Sifat dan Bentuk Perjanjian Jual Beli

43 Menurut Salim H.S. perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian yang dibuat antara pihak penjual dan pembeli. Didalam perjanjian itu pihak penjual berkewajiban untuk menyerahkan objek jual beli kepada pembeli dan berhak menerima harga dan pembeli berkewajiban untuk membayar harga dan berhak menerima objek tersebut. 39 Unsur yang terkandung dalam defenisi tersebut diatas adalah : a. Adanya subjek hukum yaitu penjual dan pembeli. b. Adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli tentang barang dan harga; c. Adanya hak dan kewajiban yang timbul antara penjual dan pembeli. Dalam hal jual beli barang misalnya; oleh karena penjual barang adalah berarti menyerahkan barang kepada orang lain dengan menerima uang dari pihak lain itu, maka dapat dikatakan , bahwa selama barangnya belum diserahkan, belum terjadi suatu penjualan , dan dengan sendirinya barang itu tetap masuk pertanggungan jawab orang yang memegangnya. Artinya kalau barang itu musnah diluar kesalahan si penjual , maka sipembeli terlepas dari kewajiban untuk membayar uang harga pembelian. Ini merupakan satu contoh dari hal yang suatu peraturan dari KHUPerdata sebaiknya tidak diambil alih dalam suatu kodifikasi dari Hukum Perdata Indonesia. 40

1. Sifat dan Bentuk Perjanjian Jual Beli

39 Salim, H.S, Hukum Kontrak dan Teknik Penyusunan Kontrak , cetakan Ketiga, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal 49. 40 Wirjono Prodjodikoro, Azas Hukum Perjanjian, CV. Mandar Maju , Bandung, hal 45 44 Terkait isi kontrak , kepustakaan hukum kontrak membaginya dalam beberapa unsur, yaitu : a. Unsur Esensialia, merupakan unsur yang mutlak harus ada dalam suatu kontrak . Dalam hal jual beli kapal maka barang dan harga merupakan unsur esensialia dalam perjanjian tersebut. b. Unsur Naturalia, merupakan unsur yang ditentukan oleh undang-undang sebagai peraturan yang bersifat mengatur , namun demikian dapat disimpangkan oleh para pihak. Misalnya Penanggungan vrijwaring c. Unsur Accidentalia, merupakan unsur yang ditambahkan oleh para pihak dalam hal undang-undang tidak mengaturnya. misalnya : jual beli rumah dan perabotnya. 41 Sifat dan bentuk perjanjian jual beli merupakan salah satu bagian dari azas dalam hukum perjanjian yang lebih kita kenal dengan azas konsensualisme, hal ini dapat kita lihat di dalam pasal 1320 jo pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Di dalam azas ini terkandung kehendak para pihak untuk saling mengikatkan diri dan menimbulkan kepercayaan diantara para pihak terhadap pemenuhan perjanjian. 42 Azas konsensualisme merupakan roh dari suatu perjanjian dalam arti apabila kata sepakat sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berada dalam kerangka yang sebenarnya, dalam arti terdapat cacat kehendak, maka hal ini akan mengancam eksistensi kontrak itu sendiri. Pada akhirnya pemahaman terhadap azas konsensualisme tidak terpaku sekedar mendasarkan kepada kata sepakat saja tetapi syarat-syarat lain dalam 41 Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Jakarta 1987, hal 57-58 42 Meriam Darus Badruszaman-II, Op cit ., hal 108-109 45 pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata telah terpenuhi sehingga kontrak tersebut menjadi sah. 43 Sebagaimana itegaskan dalam pasal 1457 KUH Perdata azas konsensualisme yang menjiwai hukum perdata , perjanjian jual beli itu dilahirkan pada detik tercapainya sepakat mengenai barang dan harga begitu kedua belah pihak setuju dengan harga barang-barang maka lahirlah perjanjian jual beli yang sah. 44

2. Penyerahan Benda Yang Diperjual Belikan