Hipotik Kapal Analisis Yuridis Terhadap Perjanjian Jual Beli Kapal Berbendera Asing Di Batam

106 Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal pada Kantor Perwakilan Republik Indonesia di tempat kapal tersebut dibangun. Memungkinkan setelah dilakukan kontrak jual beli atau setelah selesaikan pembagunan kapal di luar negeri, atau peraturan negara asal bendera kapal, mewajibkan kapal yang dijual kepada warga negara asing harus segera dicoret deleted dari daftar bendera asal. 127

5. Hipotik Kapal

5.1. Pembebanan Hipotik Kapal

Pembebanan hipotik atas kapal dilakukan dengan membuat akte hipotik oleh Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama Kapal di kantor kesyahbandaran di tempat kapal terdaftar, dengan di lengkapi dengan grosse akte kapal dan perjanjian kredit untuk selanjutnya diserahkan kepada si penerima hipotik kapal tersebut. Ketentuan-ketentuan hipotik yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata KUHPerdata dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang KUHDagang tetap berlaku bagi pembebanan hipotik atas kapal. 128 Dari ketentuan yang tersebut dalam pasal 33 Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2002, terlihat bahwa pembuatan akte hipotik kapal merupakan kewenangan dari pejabat dari Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama Kapal, tidak seperti halnya pengikatan hipotik pada umumnya yang merupakan kewenangan dari notaris sebagai pejabat publik. Hal ini dimungkinkan untuk memudahkan pihak Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama Kapal untuk 127 Lihat pasal 5 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM.26 tahun 2006 128 Lihat Pasal 33 ,Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2002 tentang Perkapalan. 107 mendata kapal-kapal yang terikat hipotik kapal agar tidak merugikan para pihak seandainya terjadi peralihan hak atas kapal jual-beli di dalam masa hipotik.

5.2. Pendaftaran Bendera Kapal Yang Masih Terikat Hipotik

Pasal 3 konvensi internasional tentang Piutang Maritim dan Mortgage 1993 International Convention on Maritime Liens and Mortgages, 1993 yang diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2005, bahwa negara peserta tidak akan membolehkan deregistrasi penghapusan dari suatu kapal kecuali apabila semua hipotik yang telah terdaftar dihapus terlebih dahulu atau harus mendapatkan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari semua pemegang hipotik. 129 Ketentuan ini memberikan suatu jaminan bahwa suatu kapal hanya dapat dibalik nama apabila debitur melunasi kewajibannya kepada kreditur. Pasal tersebut juga mengatur bahwa terhadap kapal yang telah didaftarkan di dalam suatu negara tidak boleh didaftarkan dinegara peserta lainnya, kecuali : a. Telah dikeluarkan suatu sertifikat dari negara terdahulu yang menyatakan bahwa kapal tersebut telah dideregistrasi ; atau b. Suatu sertifikat telah diterbitkan oleh negara terdahulu dengan maksud bahwa kapal dimaksud akan didederegistrasi dengan segera, pada saat pendaftaran baru mulai berlaku. 129 Lihat Pasal 3 Konvensi Internasional tentang Piutang Maritim dan Mortgage 1993 International Convention on Maritime Liens and Mortgages, 1993 108 Berdasarkan Pasal 6 ayat 3 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 14 tahun 1996, tentang Penyederhanaan Tata Cara Pengadaan dan Pendaftaran Kapal, selama hipotik masih membebani suatu kapal Indonesia, maka pejabat pendaftar dan pencatat balik nama kapal Indonesia tidak diperkenankan untuk melakukan deregistrasi terhadap kapal tersebut, oleh karenanya pemilik kapal akan kesulitan mendaftarkan kapalnya di negara lain tanpa adanya bukti deregistrasi dari Indonesia dan ketentuan ini juga berlaku terhadap kapal-kapal asing yang di beli oleh pengusaha atau badan-badan hukum Indonesia. 130 Dalam pasal 25 RUU Hipotik kapal bahwa pencoretan kapal dari daftar kapal Indonesia mengakibatkan utang-utang yang dijamin oleh hipotik kapal yang bersangkutan menjadi dapat ditagih dan selama hutang tersebut belum dibayar, utang tersebut dapat ditagih terhadap kapal tersebut seolah-olah kapal tersebut masih terdaftar di Indonesia. Pengaturan yang demikian belum cukup karena tidak diatur mengenai keharusan bagi kapal dimaksud untuk tetap barada di Indonesia. Apabila kapal tersebut setelah dideregistrasi dapat langsung meninggalkan wilayah Indonesia, maka perbedaan wilayah yurisdiksi akan menimbulkan kesulitan untuk menuntut pembayaran utang yang dijamin oleh kapal tersebut. Oleh karena itu, kiranya perlu diatur jangka waktu pelunasan hutang dalam hal suatu kapal akan di deregistrasi dari daftar kapal Indonesia. 130 Lihat Pasal 6 ayat 3 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 14 tahun 1996, tentang Penyederhanaan Tata Cara Pengadaan dan Pendaftaran Kapal 109

D. Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak

1. Terhadap Subjek Perjanjian