Analisis Data ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

8 terdapat 64 responden 58,2 dengan kriteria penilaian sangat rendah. Jadi responden dari SMK Sanjaya memiliki persepsi yang sangat rendah terhadap kandungan nilai kepentingan umum di atas kepentingan pribadi pada pengajaran akuntansi.

B. Analisis Data

Persepsi siswa terhadap kandungan nilai moral pada pengajaran akuntansi diperoleh dari frequency table, dengan program olah data statistik SPSS versi 13.00 for Windows terhadap masing- masing pernyataan. Kuesioner dalam penelitian disusun dengan indikator sebagai berikut: Tabel 5. 27 Kategori Penyusunan Kuesioner Pernyataan Indikator 1 – 3 Nilai Religiositas 4 – 6 Nilai Kerendahan hati 7 – 9 Nilai Demokrasi 10 – 12 Nilai Sosialitas 13 – 15 Nilai Kebenaran 16– 18 Nilai Keberanian 19 – 21 Nilai Keadilan 22 – 24 Nilai Kejujuran 25 – 27 Nilai Tanggungjawab 28 – 30 N ilai Kehati- hatian 31 – 33 Nilai Kepentingan Umum di atas Kepentingan pribadi Nilai religiositas, yaitu: Tuhan sebagai pemilik tunggal, dan kita sebagai pekerjanya. Maka kita wajib mempertanggungjawabkan hidup ini modal kepadaNya dengan cara berdoa, berbakti padaNya dengan sepenuh hati, pikiran, waktu, dan hormat pada ciptaan lain yaitu orang tua dan sesama kita. Setiap kepercayaan, tugas yang diberikan pada kita, wajib kita pertanggungjawabkan kepada orang yang memberi kepercayaan tugas. Maka kita wajib menginformasikan kepadaNya dengan keterbukaan yang total, tidak ditutupi menyesatkan fair dan Full pada yang memberi tugas Tuhan. Nilai kerendahan hati. Kita tidak tahu kehidupan itu berakhir, yang pasti adalah hidup ada batasnya. Maka demi kehidupan kita wajib hidup yang baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Nilai demokrasi. Nilai yang membentuk sikap tidak diskriminatif dalam kehidupan bersama. Setiap orang mendapat perlakuan dan penghargaan yang sama tanpa pembedaan dalam hidup suatu keputusan. Jadi keputusan yang benar mengandung arti sepakat antara yang satu dengan yang lain. Nilai sosialitas. Sosialitas adalah keadaan yang membuat manusia untuk menjadi berkembang satu dengan yang lain dalam hidup bersama dalam mencapai tujuan hidup bersama. Jadi manusia disamping unik, pribadi juga sosial dalam arti tidak bisa melulu hidup sendiri tapi membutuhkan orang lain. Nilai kebenaran. Manusia akan tumbuh dan berkembang menuju pribadi yang utuh. Satu hal penting yang membedakan kita dengan ciptaan lain adalah akal budi, yang bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Sehingga manusia diharapkan mampu mengusahakan hal yang benar dan itu dapat diketahui dengan bukti obyektif, bukan subyektif. Nilai keberanian. Keberanian merupakan sikap mandiri yang terungkap dalam tindakan nyata yang beresiko. Dalam hal ini setiap orang yang ingin mendapatkan sesuatu, harus mengadakan tindakan dan setiap tindakan pasti mengandung resiko konsekuensi. Nilai keadilan. Secara sederhana pelaksanaan kewajiban dan penerimaan hak merupakan bagian dari keadilan yang nyata dalam kehidupan yang paling dasar, yaitu perlakuan yang sama terhadap semua orang dalam situasi yang sama. Nilai kejujuran. Dasar setiap usaha untuk menjadi orang kuat secara moral adalah kejujuran. Bersikap terbuka berarti sikap terbuka dan fair, yaitu tampil sebagai diri sendiri apa adanya, tidak egois dan orang boleh tahu siapa aku ini. Terhadap orang lain, memperlakukan menurut standart-standart yang diharapkannya dipergunakan orang lain terhadap dirinya. Jadi dengan kata lain kejujuran obyektivitas merujuk pada realitas yang ada tanpa manipulasi atau rasionalisasi. Nilai tanggungjawab. Dalam hidup kita selalu dihadapkan 2 alternatif, pilihan kalau tidak hitam-putih, terang-gelap, siang- malam, dsb. Dan kita wajib mengadakan pilihan hanya satu , lainnya dikorbankan demi pertanggungjawaban kita pada hidup kita pada Tuhan, diri sendiri dan sesama. Nilai kehati-hatian. Kita sebagai makhluk sosial dalam keseharian harus mengambil keputusan dalam hidup. Keputusan yang benar dan baik tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI lepas dari sikap kehati-hatian kita dan sikap ini perlu perhitungan hati-hati, karena segala keputusan mengandung resiko dan tanggungjawab. Kehati- hatian merupakan bagian penting untuk pengembangan dan pertahanan hidup, sehingga selalu mengusahakan yang terbaik dengan penuh tanggungjawab dan dengan batasan yang ada. Nilai kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, yang pada hakekatnya dapat diatasi dengan cara yang tepat apakah berhubungan langsung tidak, lebih mementingkan kepentingan umum orang lain dibanding kepentingan pribadi, tidak egois, namun bela rasa pada orang lain. Penyusunan indikator kuesioner tersebut di atas untuk menentukan persepsi siswa terhadap kandungan nilai moral dengan tanggapan responden pada setiap butir pernyataan. Bentuk tanggapan yang disediakan dengan skala pilihan SS: Sangat Sering mempunyai skor 4, S: Sering mempunyai skor 3, JR: Jarang mempunyai skor 2, dan TP: Tak Pernah mempunyai skor 1. Berdasarkan tanggapan dari responden melalui kuesioner sebanyak 33 butir dapat dijelaskan melalui tabel-tabel berikut ini: Tabel 5. 28 Tanggapan Responden tentang Nilai Religiositas A Tanggapan Responden tentang Nilai Religiositas No. SS S JR TP Total 1 13 11,8 35 31,8 13 11,8 49 44,5 110 2 39 35, 5 26 23,6 19 17,3 26 23,6 110 3 25 22,7 40 36,4 21 19,1 24 21,8 110 Total 77 101 53 99 330 Sumber: Data primer diolah Juni 2008 Tabel di atas menunjukkan bahwa pernyataan nomor 1 ada 13 responden 11,8 menyatakan sangat sering guru menjelaskan untuk bertanggungjawab pada Tuhan dengan cara bersyukur, doa dengan memberikan segala pikiran, tenaga, dan waktunya dalam hidup dan tugas kesehariannya. 35 responden 31,8 menyatakan sering, 13 responden 11,8 menyatakan jarang, dan 49 responden 44,5 menyatakan tidak pernah diajarkan untuk mempertanggungjawabkan pada Tuhan. Pernyataan no. 2 menunjukkan bahwa ada 39 responden 35, 5 menyatakan bahwa guru sangat sering menjelaskan kewajiban untuk berterima kasih pada orang tua, menghormati dan berbakti padanya, 26 responden 23,6 menyatakan guru sering mengajarkan kewajiban untuk berterima kasih pada orang tua, menghormati dan berbakti padanya, 19 responden 17,3 menyatakan guru jarang mengajarkan kewajiban untuk berterima kasih pada orang tua, menghormati dan berbakti padanya, 26 responden 23,6 menyatakan guru tidak pernah mengajarkan kewajiban untuk berterima kasih pada orang tua, menghormati dan berbakti padanya. Pernyataan no. 3 menunjukkan bahwa ada 25 responden 22,7 menyatakan bahwa guru sangat sering menjelaskan untuk memelihara kehidupan dengan memelihara dan memakai alam ciptaan secukupnya, tidak merusak, serakah. 40 responden 36,4 menyatakan bahwa guru sering mengajarkan untuk memelihara kehidupan dengan memelihara dan memakai alam ciptaan secukupnya, tidak merusak, serakah. 21 responden 19,1 menyatakan bahwa guru jarang mengajarkan untuk memelihara kehidupan dengan memelihara dan memakai alam ciptaan secukupnya, tidak merusak, serakah. 24 responden 21,8 menyatakan bahwa guru tidak pernah mengajarkan untuk memelihara kehidupan dengan memelihara dan memakai alam ciptaan secukupnya, tidak merusak, serakah. Tabel 5. 29 Tanggapan Responden tentang Nilai Kerendahan Hati B Tanggapan Responden tentang Nilai Kerendahan Hati No. SS S JR TP Total 4 22 20 38 34,5 39 35, 5 11 10 110 5 17 15,5 56 50,9 24 21,8 13 11,8 110 6 8 7,3 24 21,8 43 39,1 33 30 108 Total 47 118 106 57 328 Sumber: Data primer diolah Juni 2008 Tabel di atas menunjukkan bahwa pernyataan no 4 ada 22 responden 20 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa setiap orang belajar mencintai diri sendiri, menerima diri apa adanya, positip-negatip, kelebihan-kekurangan, dan tidak menuntut diri serta orang lain melebihi batas kemampuannya. 38 responden 34,5 menyatakan guru sering menjelaskan bahwa setiap orang belajar mencintai diri sendiri, menerima diri apa adanya, positip-negatip, kelebihan-kekurangan, dan tidak menuntut diri serta orang lain melebihi batas kemampuannya. 39 responden 35, 5 menyatakan guru jarang menjelaskan bahwa setiap orang belajar mencintai diri sendiri, menerima diri apa adanya, positip-negatip, kelebihan-kekurangan, dan tidak menuntut diri serta orang lain melebihi batas kemampuannya. 11 responden 10 menyatakan guru tidak pernah menjelaskan bahwa setiap orang belajar mencintai diri sendiri, menerima diri apa adanya, positip- negatip, kelebihan- kekurangan, dan tidak menuntut diri serta orang lain melebihi batas kemampuannya. Pernyataan no. 5 menunjukkan bahwa ada 17 responden 15,5 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa setiap orang mengusahakan pengembangan diri dalam hal- hal positip dan mengikis diri yang negatip. 56 responden 50,9 menyatakan guru sering menjelaskan bahwa setiap orang mengusahakan pengembangan diri dalam hal- hal positip dan mengikis diri yang negatip. 24 responden 21,8 menyatakan guru jarang menjelaskan bahwa setiap orang mengusahakan pengembangan diri dalam hal- hal positip dan mengikis diri yang negatip. 13 responden 11,8 menyatakan guru tidak pernah menjelaskan bahwa setiap orang mengusahakan pengembangan diri dalam hal- hal positip dan mengikis diri yang negatip. Pernyataan no. 6 menunjukkan bahwa 8 responden 7,3 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa agar tidak dicap sombong setiap siswa mengajari teman yang tidak bisa waktu ulangan. 24 responden 21,8 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa agar tidak dicap sombong setiap siswa mengajari teman yang tidak bisa waktu ulangan. 43 responden 39,1 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa agar tidak dicap sombong setiap siswa mengajari teman yang tidak bisa waktu ulangan. 33 responden 30 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa agar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tidak dicap sombong setiap siswa mengajari teman yang tidak bisa waktu ulangan. 2 responden 1,8 tidak mengisi kuesioner no. 6 ini. Tabel 5. 30 Tanggapan Responden tentang Nilai Demokrasi C Tanggapan Responden tentang Nilai Demokrasi No. SS S JR TP Total 7 17 15, 5 49 44,5 30 27,3 14 12,7 110 8 34 30,9 56 50,9 18 16,4 2 1,8 110 9 8 7,3 17 15, 5 32 29,1 53 48,2 110 Total 59 122 80 69 330 Sumber: Data primer diolah Juni 2008 Tabel di atas menunjukkan bahwa pernyataan no. 7 ada 17 responden 15, 5 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa setiap orang mendapat penghargaan dan perlakuan dasar yang sama tanpa membedakan suku, ras, agama, gender, tingkat sosial, pendidikan, dan hal mendasar yang lain. 49 responden 44,5 menyatakan guru sering menjelaskan bahwa setiap orang mendapat penghargaan dan perlakuan dasar yang sama tanpa membedakan suku, ras, agama, gender, tingkat sosial, pendidikan, dan hal mendasar yang lain. 30 responden 27,3 menyatakan guru jarang menjelaskan bahwa setiap orang mendapat penghargaan dan perlakuan dasar yang sama tanpa membedakan suku, ras, agama, gender, tingkat sosial, pendidikan, dan hal mendasar yang lain. 14 responden 12,7 menyatakan guru tidak pernah menjelaskan bahwa setiap orang mendapat penghargaan dan perlakuan dasar yang sama tanpa membedakan suku, ras, agama, gender, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tingkat sosial, pendidikan, dan hal mendasar yang lain. Pernyataan no. 8 menunjukkan bahwa 34 responden 30,9 menyatakan guru sangat sering menjelaskan dalam setiap diskusi pelajaran akuntansi bahwa setiap siswa menghargai perbedaan pendapat dan tidak memutlakkan salah satu pendapat, namun menjunjung keterbukaan terhadap perbedaan pendapat tersebut, dan menghargai serta melaksanakan segala keputusan bersama meski tidak sesuai dengan pendapat sendiri. 56 responden 50,9 menyatakan guru sering menjelaskan dalam setiap diskusi pelajaran akuntansi bahwa setiap siswa menghargai perbedaan pendapat dan tidak memutlakkan salah satu pendapat, namun menjunjung keterbukaan terhadap perbedaan pendapat tersebut, dan menghargai serta melaksanakan segala keputusan bersama meski tidak sesuai dengan pendapat sendiri. 18 responden 16,4 menyatakan guru jarang menjelaskan dalam setiap diskusi pelajaran akuntansi bahwa setiap siswa menghargai perbedaan pendapat dan tidak memutlakkan salah satu pendapat, namun menjunjung keterbukaan terhadap perbedaan pendapat tersebut, dan menghargai serta melaksanakan segala keputusan bersama meski tidak sesuai dengan pendapat sendiri. 2 responden 1,8 menyatakan guru tidak pernah menjelaskan dalam setiap diskusi pelajaran akuntansi bahwa setiap siswa menghargai perbedaan pendapat dan tidak memutlakkan salah satu pendapat, namun menjunjung keterbukaan terhadap perbedaan pendapat tersebut, dan menghargai serta melaksanakan segala keputusan bersama meski tidak sesuai dengan pendapat sendiri. Pernyataan no. 9 menunjukkan bahwa 8 responden 7,3 menyatakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bahwa setiap siswa sangat sering diajarkan guru untuk tidak setuju dengan orang yang pasip, malas, dan tidak berpartisipasi dalam setiap kegiatan sekolah, dan mengabaikan mereka. 17 responden 15, 5 menyatakan bahwa setiap siswa sering diajarkan guru untuk tidak setuju dengan orang yang pasip, malas, dan tidak berpartisipasi dalam setiap kegiatan sekolah, dan mengabaikan mereka. 32 responden 29,1 menyatakan bahwa setiap siswa jarang diajarkan guru untuk tidak setuju dengan orang yang pasip, malas, dan tidak berpartisipasi dalam setiap kegiatan sekolah, dan mengabaikan mereka. 53 responden 48,2 menyatakan bahwa setiap siswa tidak pernah diajarkan guru untuk tidak setuju dengan orang yang pasip, malas, dan tidak berpartisipasi dalam setiap kegiatan sekolah, dan mengabaikan mereka. Tabel 5. 31 Tanggapan Responden tentang Nilai Sosialitas D Tanggapan Responden tentang Nilai Sosialitas No. SS S JR TP Total 10 36 32,7 47 42,7 20 18,2 7 6,4 110 11 36 32,7 47 42,7 20 18,2 7 6,4 110 12 14 12,7 31 28,2 55 50 10 9,1 110 Total 86 125 95 24 330 Sumber: Data primer diolah Juni 2008 Tabel di atas menunjukkan bahwa pernyataan no. 10 ada 36 responden 32,7 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa setiap orang tidak boleh mementingkan diri sendiri, satu sama lain saling memberi dan menerima, serta saling membangun. 47 responden 42,7 menyatakan guru sering menjelaskan bahwa setiap orang tidak boleh mementingkan diri sendiri, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI satu sama lain saling memberi dan menerima, serta saling membangun. 20 responden 18,2 menyatakan guru jarang menjelaskan bahwa setiap orang tidak boleh mementingkan diri sendiri, satu sama lain saling memberi dan menerima, serta saling membangun. 7 responden 6,4 menyatakan guru tidak pernah menjelaskan bahwa setiap orang tidak boleh mementingkan diri sendiri, satu sama lain saling memberi dan menerima, serta saling membangun. Pernyataan no. 11 menunjukkan bahwa 36 responden 32,7 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa setiap siswa membangun persahabatan dan kedekatan bersama dengan teman di sekolah, saling menolong, sikap ramah, empati serta betapa perlunya memperhatikan dan mengarahkan secara positif dan konstruktif. 47 responden 42,7 menyatakan guru sering menjelaskan bahwa setiap siswa membangun persahabatan dan kedekatan bersama dengan teman di sekolah, saling menolong, sikap ramah, empati serta betapa perlunya memperhatikan dan mengarahkan secara positif dan konstruktif. 20 responden 18,2 menyatakan guru jarang menjelaskan bahwa setiap siswa membangun persahabatan dan kedekatan bersama dengan teman di sekolah, saling menolong, sikap ramah, empati serta betapa perlunya memperhatikan dan mengarahkan secara positif dan konstruktif. 7 responden 6,4 menyatakan guru tidak pernah menjelaskan bahwa setiap siswa membangun persahabatan dan kedekatan bersama dengan teman di sekolah, saling menolong, sikap ramah, empati serta betapa perlunya memperhatikan dan mengarahkan secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI positif dan konstruktif. Pernyataan no. 12 menunjukkan bahwa 14 responden 12,7 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa setiap orang harus memperingatkan dengan keras jika ada teman egois, menang sendiri, dan tidak mau bekerjasama dengan teman lain,karena ini merugikan kepentingan bersama. 31 responden 28,2 menyatakan guru sering menjelaskan bahwa setiap orang harus memperingatkan dengan keras jika ada teman egois, menang sendiri, dan tidak mau bekerjasama dengan teman lain, karena ini merugikan kepentingan bersama. 55 responden 50 menyatakan guru jarang menjelaskan bahwa setiap orang harus memperingatkan dengan keras jika ada teman egois, menang sendiri, dan tidak mau bekerjasama dengan teman lain,karena ini merugikan kepentingan bersama. 10 responden 9,1 menyatakan guru tidak pernah menjelaskan bahwa setiap orang harus memperingatkan dengan keras jika ada teman egois, menang sendiri, dan tidak mau bekerjasama dengan teman lain,karena ini merugikan kepentingan bersama. Tabel 5. 32 Tanggapan Responden tentang Nilai Kebenaran E Tanggapan Responden tentang Nilai Kebenaran No. SS S JR TP Total 13 7 6,4 63 57,3 36 32,7 4 3,6 110 14 41 37,27 47 42,73 20 18,18 2 1,82 110 15 4 3,64 34 38,18 45 40,91 27 24,55 110 Total 52 144 101 33 330 Sumber: Data primer diolah Juni 2008 Tabel di atas menunjukkan bahwa pernyataan no. 13 ada 7 responden 6,4 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa setiap orang bersikap tidak rasionalisasi, tidak munafik, tapi apa adanya dan mampu membedakan mana yang benar dan salah. 63 responden 57,3 menyatakan guru sering menjelaskan bahwa setiap orang bersikap tidak rasionalisasi, tidak munafik, tapi apa adanya dan mampu membedakan mana yang benar dan salah. 36 responden 32,7 menyatakan guru jarang menjelaskan bahwa setiap orang bersikap tidak rasionalisasi, tidak munafik, tapi apa adanya dan mampu membedakan mana yang benar dan salah. 4 responden 3,6 menyatakan guru tidak pernah menjelaskan bahwa setiap orangbersikap tidak rasionalisasi, tidak munafik, tapi apa adanya dan mampu membedakan mana yang benar dan salah. Pernyataan no. 14 menunjukkan bahwa 41 responden 37,3 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa setiap orang harus berusaha mengembangkan nilai- nilai kebenaran sesuai akal budi dan kemampuannya. Contoh: mengerjakan ujian dengan jujur. 47 responden 42,7 menyatakan guru sering menjelaskan bahwa setiap orang harus berusaha mengembangkan nilai- nilai kebenaran sesuai akal budi dan kemampuannya. Contoh: mengerjakan ujian dengan jujur. 20 responden 18,2 menyatakan guru jarang menjelaskan bahwa setiap orang harus berusaha mengembangkan nilai- nilai kebenaran sesuai akal budi dan kemampuannya. Contoh: mengerjakan ujian dengan jujur. 2 responden 1,8 menyatakan guru tidak pernah menjelaskan bahwa setiap orang harus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berusaha mengembangkan nilai- nilai kebenaran sesuai akal budi dan kemampuannya. Contoh: mengerjakan ujian dengan jujur. Pernyataan no. 15 menunjukkan bahwa 4 responden 3,6 menyatakan bahwa ketika siswa belum mengerjakan tugas rumah, agar tidak dimarahi guru, siswa sangat sering akan datang pagi-pagi dan mencontoh pekerjaan teman agar tidak dimarahi guru. 34 responden 30,9 menyatakan bahwa ketika siswa belum mengerjakan tugas rumah, agar tidak dimarahi guru, siswa sering akan datang pagi-pagi dan mencontoh pekerjaan teman agar tidak dimarahi guru. 45 responden 40,9 menyatakan bahwa ketika siswa belum mengerjakan tugas rumah, agar tidak dimarahi guru, siswa jarang datang pagi- pagi dan mencontoh pekerjaan teman agar tidak dimarahi guru. 27 responden 24,5 menyatakan bahwa ketika siswa belum mengerjakan tugas rumah, agar tidak dimarahi guru, siswa tidak pernah datang pagi-pagi dan mencontoh pekerjaan teman agar tidak dimarahi guru. Tabel 5. 33 Tanggapan Responden tentang Nilai Keberanian F Tanggapan Responden tentang Nilai Keberanian No. SS S JR TP Total 16 21 19,1 59 53,6 30 27,3 110 17 25 22,7 41 37,3 29 26,4 15 13,6 110 18 4 3,6 2 1,8 20 18,2 84 76,4 110 Total 29 64 108 129 330 Sumber: Data primer diolah Juni 2008 Tabel di atas menunjukkan bahwa pernyataan no. 16 tidak ada responden 0 yang menyatakan guru menjelaskan bahwa setiap siswa harus berani mengambil resiko dengan tidak mau berkompromi dengan teman yang suka menyontek. 21 responden 19,1 menyatakan guru sering menjelaskan bahwa setiap siswa harus berani mengambil resiko dengan tidak mau berkompromi dengan teman yang suka menyontek. 59 responden 53,6 menyatakan guru jarang menjelaskan bahwa setiap siswa harus berani mengambil resiko dengan tidak mau berkompromi dengan teman yang suka menyontek. 30 responden 27,3 menyatakan guru tidak pernah menjelaskan bahwa setiap siswa harus berani mengambil resiko dengan tidak mau berkompromi dengan teman yang suka menyontek. Pernyataan no. 17 menunjukkan bahwa 25 responden 22,7 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa setiap siswa belajar untuk berani berbeda yaitu tidak mudah ikut- ikutan yang tidak baik meskipun banyak teman dan akan disebut gaul, juga berani tidak membiarkan teman sendirian dan tersingkir karena dia bodoh, miskin, dan kurang gaul. 41 responden 37,3 menyatakan guru sering menjelaskan bahwa setiap siswa belajar untuk berani berbeda yaitu tidak mudah ikut- ikutan yang tidak baik meskipun banyak teman dan akan disebut gaul, juga berani tidak membiarkan teman sendirian dan tersingkir karena dia bodoh, miskin, dan kurang gaul. 29 responden 26,4 menyatakan guru jarang menjelaskan bahwa setiap siswa belajar untuk berani berbeda yaitu tidak mudah ikut- ikutan yang tidak baik meskipun banyak teman dan akan disebut gaul, juga berani tidak membiarkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI teman sendirian dan tersingkir karena dia bodoh, miskin, dan kurang gaul. 15 responden 13,6 menyatakan guru tidak pernah menjelaskan bahwa setiap siswa belajar untuk berani berbeda yaitu tidak mudah ikut- ikutan yang tidak baik meskipun banyak teman dan akan disebut gaul, juga berani tidak membiarkan teman sendirian dan tersingkir karena dia bodoh, miskin, dan kurang gaul. Pernyataan no. 18 menunjukkan bahwa 4 responden 3,6 menyatakan bahwa setiap siswa sangat sering hanya berteman dengan yang pintar karena mengajari dan memberi contekan. 2 responden 1,8 menyatakan bahwa setiap siswa sering hanya berteman dengan yang pintar karena mengajari dan memberi contekan. 20 responden 18,2 menyatakan bahwa setiap siswa jarang hanya berteman dengan yang pintar karena mengajari dan memberi contekan. 84 responden 76,4 menyatakan bahwa setiap siswa tidak pernah hanya berteman dengan yang pintar karena mengajari dan memberi contekan. Tabel 5. 34 Tanggapan Responden tentang Nilai Keadilan G Tanggapan Responden tentang Nilai Keadilan No. SS S JR TP Total 19 36 32,7 54 49,1 19 17,3 1 0,9 110 20 29 26,4 57 51,8 21 19,1 3 2,7 110 21 11 10 26 23,6 43 39,1 30 27,3 110 Total 76 137 83 34 330 Sumber: Data primer diolah Juni 2008 Tabel di atas menunjukkan bahwa pernyataan no. 19 ada 36 responden 32,7 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa dalam melaksanakan segala tugas, pantang menyerah, tekun, semangat sampai selesai sehingga pada saatnya dapat menikmati hasil upaya yaitu nilai- nilai yang maksimal. 54 responden 49,1 menyatakan guru sering menjelaskan bahwa dalam melaksanakan segala tugas, pantang menyerah, tekun, semangat sampai selesai sehingga pada saatnya dapat menikmati hasil upaya yaitu nilai- nilai yang maksimal. 19 responden 17,3 menyatakan guru jarang menjelaskan bahwa dalam melaksanakan segala tugas, pantang menyerah, tekun, semangat sampai selesai sehingga pada saatnya dapat menikmati hasil upaya yaitu nilai- nilai yang maksimal. 1 responden 0,9 menyatakan guru tidak pernah menjelaskan bahwa dalam melaksanakan segala tugas, pantang menyerah, tekun, semangat sampai selesai sehingga pada saatnya dapat menikmati hasil upaya yaitu nilai- nilai yang maksimal. Pernyataan no. 20 menunjukkan bahwa 29 responden 26,4 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa hendaknya berani membuat pilihan yang tepat, tekun, dan berani menghadapi tantangan karena setiap keberhasilan membutuhkan pengorbanan Jer basuki mawa bea. 57 responden 51,8 menyatakan guru sering menjelaskan bahwa hendaknya berani membuat pilihan yang tepat, tekun, dan berani menghadapi tantangan karena setiap keberhasilan membutuhkan pengorbanan Jer basuki mawa bea. 21 responden 19,1 menyatakan guru jarang menjelaskan bahwa hendaknya berani membuat pilihan yang tepat, tekun, dan berani menghadapi tantangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI karena setiap keberhasilan membutuhkan pengorbanan Jer basuki mawa bea. 3 responden 2,7 menyatakan guru tidak pernah menjelaskan bahwa hendaknya berani membuat pilihan yang tepat, tekun, dan berani menghadapi tantangan karena setiap keberhasilan membutuhkan pengorbanan Jer basuki mawa bea. Pernyataan no. 21 menunjukkan bahwa 11 responden 10 menyatakan sangat sering berpikir bahwa keberhasilan membutuhkan biaya, kecerdasan, maka siswa akan pesimis. 26 responden 23,6 menyatakan sering berpikir bahwa keberhasilan membutuhkan biaya, kecerdasan, maka siswa akan pesimis. 43 responden 39,1 menyatakan jarang berpikir bahwa keberhasilan membutuhkan biaya, kecerdasan, maka siswa akan pesimis. 30 responden 27,3 menyatakan tidak pernah berpikir bahwa keberhasilan membutuhkan biaya, kecerdasan, maka siswa akan pesimis. Tabel 5. 35 Tanggapan Responden tentang Nilai Kejujuran H Tanggapan Responden tentang Nilai Kejujuran No. SS S JR TP Total 22 39 35,5 48 43,6 17 15,5 5 4,5 109 23 50 45, 5 48 43,6 11 10 109 24 3 2,7 10 9,1 46 41,8 49 44,5 108 Total 92 106 74 54 326 Sumber: Data primer diolah Juni 2008 Pernyataan no. 22 menunjukkan bahwa 39 responden 35,5 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa setiap orang belajar menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya baik segi positip maupun negatip. 48 responden 43,6 menyatakan guru sering menjelaskan bahwa setiap orang belajar menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya baik segi positip maupun negatip. 17 responden 15,5 menyatakan guru jarang menjelaskan bahwa setiap orang belajar menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya baik segi positip maupun negatip. 5 responden 4,5 menyatakan guru tidak pernah menjelaskan bahwa setiap orang belajar menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya baik segi positip maupun negatip. 1 responden 0,9 tidak mengisi kuesioner no. 22 ini. Pernyataan no. 23 menunjukkan bahwa 50 responden 45,5 menyatakan bahwa guru sangat sering mendorong setiap siswa untuk berani dan jujur mengakui kesalahannya dan minta maaf. 48 responden 43,6 menyatakan bahwa guru sering mendorong setiap siswa untuk berani dan jujur mengakui kesalahannya dan minta maaf. 11 responden 10 menyatakan bahwa guru jarang mendorong setiap siswa untuk berani dan jujur mengakui kesalahannya dan minta maaf. Tidak ada responden 0 yang menyatakan bahwa guru tidak pernah mendorong setiap siswa untuk berani dan jujur mengakui kesalahannya dan minta maaf. 1 responden 0,9 tidak mengisi kuesioner no. 23 ini. Pernyataan no. 24 menunjukkan bahwa 3 responden 2,7 menyatakan bahwa guru sangat sering menunjukkan sikap tidak peduli dan pura-pura tidak tahu terhadap siswa yang mencontek. 10 responden 9,1 menyatakan bahwa guru sering menunjukkan sikap tidak peduli dan pura-pura tidak tahu terhadap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI siswa yang mencontek. 46 responden 41,8 menyatakan bahwa guru jarang menunjukkan sikap tidak peduli dan pura-pura tidak tahu terhadap siswa yang mencontek. 49 responden 44,5 menyatakan bahwa guru tidak pernah menunjukkan sikap tidak peduli dan pura-pura tidak tahu terhadap siswa yang mencontek. 2 responden 1,8 tidak mengisi kuesioner no. 24 ini. Tabel 5. 36 Tanggapan Responden tentang Nilai Tanggungjawab I Tanggapan Responden tentang Nilai Tanggungjawab No. SS S JR TP Total 25 29 26,4 56 50,9 23 20,9 2 1,8 110 26 32 29,1 56 50,9 14 12,7 8 7,3 110 27 7 6,4 12 10,9 55 50 33 30 107 Total 68 124 92 43 327 Sumber: Data primer diolah Juni 2008 Pernyataan no. 25 menunjukkan bahwa 29 responden 26,4 menyatakan guru sangat sering memberi kebebasan pada setiap siswa agar kreatif dalam pelajaran, bertindak, bercakap secara konsisten dan siap menerima konsekuensinya dengan penuh tanggungjawab. 56 responden 50,9 menyatakan guru sering memberi kebebasan pada setiap siswa agar kreatif dalam pelajaran, bertindak, bercakap secara konsisten dan siap menerima konsekuensinya dengan penuh tanggungjawab. 23 responden 20,9 menyatakan guru jarang memberi kebebasan pada setiap siswa agar kreatif dalam pelajaran, bertindak, bercakap secara konsisten dan siap menerima konsekuensinya dengan penuh tanggungjawab. 2 responden 1,8 menyatakan guru tidak pernah memberi kebebasan pada setiap siswa agar kreatif dalam pelajaran, bertindak, bercakap secara konsisten dan siap menerima konsekuensinya dengan penuh tanggungjawab. Pernyataan no. 26 menunjukkan bahwa 32 responden 29,1 menyatakan guru sangat sering mengajarkan pada setiap siswa untuk melaksanakan segala keputusan yang telah disepakati bersama dengan penuh tanggungjawab, meskipun tidak sesuai dengan pendapatnya. 56 responden 50,9 menyatakan guru sering mengajarkan pada setiap siswa untuk melaksanakan segala keputusan yang telah disepakati bersama dengan penuh tanggungjawab, meskipun tidak sesuai dengan pendapatnya. 14 responden 12,7 menyatakan guru jarang mengajarkan pada setiap siswa untuk melaksanakan segala keputusan yang telah disepakati bersama dengan penuh tanggungjawab, meskipun tidak sesuai dengan pendapatnya. 8 responden 7,3 menyatakan guru tidak pernah mengajarkan pada setiap siswa untuk melaksanakan segala keputusan yang telah disepakati bersama dengan penuh tanggungjawab, meskipun tidak sesuai dengan pendapatnya. Pernyataan no. 27 menunjukkan bahwa 7 responden 6,4 menyatakan bahwa siswa sangat sering untuk melihat- lihat dulu, kemudian protes, mengeluh, dan marah jika guru memberi tugas yang banyak. 12 responden 10,9 menyatakan bahwa siswa sering untuk melihat- lihat dulu, kemudian protes, mengeluh, dan marah jika guru memberi tugas yang banyak. 55 responden 50 menyatakan bahwa siswa jarang untuk melihat- lihat dulu, kemudian protes, mengeluh, dan marah, jika guru memberi tugas yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI banyak. 33 responden 30 menyatakan bahwa siswa tidak pernah melihat- lihat dulu, kemudian protes, mengeluh, dan marah jika guru memberi tugas yang banyak. 3 responden 2,7 tidak mengisi kuesioner no. 27 ini. Tabel 5. 37 Tanggapan Responden tentang Nilai Kehati-hatian J Tanggapan Responden tentang Nilai Kehati-hatian No. SS S JR TP Total 28 43 39, 1 59 53,6 6 5,5 2 1,8 110 29 49 44,5 55 50 6 5, 5 110 30 3 2,7 12 10,9 35 31,8 59 53,6 109 Total 95 126 47 61 329 Sumber: Data primer diolah Juni 2008 Pernyataan no. 28 menunjukkan bahwa 43 responden 39,1 menyatakan guru sangat sering mengajak setiap siswa untuk mengerjakan ulangan, ujian dengan hati- hati, tekun, dan teliti agar tidak kecewa jika mendapat nilai jelek. 59 responden 53,6 menyatakan guru sering mengajak setiap siswa untuk mengerjakan ulangan, ujian dengan hati-hati, tekun, dan teliti agar tidak kecewa jika mendapat nilai jelek. 6 responden 5,5 menyatakan guru jarang mengajak setiap siswa untuk mengerjakan ulangan, ujian dengan hati- hati, tekun, dan teliti agar tidak kecewa jika mendapat nilai jelek. 2 responden 1,8 menyatakan guru tidak pernah mengajak setiap siswa untuk mengerjakan ulangan, ujian dengan hati- hati, tekun, dan teliti agar tidak kecewa jika mendapat nilai jelek. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pernyataan no. 29 menunjukkan bahwa 49 responden 44,5 menyatakan guru sangat sering mengajak setiap siswa untuk mengerjakan tugas sekolah dan tugas rumah sendiri sebaik dan semaksimal mungkin, dikoreksi sungguh-sungguh, dan dinilai. 55 responden 50 menyatakan guru sering mengajak setiap siswa untuk mengerjakan tugas sekolah dan tugas rumah sendiri sebaik dan semaksimal mungkin, dikoreksi sungguh-sungguh, dan dinilai. 6 responden 5,5 menya takan guru jarang mengajak setiap siswa untuk mengerjakan tugas sekolah dan tugas rumah sendiri sebaik dan semaksimal mungkin, dikoreksi sungguh-sungguh, dan dinilai. Tidak ada responden 0 menyatakan guru tidak pernah mengajak setiap siswa untuk mengerjakan tugas sekolah dan tugas rumah sendiri sebaik dan semaksimal mungkin, dikoreksi sungguh-sungguh, dan dinilai. Pernyataan no. 30 menunjukkan bahwa 3 responden 2,7 menyatakan guru sangat sering membiarkan siswa tidak mengerjakan tugas sekolah, tugas rumah, maupun ulangan, toh itu tanggungjawab pribadi dan resiko akan ditanggung sendiri. 12 responden 10,9 menyatakan guru sering membiarkan siswa tidak mengerjakan tugas sekolah, tugas rumah, maupun ulangan, toh itu tanggungjawab pribadi dan resiko akan ditanggung sendiri. 35 responden 31,8 menyatakan guru jarang membiarkan siswa tidak mengerjakan tugas sekolah, tugas rumah, maupun ulangan, toh itu tanggungjawab pribadi dan resiko akan ditanggung sendiri. 59 responden 53,6 menyatakan guru tidak pernah membiarkan siswa tidak mengerjakan tugas sekolah, tugas rumah, maupun ulangan, toh itu tanggungjawab pribadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan resiko akan ditanggung sendiri. 1 responden 0,9 tidak mengisi kuesioner no. 30 ini. Tabel 5. 38 Tanggapan Responden tentang Nilai Kepentingan Umum di atas Kepentingan Pribadi K Tanggapan Responden tentang Nilai Kepentingan Umum di atas Kepentingan Pribadi No. SS S JR TP Total 31 16 14,5 42 38,2 38 34,5 14 12,7 110 32 22 20 58 52,7 25 22,7 5 4,5 110 33 48 43,6 42 38,2 18 16,4 2 1,8 110 Total 86 142 81 21 330 Sumber: Data primer diolah Juni 2008 Pernyataan no. 31 menunjukkan bahwa 16 responden 14,5 menyatakan guru sangat sering mengajak setiap siswa dalam pertemuan untuk menghargai pendapat umum, meskipun pendapat sendiri bagus, dan melaksanakan pendapat itu dengan baik. 42 responden 38,2 menyatakan guru sering mengajak setiap siswa dalam pertemuan untuk menghargai pendapat umum, meskipun pendapat sendiri bagus, dan melaksanakan pendapat itu dengan baik. 38 responden 34,5 menyatakan guru jarang mengajak setiap siswa dalam pertemuan untuk menghargai pendapat umum, meskipun pendapat sendiri bagus, dan melaksanakan pendapat itu dengan baik. 14 responden 12,7 menyatakan guru tidak pernah mengajak setiap siswa dalam pertemuan untuk menghargai pendapat umum, meskipun pendapat sendiri bagus, dan melaksanakan pendapat itu dengan baik. Pernyataan no. 32 menunjukkan bahwa 22 responden 20 menyatakan guru sangat sering menjelaskan bahwa dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, setiap siswa wajib meningkatkan sikap persaudaraan. 58 responden 52,7 menyatakan guru sering menjelaskan bahwa dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, setiap siswa wajib meningkatkan sikap persaudaraan. 25 responden 22,7 menyatakan guru jarang menjelaskan bahwa dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, setiap siswa wajib meningkatkan sikap persaudaraan. 5 responden 4,5 menyatakan guru tidak pernah menjelaskan bahwa dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, setiap siswa wajib meningkatkan sikap persaudaraan. Pernyataan no. 33 menunjukkan bahwa 48 responden 43,6 menyatakan guru sangat sering memberi sanksi kepada setiap siswa yang melanggar tata tertib sekolah, karena ini mengganggu kehidupan bersama dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif. 42 responden 38,2 menyatakan guru sering memberi sanksi kepada setiap siswa yang melanggar tata tertib sekolah, karena ini mengganggu kehidupan bersama dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif. 18 responden 16,4 menyatakan guru jarang memberi sanksi kepada setiap siswa yang melanggar tata tertib sekolah, karena ini mengganggu kehidupan bersama dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif. 2 responden 1,8 menyatakan guru tidak pernah memberi sanksi kepada setiap siswa yang melanggar tata tertib sekolah, karena ini mengganggu kehidupan bersama dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif. Tabel 5. 39 Frekuensi Responden Berdasarkan Total Skor Pernyataan Jumlah skor Frekuensi Prosentasi 73 1 0,9 74 1 0,9 75 1 0,9 76 1 0,9 77 2 1,8 78 1 0,9 79 1 0,9 80 2 1,8 82 1 0,9 83 2 1,8 84 1 0,9 85 3 2,7 86 2 1,8 87 8 7,27 88 6 5,45 89 3 2,7 90 4 3,6 91 2 1,8 92 5 4,55 93 1 0,9 94 7 6,36 95 5 4,55 96 5 4,55 97 1 0,9 98 7 6,36 99 1 0,9 100 4 3,6 101 4 3,6 102 3 2,7 103 3 2,7 104 3 2,7 105 4 3,6 106 2 1,8 107 1 0,9 108 3 2,7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110 1 0,9 112 1 0,9 114 1 0,9 115 1 0,9 116 1 0,9 119 1 0,9 120 1 0,9 121 2 1,8 Total 110 100 Sumber: Data primer diolah Juni 2008 Berdasarkan tabel tersebut di atas, menunjukkan penjumlahan dari butir 1 sampai dengan 33 pernyataan yang merupakan tanggapan dari responden yang dihitung dengan menggunakan program SPSS versi 13.00 for Windows. Jumlah skor tertinggi 121 atau 1,8 dan skor terendah 73 atau 0,9. Setelah diketahui jumlah skornya maka dapat diketahui deskripsi data tentang persepsi siswa terhadap kandungan nilai moral secara menyeluruh berdasarkan hasil penelitian yang dihitung dengan menggunakan Passing Score PAP tipe I dengan terlebih dahulu mencari interval kelasnya lalu menentukan kategori pada tiap tingkatan yang disajikan pada tabel 5. 40 berikut ini: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 5. 40 Deskripsi Data “Persepsi Siswa terhadap Kandungan Nilai Moral pada Pengajaran Akuntansi” Interval Kelas Frekuensi Frekuensi Relatif Kriteria Penilaian 122 - 132 Sangat tinggi 112 - 121 8 7,3 Tinggi 97 - 111 37 33,6 Cukup 87 - 96 46 41,8 Rendah 87 19 17,3 Sangat rendah Jumlah 110 100 Sumber: Data primer diolah Juni 2008 Berdasarkan tabel 5. 40, maka dapat diketahui bahwa responden memberikan hasil tanggapan bahwa persepsi siswa terhadap kandungan nilai moral pada pengajaran akuntansi di SMK Sanjaya adalah rendah denga n frekuensi relatif 41,8 .

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

Hubungan persepsi siswa tentang pengelolaan kelas, pemanfaatan media, dan metode pembelajaran dengan prestasi belajar akuntansi siswa : studi kasus siswa SMK Sanjaya Pakem dan YPKK 1 Gamping Yogyakarta.

0 1 222

Implementasi metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa mata pelajaran akuntansi SMK Sanjaya Pakem kelas XI akuntansi : penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XI akuntansi semester 1 SMK Sanjaya Pakem.

0 8 211

Hubungan motivasi belajar, iklim kelas, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan prestasi belajar akuntansi : studi kasus SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMK Sanjaya Pakem.

1 4 190

Pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa : studi kasus SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta.

1 1 149

Hubungan lingkungan belajar di sekolah, keluarga, dan masyarakat dengan kedisiplinan siswa di sekolah : studi kasus pada siswa-siswi di SMK Sanjaya Pakem.

0 0 160

Hubungan antara sikap disiplin belajar siswa dan lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar siswa : studi kasus pada siswa SMK Sanjaya Pakem.

0 7 177

Pengaruh praktik industri, nilai mata pelajaran kewirausahaan dan jenis pekerjaan orangtua terhadap minat siswa untuk berwirausaha : studi kasus siswa kelas III SMK Sanjaya di Pakem, Sleman, Yogyakarta.

0 0 169

Pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa studi kasus SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta

0 2 147

Hubungan antara sikap disiplin belajar siswa dan lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar siswa : studi kasus pada siswa SMK Sanjaya Pakem - USD Repository

0 0 175

PERSEPSI SISWA TERHADAP KANDUNGAN NILAI MORAL DALAM PENGAJARAN AKUNTANSI PADA SMK SANJAYA SLEMAN

0 0 217