJ2010
104 Pemasukan barang sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 diberikan
kebebasan bea masuk, pembebasan PPN, tidak dipungut pajak penghasilan Pasal 22, dan atau pembebasan cukai.
Ketentuan Pasal 13 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2009 menyebutkan bahwa dalam hal barang yang akan dikeluarkan dari kawasan bebas
ke luar daerah pabean merupakan barang yang dikenai bea keluar, bea keluar wajib dibayarkan paling lambat pada saat pemberitahuan pabean didaftarkan ke
kantor pabean. Ini artinya bahwa terhadap kapal yang dibeli oleh pengusaha yang mempunyai izin usaha di Batam yang di keluarkan oleh kawasan berikat tidak
diperkenankan untuk memindahkan barang tersebut kapal keluar daerah pabean, dalam arti kapal tersebut harus tetap terdaftar di daerah pabean sampai batas
waktu 5 tahun sebagaimana yang ditetapkan oleh 4A ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2003. Seandainya terjadi penyimpangan dari ketentuan tersebut
maka tetap akan dikenakan PPN dan PPh pasal 22 sebagaimana seharusnya.
125
4. Kebijakan Pemerintah dalam Pengadaan Kapal Nasional