45 pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata telah terpenuhi sehingga
kontrak tersebut menjadi sah.
43
Sebagaimana itegaskan dalam pasal 1457 KUH Perdata azas konsensualisme yang menjiwai hukum perdata , perjanjian jual beli itu dilahirkan pada detik
tercapainya sepakat mengenai barang dan harga begitu kedua belah pihak setuju dengan harga barang-barang maka lahirlah perjanjian jual beli yang sah.
44
2. Penyerahan Benda Yang Diperjual Belikan
Pada dasarnya, di dalam KUHPerdata terjadinya kontrak jual beli antara penjual dan pembeli adalah pada saat terjadinya persesuaian kehendak dan
pernyataan antara mereka tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar lunas.
45
Walaupun perjanjian jual beli mengikat para pihak setelah tercapainya kesepakatan, namun tidak berarti bahwa hak milik atas barang yang diperjual
belikan tersebut akan beralih pula bersamaan dengan tercapainya kesepakatan karena untuk beralihnya hak milik atas barang yang diperjual belikan dibutuhkan
penyerahan.
46
43
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Azas Proporsional dalam Kontrak Komersil “ Kencana, Jakarta, 2010, hal 122-123
44
Pasal 1457 KUHPerdata berbunyi : “Jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak seketika mereka mencapai sepakat tentang harga barang-barang, meskipun barang itu belum
diserahkan maupun harganya belum dibayar” .
45
Lihat pasal 1458 KUHPerdata
46
Ahmad Miru ,Op cit, 2011, hal 128
46 Cara penyerahan benda yang diperjual belikan berbeda berdasarkan
kualifikasi barang yang diperjual belikan tersebut. Adapun cara penyerahan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Barang bergerak bertubuh, cara penyerahannya adalah penyerahan nyata dari
tangan penjual atau atas nama penjual ke tangan pembeli, akan tetapi penyerahan secara langsung dari tangan ke tangan tersebut tidak terjadi jika
barang tersebut dalam jumlah sangat banyak sehingga tidak mungkin diserahkan satu-persatu, sehingga dapat dilakukan dengan simbul tertentu
penyerahan simbolis , misalnya ; penyerahan kunci gudang sebagai simbol dari penyerahan barang yang ada dalam gudang tersebut.
Pengecualian lain yang bersifat umum atas penyerahan nyata dari tangan ke tangan tersebut adalah :
- Barang yang dibeli tersebut sudah ada ditangan pembeli sebelum penyerahan
benda tersebut dilakukan, misalnya barang tersebut sebelumnya telah dipinjam oleh pembeli.
- Barang yang dibeli tersebut masih berada ditangan penjual pada saat
penyerahan karena adanya perjanjian lain, misalnya barang yang sudah dijual tersebut langsung dipinjam oleh penjual;
- Barang yang dijual tersebut berada ditangan pihak ketiga, baik karena
persetujuan penjual sebelum penyerahan, maupun atas persetujuan pembeli setelah penyerahan barang.
47 2.
Barang bergerak tidak bertubuh dan piutang atas nama, cara penyerahannya adalah dengan melalui akta dibawah tangan atau akta autentik. Akan tetapi, agar
penyerahan piutang atas nama tersebut mengikat bagi siberutang , penyerahan tersebut harus diberi tahukan kepada siberutang atau disetujui atau diakui
secara tertulis oleh siberutang. 3.
Barang tidak bergerak atau tanah, cara penyerahannya adalah melalui pendaftaran atau balik nama.
47
Dalam pasal 1460 KUHPerdata, menyebutkan bahwa : Bendabarang yang sudah ditentukan dijual maka barang itu saat pembelian menjadi tanggungan si
pembeli, walaupun barang itu belum diserahkan. Namum ketentuan itu telah dicabut dengan SEMA Nomor 3 Tahun 1963, sehingga ketentuan itu tidak
dapat diterapkan secara tegas, namun penerapannya harus memperhatikan : a.
Bergantung pada letak dan tempat beradanya barang itu, dan b.
Bergantung pada yang melakukan kesalahan atas musnahnya barang tersebut.
Apabila karena kelalaian penjual, penyerahan tersebut tidak dapat dilaksanakan, pembeli dapat menuntut pembatalan perjanjian atas alasan bahwa si
penjual tidak memenuhi kewajibannya. Hal ini didasarkan pada ketentuan pasal
47
Ahmad Miru, Op. cit., hal 128-129
48 1266 BW bahwa syarat batal selalu dianggap dicantumkan dalam perjanjian-
perjanjian timbal balik manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.
48
Dalam pasal 1332 KUHPerdata : “ Hanya barang-barang yang bisa diperniagakan saja yang boleh
dijadikan objek persetujuan”. Kalau demikian apa saja yang dapat dijadikan objek persetujuan dengan
sendirinya dapat dijadikan objek jual beli, asalkan benda yang menjadi objek jual beli tersebut sudah ada atau tidak gugur pada saat persetujuan jual beli
diperbuat maka jual beli dianggap sah. 3.
Hak dan Kewajiban Penjual dan Pembeli
Jual beli diatur dalam pasal 1457 sampai dengan 1540 KUHPerdata. Dalam pasal 1457 KUHPerdata menyebutkan bahwa Jual-beli adalah
persetujuanperjanjian dengan mana pihak yang satu-penjual-mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda zaak, sedangkan pihak lainnya pembeli untuk
membayar harga yang telah diperjanjikan. Kewajiban utama pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan di tempat yang telah dijanjikan. Akan
tetapi, apabila waktu dan tempat pembayaran tidak ditetapkan dalam perjanjian, pembayaran harus dilakukan ditempat dan pada waktu penyerahan barang
dilakukan.
49
Harga yang diperjanjikan tersebut haruslah berupa uang, meski
48
Ahmadi Miru , Ibit, hal 129.
49
Ahmadi Miru, Op cit, hal 132
49 mengenai hal ini tidak ditetapkan oleh undang-undang namun dalam istilah jual-
beli sudah termaktub pengertian disatu pihak ada barang dan dilain pihak ada uang
50
Si pembeli biarpun tidak ada suatu janji yang tegas, diwajibkan membayar bunga dari harga pembelian, jika barang yang dijual dan diserahkan itu
memberi hasil atau pendapatan lain
51
. Jika si pembeli dalam penguasaan barang yang dibelinya, diganggu oleh suatu tuntutan hukum berdasarkan hipotik atau suatu
tuntutan untuk meminta kembali barangnya, atau jika pembali mempunyai alasan yang patut untuk khawatir ia akan diganggu, maka dapatlah ia menangguhkan
pembayaran harga pembelian, hingga sipenjual menghentikan gangguan tersebut.
52
Ketentuan umum sifat dan hak serta kewajiban para pihak yaitu : a.
Perjanjian jual beli ini dianggap sudah terjadi antara pihak penjual dan pihak pembeli, segera setelah mereka sepakat tentang benda dan harga yang
bersangkutan, walaupun baik benda maupun harganya belum diserahkan dan dibayar. lihat pasal 1458 KUHPerdata.
b. Beralihnya hak milik benda yang dijual hanya terjadi apabila telah dilakukan
penyerahan levering. Lihat pasal 1459 KUHPerdata c.
Penyerahan dalam jual-beli itu adalah suatu pemindahan barang yang telah dijual kedalam kekuasaan macht dan kepunyaan bezit pembeli.
50
Subekti, Op cit , hal 21
51
Subekti, Op cit hal 86
52
Subekti, Ibit
50 d.
Jika benda yang dijual itu barang tertentu,apabila para pihak tidak menentukan lain, maka barang tersebut sejak pembelian itu terjadi menjadi
tanggungan pembeli, walaupun penyerahannya belum dilakukan, dan penjual dapat atau berhak untuk menuntut harganya diatur dalam pasal 1460
KUHPerdata, yang menurut para ahli hukum merupakan pasal mati atau tidak dipergunakan lagi dalam perjanjian jual beli.
Adanya larangan bagi orang-orang tertentu, karena kedudukannya atau karena jabatannya, untuk membeli barang-barang tertentu yaitu :
a. Jual- beli antara suami-istri, dengan beberapa pengecualian;
b. Hakim, Jaksa, Panitera, Advokat, Juru sita, dan Notaris untuk mernjadi
pemilik hak-hak dan tuntutan-tuntutan yang menjadi pokok perkara hal yang bersangkutan.
c. Pejabat umum yang untuk dirinya sendiri atau orang-orang perantara,
mengenai barang yang dijual oleh atau dihadapan mereka, dengan mengecualikan yang diberikan oleh Ketua Pengadilan Negeri yang
berwenang;
d. Kuasa perantara kepada siapa-siapa barang yang bersangkutan dikuasakan
untuk menjualnya, pada penjualan dibawah tangan; e.
Pengurus benda-benda milik negara dan badan-badan umum, kepada siapa yang dipercayakan untuk memelihara dan mengurusnya, kecuali jika telah
mendapat izin dari Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang.
53
Kewajiban utama dari sipenjual terhadap pembeli, yaitu : a.
Menyerahkan barang benda yang bersangkutan. b.
Menanggung menjamin vrijwaren c.
Pengusahaan benda yang dijual itu secara aman dan tenteram rustig en vreedzaam
d. Cacat-cacat yang tersembunyi verborgen gebreken dari benda yang
bersangkutan atau yang sedemikian rupa hingga menerbitkan alasan pembatalan perjanjian jual beli itu.
54
53
Habib Adjie, Keabsahan Kontrak, Magister Ilmu Hukum Unair Surabaya, hal 21
54
Habib Adjie, Ibit, hal 21
51
4. Resiko Dari Perjanjian Jual Beli