38 Observasi atau pengamatan yang dilakukan berupa observasi sistematis
yang terikat pada syarat-syarat sebagaimana yang disebutkan Claire Selltiz sebagaimana dikutip oleh Soerjono Soekanto, yaitu:
1. Pengamatan didasarkan pada suatu kerangka konsepsional dan teoritis.
2. Dilakukan secara sistematis, metodologis, dan konsisten.
3. Dilakukannya pencatatan data dari pengamatan.
4. Dapat diuji kebenarannya.”
36
b. Melakukan wawancara dengan pihak pihak yang terkait dalam hal ini adalah
pihak yang membuat perjanjian jual beli yaitu Notaris, Syahbandar dan Kantor Pelayanan Pajak.
c. Dalam pengumpulan data ini merupakan landasan utama penyusunan tesis,
penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan Library Research dan penulis membaca literatur berupa Perundang-undangan dan sumber lain yang
berhubungan dengan perjanjian jual beli.
3. Sumber Data
Penulisan tesis ini memerlukan data primer maupun data sekunder, dengan melakukan penelitian sebagai berikut :
a. Penelitian Lapangan field research
36
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia UI Press, Jakarta, hal. 206
39 Penelitian lapangan ini bertujuan untuk memperoleh data primer yang
langsung diperoleh di lapangan melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan penulisan tesis ini seperti Notaris, Syahbandar, Kantor Pajak. Dalam
penelitian ini akan diwawancara langsung notaris, Kepala Syahbandar dan Kepala Bagian Pelayanan Pajak di Batam.
b. Penelitian Kepustakaan library research
Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan melakukan penelitian terhadap bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti, dilakukan terhadap:
1.
Bahan hukum primer, yaitu: bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat, berupa peraturan perundang-undangan, diantaranya:
a. Kitab Undang-undang Hukum Perdata KUHPerdata,
b. Kitab Undang Undang Hukum Dagang
c. Konvensi-konvensi Internasional tentang jual beli kemaritiman
d. Putusan-putusan Mahkamah Internasional
e. Perarturan Perundang-Undangan seperti : Undang-Undang Nomor 17 tahun
2008 tentang Pelayaran, Peraturan Pemerintah momor 51 tahun 2002, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai Serta Pengawasan Atas Pemasukan dan Pengeluaran Barang Ke dan Dari Serta Berada di Kawasan
Yang Telah Ditunjuk Sebagai Kawasan Perdangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2008 tangga 7 Mei 2008 tentang
Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Peraturan
40 Menteri Perhubungan Nomor : KM. 26 Tahun 2006 tentang Penyederhanaan
Sistem dan Prosedur Pengadaan Kapal dan Penggunaan Penggantian Bendera Kapal dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-46PJ2010
tentang Tata Cara Pemberian Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai Atas Impor atau Penyerahan Kapal Untuk Perusahaan Pelayaran Niaga
Nasional. 2.
Bahan hukum sekunder, yaitu: bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa buku atau karya ilmiah dari para ahli
hukum; 3.
Bahan hukum tersier, yaitu: bahan hukum pelengkap dari bahan hukum primer
dan sekunder, seperti kamus hukum.
4.
Analisis Data
Keseluruhan data atau bahan yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan memberi penilaian terhadap hasil penelitian berdasarkan peraturan
perundang-undangan, pendapat para ahli, dan akal sehat dengan uraian kalimat- kalimat dan tidak menggunakan angka-angka. Analisis data ini bertolak dari teori-
teori dan konsep yang telah disusun dan dikemukakan dalam kerangka teoritis dan
41 kerangka konseptual. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bagaimana bentuk-
bentuk serta pelaksanaan klausula eksonerasi dan kaitannnya dengan perlindungan para pihak khususnya dalam perjanjian jual beli kapal berbendera asing.
BAB II KETENTUAN PELAKSANAAN JUAL BELI ANTAR NEGARA
MENURUT KETENTUAN HUKUM PERDATA INDONESIA
A. Tinjauan Umum Tentang Pengertian Umum Perjanjian Jual Beli
Istilah perjanjian jual beli berasal dari terjemahan dari Contract of sale, didalam Kitab Undang Hukum Perdata perjanjian jual beli diatur dalam pasal
42 1457 sampai dengan pasal 1540 KUHPerdata. Yang dimaksud dengan perjanjian
jual beli sebagaimana yang diatur dalam pasal 1457 KUHPerdata adalah persetujuan, dengan mana pihak satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu kebendaan , dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan. Perjanjian jual beli dikatakan pada umumnya merupakan perjanjian
konsensual karena ada juga perjanjian jual beli termasuk perjanjian formal, yaitu yang mengharuskan dibuat dalam bentuk tertulis yang berupa akta autentik, yakni
jual beli barang yang tidak bergerak.
37
Menurut Subekti, didalam hukum Inggris perjanjian jual beli contract of sale
dapat dibedakan menjadi 2 dua macam, yaitu sale actual sale dan agreement to sell
. Hal ini terlihat dalam section 1 ayat 3 dan Sale of Goods Act 1893. Sale adalah suatu perjanjian sekaligus dengan pemindahan hak milik
compeyance , sedangkan agreement to sell adalah tidak lebih dan suatu koop overeenkomt
perjanjian jual beli biasa menurut KUHPerdata. Apabila dalam suatu sale sipenjual melakukan wanprestasi maka sipembeli dapat menggunakan
upaya dari seseorang pemilik, sedangkan dalam agreement to sell, si pembeli hanya mempunyai personal remedy kesalahan perorangan terhadap si penjual
yang masih merupakan pemilik dari barangnya penjual jatuh pailit, barang itu masuk boedel kepailitan.
38
37
Ahmadi Miru , Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011 hal 126-127.
38
Subekti, Arbitrase Perdagangan, Bina Cipta, Jakarta, 1993, hal 33
43 Menurut Salim H.S. perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian yang
dibuat antara pihak penjual dan pembeli. Didalam perjanjian itu pihak penjual berkewajiban untuk menyerahkan objek jual beli kepada pembeli dan berhak
menerima harga dan pembeli berkewajiban untuk membayar harga dan berhak menerima objek tersebut.
39
Unsur yang terkandung dalam defenisi tersebut diatas adalah : a.
Adanya subjek hukum yaitu penjual dan pembeli. b.
Adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli tentang barang dan harga; c.
Adanya hak dan kewajiban yang timbul antara penjual dan pembeli. Dalam hal jual beli barang misalnya; oleh karena penjual barang adalah
berarti menyerahkan barang kepada orang lain dengan menerima uang dari pihak lain itu, maka dapat dikatakan , bahwa selama barangnya belum diserahkan, belum
terjadi suatu penjualan , dan dengan sendirinya barang itu tetap masuk pertanggungan jawab orang yang memegangnya. Artinya kalau barang itu musnah
diluar kesalahan si penjual , maka sipembeli terlepas dari kewajiban untuk membayar uang harga pembelian. Ini merupakan satu contoh dari hal yang
suatu peraturan dari KHUPerdata sebaiknya tidak diambil alih dalam suatu kodifikasi dari Hukum Perdata Indonesia.
40
1. Sifat dan Bentuk Perjanjian Jual Beli