Badan Hukum Dalam Sistem Hukum Perdata Internasional Indonesia.

73 yang memaksa secara internasional untuk mengatasi disparitas sistem hukum antara common law dan civil law agar transaksi transaksi bisnis tidak terhalangi oleh kendala perbedaan persepsi. 77

3. Badan Hukum Dalam Sistem Hukum Perdata Internasional Indonesia.

Badan Hukum didefinisikan sebagai berikut : “ Suatu Kumpulan organisasi yang oleh hukum diperlakukan seperti seorang manusia, yaitu sebagai pengemban hak dan kewajiban-kewajiban, dapat memiliki kekayaan, dapat menggugat dan digugat dimuka pengadilan. 78 Definisi diatas menunjukkan bahwa badan hukum adalah subyek hukum disamping manusia. Dalam praktek yang berkaitan dengan hukum perdata internasional , lazim pengertian badan hukum ini diartikan dalam lingkup persekutuan-persekutuan tidak berbadan hukum yang pada kenyataannya bisa diperlakukan juga seperti suatu badan hukum. 79 Seperti halnya manusia, badan hukum sebagai subyek hukum pengemban hak dan kewajiban mempunyai status personil. Seperti juga untuk personil status individu, status personil bagi suatu badan hukum mempunyai kedudukan yang penting. Mengenai status personil dewasa ini terdapat prinsip yang satu sama lain berbeda sesuai dengan prinsip yang dianut. 77 Mahmud Siregar, Kepastian Hukum Dalam Transaksi Bisnis Internasional dan Implikasinya Terhadap Kegiatan Investasi di Indonesia , Jurnal Hukum Bisnis vol. 27, 2008, hal 64. 78 Subekti, Kamus Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1982, hal 15 79 Ahmad M Ramli, Status Perusahaan Dalam Hukum Perdata Internasional Teori dan Praktek, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal 7 74 Khusus mengenai status personil individu perseorangan dalam hukum perdata internasional dikenal adanya dua aliran yang satu sama lain saling bertentangan, yaitu aliran personalistis dan aliran teritorialistis. 80 Sedangkan untuk status personil badan hukum titik tautnya berbeda dengan status personil individu manusia, hal ini penting untuk mengetahui hukum mana yang seharusnya berlaku untuk status personil itu. Dalam membahas masalah pengaturan, dan praktek hukum Indonesia mengenai status personel badan hukum, pembahasannya akan dibatasi oleh persoalan yang menyangkut Perseroan Terbatas PT. Sebagai salah satu sumber hukum hukum perdata Indonesia, dapat dikemukakan pertama-tama adalah undang-undang nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, mengenai bentuk hukum dari badan usaha yang melakukan kegiatan PMA, UU Nomor 1 tahun 1967 menyatakan bahwa Perusahaan yang dapat menjalankan kegiatan PMA di Indonesia dan berkedudukan di Indonesia adalah perusahaan yang dibentuk menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. 81 Selengkapnya pasal 3 ayat 1 UU PMA berbunyi sebagai berikut : “ Perusahaan yang dimaksud dalam pasal 1 yang menjalankan untuk seluruh atau sebagian terbesar di Indonesia sebagai satuan perusahaan 80 Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jilid III, bagian I, 1981, hal 8 81 Ahmad M Ramli, Op cit, hal 64 75 tersendiri harus dibentuk badan hukum menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia”. Jika kita analisis pasal 3 ayat 1, maka akan terdapat adanya penggabungan dua prinsip yang berkaitan dengan hukum personel PT yang melakukan kegiatan Penanaman Modal Asing PMA, prinsip pertama akan tampak pada kalimat “ dibentuk badan hukum menurut hukum Indonesia” Hal ini menunjukkan bahwa kita menganut prinsip inkorporasi, sedangkan kalimat ”berkedudukan di Indonesia“ menunjukkan bahwa dianutnya prinsip siege reel. 82 Badan hukum sebagai layaknya manusia mempunyai kewenangan- kewenangan dan tanggung jawab dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum, seperti mengugat atau digugat, dan melakukan perbuatan hukum lainnya. Namun demikian, badan hukum jika dibandingkan dengan manusia memiliki keterbatasan – keterbatasan tertentu, kewenangan yang akan sangat bergantung kepada peraturan- peraturan dalam anggaran dasarnya. 83 Dengan demikian terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara manusia sebagai subyek hukum yang dapat melakukan segala tindakan hukum sejauh hukum membolehkannya dan badan hukum yang hanya boleh bertindak sejauh yang diatur oleh anggaran dasarnya saja. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa anggaran dasar suatu perseroan terbatas akan memiliki arti penting dalam kaitannya dengan kewenangan dan tanggung jawab badan hukum itu, sebab di satu pihak akan menjadi sumber kecakapan bertindak dan dilain pihak 82 Ahmad M Ramli, Op cit , hal 64 83 Ahmad M Ramli, Op cit, hal 37, 76 akan menjadi batas bagi ruang lingkup kecakapan bertindak badan hukum itu. 84 Jadi badan hukum tidak dapat melakukan tindakan hukum yang secara tegas dilarang dalam anggaran dasarnya.

3.1. Nasionalitas Badan Hukum.

Masalah kewarganegaraan bagi suatu badan hukum adalah suatu hal yang tidak pernah henti-hentinya didiskusikan dalam lapangan Hukum Perdata Internasional. Bagi individu manusia masalah kewarganegaraan ini menjadi titik taut yang amat penting sehubungan dengan masalah status personel bagi yang bersangkutan. 85 Bagi suatu badan hukum persoalan ini menjadi pembicaraan yang tak pernah berhenti, karena disebabkan terdapatnya perbedaan pendapat. Pendapat pertama adalah adanya anggapan pentingnya suatu kewarganegaraan bagi badan hukum, dan pendapat kedua menyatakan bahwa badan hukum tidak perlu memiliki kewarganegaraan. 86 Menurut HMN Purwosutjipto bahwa kewarganegaraan suatu Perseroan Terbatas ini perlu dalam hal untuk melindungi badan hukum pernigaan nasional 84 Ahmad M Ramli, Op cit, hal 37 85 Ahmad M Ramli, Op cit, hal 53 86 Ahmad M Ramli, Ibid 77 yang masih belum kuat kedudukan ekonominya, sehingga perlu adanya beda perlakuan antara badan hukum perniagaan nasional dan badan hukum asing. 87 Mengenai pentingnya pemberian kewarganegaraan bagi badan hukum ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Bahwa konsep nasionalitas memang tidak diperlukan dalam memecahkan hukum personel badan hukum, namun apabila hal itu menyangkut badan hukum asing dan apabila mengadakan usahanya tergantung dari syarat resiprositas atau menyangkut otorisasi tertentu, maka akan menjadikan relevan untuk menetapkan kewarganegaraan atas badan hukum itu. 2. Istilah nasionalisasi juga diperlukan untuk badan hukum dalam kaitannya dengan kasus-kasus seperti adanya diskriminasi antara nasional dan asing. 3. Masalah nasionalisasi badan hukum juga perlu juga menjadi penting untuk dibicarakan dalam kaitannya dengan masalah pajak, kaidah-kaidah tentang cara berperkara bagi orang asing, kemungkinan diletakkannya sitaan, caucatum solvi , juga ketentuan tentang pemilikan benda-benda tidak bergerak. 88

3.2. Dokrin yang Berkaitan dengan Status Personel Badan Hukum Dalam

Hukum Perdata Internasional. 3.2.1. Prinsip Inkorporasi Doctrine of Place of Incorporation Menurut doktrin ini , suatu badan hukum tunduk pada hukum dimana badan hukum itu telah didirikan diciptakan atau dibentuk. Doktrin ini dianggap telah memenuhi kebutuhan praktek oleh karenanya telah diikuti secara luas. Malahan Nederland yang sebelumnya menganut doktrin siege reel karena kebutuhan praktis dewasa ini telah beralih menerapkan doktrin inkorporasi. Lebih lanjut dapat dikemukakan alasan-alasan tentang dianutnya doktrin inkorporasi sebagai berikut : 87 HMN Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1991, hal 91 88 Sudargo Gautama, Op cit, hal 211-216 78 1. Bahwa sesuai dengan logika hukum jika suatu badan hukum juga tunduk pada hukum dimana formalitas-formalitas untuk pendiriannya dilangsungkan sehingga suatu badan hukum tertentu hanya akan mendapat status dari suatu sistem hukum tertentu saja. Dengan demikian dikemudian hari inilah yang akan menjadi status personilnya. 2. Bahwa doktrin ini memberi kepastian hukum karena inkorporasi ini mudah ditentukan dengan jalan meneliti anggaran dasar, dokumen-dokumen pembentukan, pendaftaran-pendaftaran dalam register tertentu dan lain-lain. 3. Doktrin inkorporasi inipun akan menimbulkan kesukaran, jika suatu badan hukum berpindah tempat kedudukannya, karena hal-hal yang berkaitan dengan status badan hukum tidak akan berubah atau terganggu dengan pindahnya tempat kedudukan itu. 89 Pada kesempatan Konvensi Den Haag ke tujuh tahun 1951 telah diterima suatu konvensi yang mengatur pengakuan dari status badan hukum untuk perseroan-perseroan dagang, perkumpulan dan yayasan-yayasan internasional. Konvensi ini pertama kali disandarkan pada prinsip inkorporasi demikian dinyatakan dalam pasal 1 yang berbunyi : “ La personalite juridique, acquise par une sosiete, une association ou une foundation en vertu de la loi de I’ Etat contractant on les formalites ont ete remplies et ou se trauve le s i e g e s t a t u t a i r e. Reconneu de plain droit dans les autres Etats contractant, pourvu qu,elle comporte, outré la capasite d,ester en justice, au moins la capasite d,ester en justice, au moins la capasite de posseder des biens et de passer des contract et d’autres actes juridiques. La personnalite juridique, acquise sans formalite d’enregistrement ou de publicate sera, sous la meme condition , reconnue de plein droit, si la societe, I’association ou la foundationsa ete constitutiee selon la loi qui la regit” Status badan hukum yang telah diperoleh oleh suatu perseroan dagang, perkumpulan atau yayasan menurut hukum dari tempat dimana telah dilangsungkan formalitas-formalitas mengenai pendiriannya, seperti pendaftaran atau pengumuman dan dimana terdapat tempat kedudukan statutairnya diakui penuh oleh negara-negara lain yang menandatangani perjanjian ini. Termasuk didalamnya kemampuan untuk bertindak sebagai pihak dalam hukum, sekurang-kurangnya kemampuan untuk mempunyai harta dan mengadakan kontrak-kontrak serta lain-lain tindakan hukum. Jika 89 Sudargo Gautama, Op cit, hal 216-217 79 dalam Negara pendirian tidak diberlakukan formalitas-formalitas tentang pendaftaran atau pengumuman untuk pembentukan badan hukum, maka pengakuan serupa diberikan pula kepada perseroan-perseroan dagang, perkumpulan dan yayasan yang telah didirikan menurut hukum yang berlaku baginya itu 90

3.2.2. Prinsip Tempat Kedudukan Manajemen yang Efektif

Prinsip ini merupakan lawan dari prinsip inkorporasi, pada prinsipnya menurut doktrin ini bahwa suatu badan hukum akan tunduk pada hukum dimana ia memiliki tempat kedudukan manajemen yang efektif, sehingga dengan demikian persoalan status personel dari suatu badan hukum akan tergantung dari dimana ia miliki kantor pusatnya secara efektif. Prinsip ini diikuti secara luas oleh negara- negara Civil Law, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa doktrin ini memiliki pengikut yang besar. 91

3.2.3. Peraturan-Peraturan Yang Berkaitan Dengan Jual Beli Kapal

Dalam pelaksanaan perjanjian jual beli kapal berbendera berbendera asing tunduk pada ketentuan dalam perjanjian jual beli antar negara harus memperhatikan aturan-aturan hukum yang terkandung dalam : a. Algemene Bepalingen van Wetgeving AB b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata . c. Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHDagang d. Ketentuan Perundang-Undangan hukum tertulis 90 Sudargo Gautama, Op cit, hal 232-233 91 Ahmad M Ramli,, Op cit, hal 10 81

A. Pengertian Umum Tentang Kapal

Beberapa pengertian tentang kapal yaitu : 1. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu , yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda , termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan air , serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah- pindah. 92 2. Kapal Indonesia adalah kapal yang memiliki kebangsaan Indonesia sesuai dengan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini. 93 3. Kapal Asing adalah kapal yang berbendera selain bendera Indonesia dan tidak dicatat dalam daftar kapal Indonesia. 94 4. Pejabat Pendaftar dan Pencatat Baliknama Kapal adalah pejabat pemerintah yang berwenang menyelenggarakan pendaftaran kapal Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 95 Beberapa istilah yang ada di dalam perkapalan antara lain : 1. Surat Ukur Kapal atau Certificate of Tonnage and Measurement 92 Lihat Pasal 1 angka 36 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran 93 Lihat Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan 94 Lihat pasal 1 angka 39 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran 95 Lihat Pasal 1 angka 7 Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan 82 Merupakan suatu yang diberikan setelah diadakan pengukuran terhadap kapal oleh juru ukur atau instansi yang berwenang Dirjend Perhubungan Laut , yang merupakan sertifikat pengesahan dan ukuran-ukuran dan tonase kapal menurut ketentuan yang berlaku. Surat ukur kapal tidak berlaku lagi apabila kapal berganti nama, tidak berubah konstruksi, kapal tenggelam, terbakar, musnah dan sejenisnya, 2. Surat Tanda Pendaftaran Kapal Surat tanda pendaftaran kapal merupakan dokumen yang menyatakan bahwa kapal telah dicatat dalam register kapal yaitu setelah memperoleh surat ukur, dimana tujuan dari pendaftaran kapal ini adalah untuk memperoleh bukti kebangsaan kapal atau status hukum kapal. Dasar hukum dilakukan pendaftaran kapal yaitu : a. Pasal 314 KUHD b. Peraturan Pendaftaran kapal Stbl. 1933 No.48 c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran d. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2002 tentang Perkapalan e. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.26 Tahun 2006 tentang Penyederhanaan Sistem dan Prosedur Pengadaan Kapal dan Penggunaan Penggantian Bendera Kapal. f. Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 UNCLOS 1982 yang diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985. 96 96 http:maritimeindonesia-mls.blogspot.com201111status-hukum-kapal.html201111status- hukum-kapal.html diakses pada tanggal 25 Mei 2012 pukul 09.OO WIB 83 3. Kebangsaan Kapal Maksud dan tujuannya pendaftaran kapal ialah untuk mendapatkan tanda kebangsaan dan surat laut atau surat pas kapal. Terhadap kapal yang belum didaftarkan dalam register kapal tidak mungkin mendapatkan suatu bukti kebangsaan. Tanda bukti kebangsaan atau pas kapal itu merupakan hal penting karena dengan mengibarkan bendera kebangsaan dapat diketahui kebangsaan dari kapal yang bersangkutan. Manfaat dari bukti kebangsaan kapal adalah : a. Sebagai kekuatan hukum di dalam negara Indonesia artinya bahwa kapal sudah didaftarkan dalam register kapal, bahwa kapal itu bukan kapal asing melainkan kapal Indonesia yang tunduk pada hukum negara Indonesia. b. Sebagai kekuatan hukum diluar negara Indonesia, meliputi: bahwa pada saat kapal berada di wilayah teritorial negara lain, diatas kapal itu tetap merupakan wilayah kedaulatan negara republik Indonesia. Bentuk-bentuk Bukti Kebangsaan : a. Surat Laut : diberikan kepada kapal yang besarnya 175 GT.175 atau lebih. b. Pas tahunan untuk kapal-kapal yang berlayar diperairan laut dengan tonase kotor 7 GT.7 dan sampai dengan tonase kotor kurang dari 175 GT.7\ c. Pas Kecil Pas Biru : Diberikan kepada kapal-kapal yang berlayar diperairan laut dengan tonase kotor kurang dari 7 GT. 7 d. Pas perairan daratan untuk kapal-kapal yang berlayar diperairan daratan. 97 97 Lihat Pasal 41 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan 84 Dasar hukum kebangsaan kapal yaitu : a. Pasal 311 KUHD. b. Undang-Undang no.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. c. Peraturan Pemerintah no.51 Tahun Tahun 2002 tentang Perkapalan d. Stbl 1924 no.78 tentang Penetapan Surat Laut dan Pas Kapal. e. Stbl 1935 no.492 tentang Ordonasi Surat Laut dan Pas Kapal. f. Stbl 1935 no.564 tentang Peraturan Surat Laut dan Pas Kapal. g. Keputusan Menteri Perhubungan no. KM.46 Tahun 1996 tentang Sertifikasi Kelaiklautan Kapal Ikan. h. Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 UNCLOS 1982 yang diratifikasi dengan Undang-Undang no. 17 Tahun 1985 98 4. Sertifikat Kapal Bendera Kemudahan Flag of Convinience Bendera kemudahan itu adalah kapal yang menggunakan bendera kebangsaan negara yang tidak sama dengan kebangsaan pemilik kapal tersebut. Contoh sebuah kapal yang menggunakan bendera kemudahan itu adalah bila pemilik kapal adalah warga negara Indonesia akan tetapi kapalnya di daftarkan di Panama, jadi register kapal tersebut mempunyai register Panama. Banyak kapal mencari bendera kemudahan itu dikarenakan : • Pemilik kapal sengaja menghindari pajak nasional • Menghindari peraturan-peraturan keselamatan pelayaran • Menghindari adanya standar pelatihan dan sertifikasi untuk para pelaut. • Menghindari peranan organisasi pelaut dalam melindungi tenaga kerja pelaut • Membayar upah pelaut dibawah standar ITF International Transport workers Federation Ada beberapa negara yang dapat memberikan bendera kemudahan kapal antara lain : Antigua dan Barbura, Aruba, Bahamas, Belize, Bermuda, Cambidia, Canary Island, Caymand Island, Cook Island Cyprus, German International, Ship Register GIS, Honduras, Lebanon, Liberya, Luxemburg, Malta, Marshall Island, Mauritius, Netderland Antilles, Panama, St. Vincent, Sri Langka, Tuvalu, Vanuatu, Burma, Barbados. 98 http:maritimeindonesia-mls.blogspot.com201111status-hukum-kapal.html201111status- hukum-kapal.html diakses pada tanggal 25 Mei 2012 pukul 09.OO WIB 85 5. Sertifikat Garis Muat Kapal Load Line Certificate Sertifikat garis muat kapal atau load line certificate adalah suatu sertifikat yang diterbitkan oleh pemerintah negara kebangsaan kapal , berdasarkan perjanjian Internasional konvensi tentang garis muat dan lambung Timbul free board yang memberikan pembatasan garis muat untuk tiap-tiap musim atau daerah atau jenis perairan dimana kapal berlayar. Maksud dan tujuan dari sertifikat garis muat adalah agar kapal tidak dimuati lebih dari garis muat yang di ijinkan sehingga kapal tetap memiliki daya apung cadangan reserve of buoyance . 6. Sertifikat Kapal Penumpang Passenger Ship Safety Certificate Sertifikat kapal penumpang diberikan kepada kapal penumpang yang mengangkut lebih dari 12 orang . syarat –syarat untuk dapat diberikan Sertifikat Kapal penumpang Passenger Ship Safety Certificate harus memenuhi yaitu : a. Mengenai konstruksi kapal b. Mengenai radio telegraphy danatau radio telaphony c. Mengenai garis muat kapal d. Mengenai akomodasi bagi penumpang e. Mengenai alat-alat penolong kapal. 7. Sertifikat hapus tikus kapal Dreating Certificate Sertifikat hapus tikus kapal dreating certificate adalah sertifikat yang diberikan kepada sebuah kapal oleh Departemen Kesehatan yaitu : kesehatan pelabuhan port health setelah kapal yang bersangkutan di semprot dengan uap campuran belerang cyanida dan telah diteliti tidak terdapat tikus di kapal atau relatif sudah sangat sedikit. 8. Surat – surat Kapal Yang Lain Kapal yang datang dari laut dengan membawa muatan danatau penumpang, nakhoda sudah membuat dan menyiapkan dokumen kapal yang lain seperti : • Crew list adalah daftar nama dari seluruh anggota awak kapal • Personal effect List adalah daftar nama dan jumlah barang pribadi milik kapal dibuat dalam kepentingan pemeriksaan petugas Bea dan Cukai untuk kapal yang datang dari luar negeri • Cargo manifest adalah daftar muatan kapal • Cargo discharging adalah daftar muatan yang akan dobongkar dipelabuhan yang bersangkutan. • Passengers list adalah daftar nama penumpang 86 • Harbour report warta kapal yang berisikan suatu keterangan mengenai kapal, mauatn, air tawar, bahan bakar penumpang, ada tidaknya senjata api dikapal, tempat berlabuh dan tempat sandar. • International Declaration of Health adalah suatu pernyataan bahwa kapal sehat, tidak tersangka dan tidak terjangkit suatu penyakit menular. • Daftar sijil awak kapal adalah buku yang beriksi daftar nama dan jabatan anak kapal mereka yang melakukan tugas diatas kapal yang harus diketahui dan disahkan oleh syahbandar. 99

B. Tinjauan Umum Tentang Status Kapal

1. Status Hukum Kapal Sebagai Benda Tetap