Kebijakan Pemerintah dalam Pengadaan Kapal Nasional

104 Pemasukan barang sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 diberikan kebebasan bea masuk, pembebasan PPN, tidak dipungut pajak penghasilan Pasal 22, dan atau pembebasan cukai. Ketentuan Pasal 13 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2009 menyebutkan bahwa dalam hal barang yang akan dikeluarkan dari kawasan bebas ke luar daerah pabean merupakan barang yang dikenai bea keluar, bea keluar wajib dibayarkan paling lambat pada saat pemberitahuan pabean didaftarkan ke kantor pabean. Ini artinya bahwa terhadap kapal yang dibeli oleh pengusaha yang mempunyai izin usaha di Batam yang di keluarkan oleh kawasan berikat tidak diperkenankan untuk memindahkan barang tersebut kapal keluar daerah pabean, dalam arti kapal tersebut harus tetap terdaftar di daerah pabean sampai batas waktu 5 tahun sebagaimana yang ditetapkan oleh 4A ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2003. Seandainya terjadi penyimpangan dari ketentuan tersebut maka tetap akan dikenakan PPN dan PPh pasal 22 sebagaimana seharusnya. 125

4. Kebijakan Pemerintah dalam Pengadaan Kapal Nasional

Pasal 26 PP Nomor 51 tahun 2002 Hak milik atas kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 hanya dapat didaftarkan oleh warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. 125 Lihat pasal Pasal 13 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2009 tentang Perlakukan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta Pengawasan atas pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari serta berada di kawasan yang telah ditunjuk sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. 105 Hak milik atas kapal yang telah dilakukan penyerahan kepemilikan ke pada pihak pembeli sesuai ketentuan pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2002, hanya dapat didaftarkan oleh warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut hukum dan berdomisili di Indonesia. 126 Dalam hal ini terlihat bahwa pemerintah Indonesia melarang pendaftaran kapal oleh orang asing atau badan hukum asing untuk didaftar di wilayah hukum Indonesia seperti halnya banyak dilakukan oleh negara-negara lain seperti, Panama, Honduras, Lebanon, Liberya, Luxemburg, Malta. Ini dimaksudkan untuk melindunggi pengusaha nasional dibidang pelayaran untuk mempercepat pertumbuhan industri pelayaran nasional sesuai dengan asas cabotage yang dianut dalam Undang-undang Nomor 17 tahun 2008. Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 17 tahun 2008, pelaksanaan asas cobotage semakin diperketat guna melindungi pengusaha pelayaran nasional dengan dilarangnya untuk mendaftarkan kapal berkebangsaan Indonesia oleh orang atau badan hukum asing. Sesuai dengan ketentuan peraturan Menteri Perhubungan nomor : KM.26 tahun 2006 dalam pasal 5, memberikan kemudahan bagi warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia untuk kapal bangunan baru untuk di daftarkan di luar negeri dimana terdapat kantor perwakilan Indonesia ditempat dimana kapal dibangun. Pengukuran dan pemerikasaan terhadap kapal Ini tersebut dilakukan oleh 126 Lihat pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2002, tentang Perkapalan 106 Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal pada Kantor Perwakilan Republik Indonesia di tempat kapal tersebut dibangun. Memungkinkan setelah dilakukan kontrak jual beli atau setelah selesaikan pembagunan kapal di luar negeri, atau peraturan negara asal bendera kapal, mewajibkan kapal yang dijual kepada warga negara asing harus segera dicoret deleted dari daftar bendera asal. 127

5. Hipotik Kapal