Pengertian Keluarga Deskripsi penghayatan spiritualitas keluarga Kudus dalam keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan Paroki keluarga Kudus Banteng, Yogyakarta.

28

B. Pengertian Keluarga

Tidak bisa disangkal bahwa kebahagiaan seseorang sangat tergantung pada keadaan keluarganya. Kalau keluarganya harmonis, umumnya orang akan mudah merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Demikian pula, setiap keluarga Katolik dengan latar belakang yang berbeda, baik yang mapan secara ekonomi maupun yang hidup pas-pasan memiliki kesempatan yang sama untuk menimba kebijaksanaan hidup dari teladan Keluarga Kudus Nazaret. Pribadi yang lahir dari kalangan bangsawan atau kaya dapat belajar dari keluarga bagaimana untuk hidup sederhana dalam saat-saat kelimpahan dan bagaimana untuk tetap mempertahankan martabat dalam kesesakan. Mereka dapat belajar bahwa kepantasan moral lebih berharga daripada kekayaan. Hal ini kiranya menjadi panduan bagi umat Kristiani selama ini dalam memaknai kelimpahan ataupun kekurangan yang dialami dalam kehidupan keluarga. Hidup berkecukupan bukan berarti silau dengan harta tetapi rejeki yang diperoleh menjadi sarana untuk membantu anggota komunitas lain agar tetap merasa sebagai bagian dari kesatuan umat Allah. Memiliki mobil kemudian digunakan untuk memobilisasi anggota koor ke gereja saat ada tanggungan di paroki atau membawa ibu-ibu mengunjungi orang sakit merupakan salah satu contoh dari sikap hidup keluarga Kristiani dalam memaknai kekayaan. Di pihak lain, tidak sedikit pula keluarga yang merasa tidak punya cukup waktu untuk berbicara dari hati ke hati. Berbeda dengan zaman dahulu, peran orangtua untuk menanamkan ajaran moral dalam diri putra-putrinya dan membicarakannya pada saat duduk bersama di rumah, berbaring, dan bahkan 29 selama dalam perjalanan Ul. 6:6, 7. Orang tua dan anak-anak punya banyak waktu untuk menjalin komunikasi, sehingga bisa saling memahami kebutuhan, keinginan, dan kepribadian anak. Demikian sebaliknya, anak-anak pun bisa benar- benar mengenal orang tua mereka Stef Ingrid Tay. Keluarga Kudus: Pola Ilahi Bagi Keluarga Kita. Dalam https:www.katolisitas.orgkeluarga-kudus-pola- ilahi-bagi-keluarga-kita, diakses 712 2016 . Realitas kehidupan keluarga Katolik sekarang, terutama di daerah perkotaan, anak-anak sudah disekolahkan sejak masih sangat kecil, bahkan kadang sejak berumur dua tahun. Banyak ayah dan ibu bekerja di tempat yang jauh dari rumah. Saat orang tua dan anak punya sedikit waktu bersama, perhatian mereka tersita oleh komputer, televisi, dan perangkat elektronik lainnya. Dalam banyak keluarga lainnya juga bahwa orang tua dan anak-anak sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing sehingga mereka merasa asing terhadap satu sama lain atau tidak pernah ada pembicaraan dari hati ke hati. Menyadari perubahan sosial semacam ini, beberapa keluarga Katolik bahkan sudah mulai memikirkan untuk sepakat membatasi waktu di depan televisi atau komputer. Sementara yang lainnya mengupayakan untuk makan bersama sedikitnya satu kali sehari dan mulai menyisihkan waktu satu jam atau lebih setiap minggu untuk sekedar mengobrol. Sebelum anak-anak berangkat ke sekolah, orangtua selalu memberi wejangan sesuatu yang membina dan mengajak berdoa bersama, yang akan berpengaruh besar atas kegiatannya sepanjang hari itu. Semua yang dilakukan itu merupakan upaya untuk memaknakan spiritualitas keluarga Kudus Nasaret, meskipun semangat untuk menyerahkan keluarga pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 penyelenggaraan Ilahi kadang masih membutuhkan perjuangan yang panjang. Hal ini yang membedakan keluarga Kristiani dengan keluarga pada umumnya. Keluarga menurut ajaran gereja adalah lingkungan primer yang paling berperan dalam pembentukan watak, moral dan iman anak. Keluarga menjadi sekolah pertama dan utama, tahap demi tahap anak akan mengerti arti hidup. Lain perkataan bahwa keluarga menjadi sekolah pertama dan utama bagi anak menjadi pribadi yang seutuhnya, yakni pribadi yang beriman, berbakti kepada Allah dan sesama serta memiliki keutamaan hidup Sutarno, 2013:5. Paus Yohanes Paulus II, dalam homilinya pada misa di kota Cuenca, Maret 1985 mengatakan bahwa, “Keluarga merupakan tempat pertama panggilan kristiani dinyatakan. Setiap panggilan dilahirkan di dalam keluarga, yang merupakan tempat istimewa bagi benih yang ditanam oleh Allah dalam hati anak- anak agar dapat berakar dan masak. Keluarga adalah tempat partisipasi orang tua dalam misi imamat Kristus sendiri dinyatakan dalam derajatnya yang paling tinggi” Eminyan, 2001:236. Keluarga juga merupakan salah satu lembaga terkecil dalam masyarakat. Demikian pula seorang anak yang baru dilahirkan pertama kali mengenal dan mengalami kebersamaan dengan setiap orang dalam keluarga. Di samping itu, keluarga adalah lingkungan pendidikan primer seorang anak, tempat dimana ia memperoleh dasar-dasar keterampilan sensomotorik, dasar-dasar kecerdasan bahasa, alam pikiran dan dasar-dasar nilai hidup agama, adat dan tata kelakuan. Semntara keluarga berusaha untuk memberikan penghiburan, perlindungan serta pertolongan kepada anak selama masa kanak-kanak hingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 mencapai kemandirian. Penghiburan yang dimaksudkan misalnya penghiburan setelah pulang dari sekolah atau pekerjaan atau perlindungan terhadap ancaman dari luar Hommes, 2009:137. Keluarga juga diberikan kepercayaan dan tanggung jawab untuk merawat, mendidik dan membesarkan anak. Keluarga adalah lingkungan primer yang paling berperan dalam pembentukan watak, moral dan iman anak. Keluarga sebagai tempat yang paling tepat untuk belajar mengenal rencana Allah, agar kita saling merangkul satu sama lain dengan penuh kepercayaan. Keluarga adalah tempat dimana kita belajar melangkah keluar dari diri sendiri dan menerima orang lain, memaafkan dan dimaafkan. Keluarga adalah tempat dimana kekudusan Injili hadir dalam kondisi yang paling biasa. Gereja menyatakan bahwa Gereja Kristiani adalah persekutuan antar anggota-anggotanya, yang menjadi tanda dan citra persekutuan Bapa, Putra dan Roh Kudus Sutarno, 2013: 9-11. Keluarga-keluarga mempunyai makna yang istimewa bagi Gereja maupun masyarakat. Para suami-istri Kristiani, bekerjasama dengan rahmat dan menjadi saksi iman satu bagi yang lain, bagi anak-anak mereka dan bagi kaum kerabat. Keluarga menerima perutusan dari Allah untuk menjadi sel pertama dan sangat penting bagi masyarakat Dokumen Konsili Vatikan II, AA art. 11

C. Tujuan Keluarga Kristiani