2.2.2 Analisis Kesalahan Berbahasa
Henry Guntur Tarigan 1988: 68 menyatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan
guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian
kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu.
Pengertian analisis kesalahan berbahasa selanjutnya dikemukakan oleh Pateda 1989: 32 yang menyatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa
merupakan suatu teknik untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menginterpretasi kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar yang sedang belajar
bahasa kedua secara sistematis dan sesuai dengan teori serta prosedur linguistik. Ellis dalam Setyawati 2013: 15, menyatakan bahwa terdapat lima
langkah kerja analisis bahasa, yaitu: a.
mengumpulkan sampel kesalahan, b.
mengidentifikasi kesalahan, c.
menjelaskan kesalahan, d.
mengklasifikasikan kesalahan, dan e.
mengevaluasi kesalahan. Dari dua pengertian di atas, peneliti lebih mengacu pada pengertian
analisis kesalahan berbahasa yang dikemukakan oleh Tarigan. Menurut peneliti, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendapat Tarigan lebih lengkap dibanding pendapat yang lain karena telah meliputi proses pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan, penjelasan
kesalahan, pengklasifikasian kesalahan, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu.
2.2.3 Ejaan
Pengertian ejaan mencakup kaidah cara menggambarkanmelambangkan bunyi-bunyi tuturan kata, kalimat, dan sebagainya dan bagaimana hubungan di
antara lambang-lambang itu pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa. Secara teknis, ejaan berkaitan dengan penulisan huruf huruf
besarkapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, penulisan angkabilangan, dan penulisan tanda baca Wijayanti, 2015: 1. Dalam
Ensiklopedi Indonesia jilid 2, ejaan diartikan sebagai cara menulis kata-kata menurut disiplin ilmu bahasa.
Dari kedua pernyataan di atas, peneliti lebih mengacu pada pendapat Wijayanti karena telah mencakup kaidah cara menggambarkan bunyi tuturan dan
hubungan di antara lambang bunyi. Wijayanti juga menambahkan bahwa secara teknis ejaan berkaitan dengan penulisan huruf, kata, unsur serapan,
angkabilangan, dan tanda baca.
2.2.4 Kesalahan Ejaan
Untuk menentukan kesalahan ejaan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2015 Berdasarkan pedoman di atas, jenis kesalahan ejaan
yang akan diteliti yaitu pemakaian huruf, penulisan huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
2.2.4.1 Pemakaian Huruf
Pemakaian huruf dalam pedoman ejaan meliputi huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, dan pemenggalan kata.
Pemenggalan kata memiliki tiga ketentuan yang masing-masing sudah dipaparkan dengan jelas dan disertai contoh.
Di antara beberapa hal yang dibicarakan dalam pemakaian huruf, pemenggalan kata merupakan hal yang masih sering menggalami kesalahan.
Kesalahan pemenggalan kata sering terjadi terutama pada 1 kata yang mengandung huruf diftong, dan 2 kata berimbuhan.
Contoh : 1.
Kesalahan pemenggalan kata yang mengandung huruf diftong. Aula =
au-la bukan a-u-la
saudagar = sau-da-gar
bukan sa-u-da-gar 2.
Kesalahan pemenggalan kata berimbuhan. Minuman = minum-an bukan
mi-num-an Meragukan = me-ragu-kan bukan
me-ra-gu-kan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.4.2 Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan telah diatur ketentuan penggunaan huruf kapital dan huruf miring. Pemakaian
huruf kapital terbagi dalam lima belas ketentuan sedangkan pemakaian huruf miring hanya terbagi dalam tiga ketentuan.
Pemaparan pedoman pemakaian huruf kapital dan huruf miring sudah disertai contoh serta catatan-catatan khusus pada tiap-tiap ketentuan. Akan tetapi,
masih terdapat beberapa ketentuan pemakaian huruf kapital dan huruf miring yang sering menjadi kesalahan dalam penulisan karena cukup sukar untuk dipahami
dan diterapkan. Pemakaian huruf kapital yang masih sering mengalami kesalahan yaitu,
1 huruf pertama petikan langsung, 2 huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan, 3 huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi,
atau nama tempat, 4 huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah, dan 5 huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Pemakaian huruf miring memiliki tiga kegunaan yaitu untuk 1 menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan,