gambaran bahwa kedua kelas tidak memiliki pemahaman konsep yang sama tentang materi Hukum-hukum tentang gas ideal sebelum kedua kelas
diberi treatment dengan metode yang sama yaitu Simulasi PhET dengan metode Problem Solving.
Selanjutnya karena kedua kelompok memiliki pemahaman awal yang berbeda maka skor tes akhir kedua kelas tidak dapat diuji statistik T-Test.
Maka dari itu harus membuat variabel baru yang disebut dengan Gain skor yaitu selisih antara skor tes akhir Post-Test dan tes awal Pre-Test untuk
kedua kelas. Setelah didapatkan variabel baru tersebut barulah dapat diuji dengan uji statistik T-Test Independent. Hasil uji T-Test untuk kedua kelas
yang independent dengan menggunakan SPSS 17 adalah sebagai berikut: Tabel 11. Hasil Output T-Test Gain skor
Group Statistics
GainSkor N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Nilai Prambanan
33 1.5758
1.75054 .30473
Klaten 33
1.2121 1.45253
.25285
Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 11 diperoleh besar t = 0,918 dan besar probabilitas = 0,362. Besar probabilitas p = 0,362
= 0,05; menunjukkan bahwa hasil ini tidak signifikan. Hal ini berarti tidak ada
perbedaan pemahaman konsep antara kedua kelas. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa kedua kelas memiliki pemahaman konsep
yang sama tentang materi Hukum-hukum tentang gas ideal setelah kedua kelas diberi treatment dengan metode yang sama yaitu Simulasi PhET
dengan metode Problem Solving.
4. Pembahasan
Di SMA Negeri 2 Klaten, kelas eksperimen yang mengalami proses pembelajaran menggunakan media simulasi PhET dengan metode problem
solving terdapat peningkatan pemahaman konsep tentang materi Hukum- hukum tentang Gas Ideal, dari skor rerata dan signifikansi. Skor rerata tes
awal adalah sebesar 6,79 dan skor rerata tes akhir adalah sebesar 8,00. Besar probabilitas p = 0,000 dengan tingkat kepercayaan 95.
Kelas yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional dan pembelajaran dengan simulasi PhET dan metode problem solving terdapat
perbedaan dari skor rerata dan signifikansi. Dari hasil analisis keadaan pemahaman awal siswa terkait pemahaman konsep, diperoleh bahwa
terdapat perbedaan antara kedua kelas dari skor rerata dan signifikansi. Skor rerata kelas eksperimen sebesar 6,7879 dan skor rerata kelas kontrol
sebesar 4,7333, dengan besar probabilitas 0,000 dengan tingkat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kepercayaan 95. Dengan adanya perbedaan keadaan pemahaman awal siswa terkait pemahaman kosep maka dianalisis menggunakan gain skor.
Dari analisis gain skor diperoleh bahwa terdapat perbedaan secara skor dan signifikansi. Skor rerata Gain skor untuk skor rerata kelas eksperimen
adalah sebesar 1,2121 dan skor rerata kelas kontrol adalah sebesar 2,7333. Besar probabilitas 0,001 dengan tingkat kepercayaan 95.
Walaupun hasil analisis untuk melihat perbedaan antara pengaruh pembelajaran menggunakan media simulasi PhET dengan metode problem
solving belum secara signifikan lebih baik dari metode ceramah dapat diberikan penjelasan sebagai berikut. Keadaan pemahaman awal siswa
terkait dengan pemahaman konsep adalah berbeda. Kelas kontrol jauh lebih rendah rerata 4,7333 bila dibandingkan dengan kelas eksperimen
rerata 6,7879. Hasil pengukuran setelah dilakukan treatment menunjukkan bahwa kelas eksperimen rerata skornya lebih baik dari kelas
kontrol. Namun karena keadaan awalnya berbeda, maka peningkatan ini belum sepenuhnya dapat disimpulkan sebagai akibat pemberian treatment
dalam kelas eksperimen. Hal ini terjadi karena analisis gain skor pun tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
Di SMA Negeri 1 Prambanan, kelas eksperimen yang mengalami proses pembelajaran menggunakan media simulasi PhET dengan metode
problem solving terdapat peningkatan pemahaman konsep tentang materi Hukum-hukum tentang Gas Ideal, dari skor rerata dan signifikansi. Skor
rerata tes awal adalah sebesar 3,03 dan skor rerata tes akhir adalah sebesar 4,61. Besar probabilitas p = 0,000 dengan tingkat kepercayaan 95.
Kelas yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional dan pembelajaran dengan simulasi PhET dan metode problem solving terdapat
perbedaan dari skor rerata dan signifikansi. Skor rerata T-test Post-test untuk skor rerata kelas eksperimen sebesar 4,6061 dan kelas kontrol
adalah sebesar 6,7419. Besar probabilitas 0,001 dengan tingkat kepercayaan 95. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa pembelajaran
menggunakan media simulasi PhET dan metode problem solving belum mendapatkan hasil yang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan masih
banyak siswa yang bertanya tentang cara menjalankan PhET ataupun dalam pengisian LKS. Selain itu juga kurang optimalnya penggunaan
simulasi PhET dengan metode problem solving ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah keterbatasan waktu pada saat
melakukan pembelajaran, gaya belajar siswa yang berbeda dari biasanya serta penggunaan sumber belajar yang kurang dioptimalkan.
Hal ini jika ditinjau dari jenis tes yang digunakan, bahwa jenis tes yang digunakan adalah berupa tes multiple choices. Tes yang digunakan
dalam penelitian ini dibuat berdasarkan atas kisi-kisi yang mengarah pada indikator yang dibuat untuk mengetahui pemahaman konsep siswa tentang
materi Hukum-hukum tentang Gas Ideal dengan aspek kognitif yang digunakan adalah identifikasi, menjelaskan, serta analisa dan perhitungan.
Identifikasi lebih kepada ingin mengetahui sejauh mana siswa dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI