52
c. Usaha-usaha apa yang dilakukan oleh
orangtua terhadap anak yang berbeda pendapat dengan orangtua?
3 Gereja
Mengikuti tradisi Gereja Katolik
a. Bagaimana menjalankan doa dalam
keluarga? Kapan melakukan doa bersama dalam keluarga?
b. Kapan saja ke Gereja? Mengapa harus
ke Gereja? c.
Tantangan-tantangan apa
yang dialami oleh keluarga dalam hidup
doa dalam keluarga, lingkungan dan gereja? Apa usaha keluarga untuk
mengatasi tantangan-tantangan itu? d.
Apakah yang menjadi prinsip keluarga
dalam menjalankan
kehidupan doa
dalam keluarga,
lingkungan dan gereja? 4
Masyara- kat
Menjalin Komunikasi yang
luas a.
Bagaimana keluarga
menjalin komunikasi dengan masyarakat?
b. Mengapa keluarga perlu menjalin
komunikasi dalam
hidup bermasyarakat?
c. Apa yang menjadi dasar dalam
keluarga untuk menjalin relasi yang baik dalam kehidupan bermasyarakat?
d. Tantangan-tantangan
apa yang
dialami keluarga dalam menjalin komunikasi dengan masyarakat?
E. Teknik Analisis Data
53
Menurut Bogdan 1982:145 dalam buku Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods,
mengatakan bahwa, “data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview
transcripts, filednotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have
discovered to others. Analysis involves working with data, organizing it, breaking it to manageable units, syntesizing it, searching for patterns, discovering what is
important and what is to be learn, and deciding what you will tell others”. Bogdan menjelaskan bahwa analisis data adalah proses sistematis mencari dan
menulis transkrip hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman penulis tentang data dari informan
yang memungkinkan penulis untuk menyajikan apa yang telah ditemukan kepada orang lain. Lebih lanjut Bogdan dan Biklen 1982 mengatakan analisis data
kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan: mengumpulkan data, mengorganisasi
data, memilah menjadi satuan yang dapat
dikelola, menyintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
dipelajari, memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain Bungin, 2015:149.
Dalam penelitian ini, data-data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang diperoleh penulis kemudian diklasifikasikan ke dalam tema
atau topik yang sama sebagaimana dibahas pada bagian sistematika penulisan untuk dianalisis dengan menggunakan kajian pustaka guna memperoleh
kesimpulan akhir tentang gambaran penghayatan spiritualitas Keluarga Kudus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dalam kehidupan keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan Paroki Banteng.
AB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Singkat Lingkungan St. Yohanes Kentungan
Lingkungan St. Yohanes Kentungan merupakan salah satu lingkungan di Wilayah St. Yusuf Kentungan Paroki Keluarga Kudus Banteng Keuskupan Agung
Semarang. Lingkungan ini merupakan salah satu dari tiga lingkungan yang menjadi bagian dari Wilayah St. Yusuf Kentungan, di mana kedua lingkungan
lainnya adalah Lingkungan St. Renya Rosari dan Lingkungan St. Paulus Laporan Tahunan Lingkungan St. Yohanes Kentungan, Desember 2015.
Umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan pada umumnya memiliki tempat tinggal tetap, kecuali beberapa orang yang berstatus sebagai penduduk
sementara atau mahasiswa dari luar daerah. Sebagian umat diLingkungan St. Yohanes Kentungan merupakan penduduk asli yang sudah menetap sejak lama
sejak masa orangtua mereka dan bahkan menjadi pemilik tanah sebelum adanya pengembangan pemukiman seperti sekarang ini. Oleh sebab itu, sebagian umat di
lingkungan ini masih memiliki hubungan genealogis, baik karena hubungan darah maupun karena adanya perkawinan antar keluarga.
Sejarah terbentuknya Lingkungan St. Yohanes Kentungan kurang diketahui oleh umat pada umumnya. Namun menurut cerita Wagiyanto, salah
seorang umat yang sudah lama menetap di lingkungan itu bahwa lingkungan itu sudah lama terbentuk dan mengalami pergantian kepemimpinan, yakni:
56 Bapak Yulianus Hadi Samtolo 1973-2003
Bapak Yohanes Suripto 2003-2016 Bapak Antonius Sarjiyono 2016-sekarang
Secara administrasi gereja, wilayah Lingkungan St. Yohanes Kentungan berbatasan masing-masing:
sebelah Utara dan Barat dengan Lingkungan St. Renya Rosari sebelah Selatan dengan Lingkungan St. Paulus
sebelah Timur berbatasan Wilayah Sengkan Namun demikian, lingkungan-lingkungan dimaksud semuanya termasuk dalam
wilayah Paroki Keluarga Kudus Banteng.
2. Keadaan Umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan Menurut Usia
Lingkungan St. Yohanes Kentungan terdiri dari 25 KK dengan jumlah umat sebanyak 87 orang. Mayoritas umat di lingkungan ini adalah para orangtua
yang berusia 40 tahun ke atas dan anak-anak yang masih menempuh pendidikan di tingkat SMP maupun SLTA atau kuliah. Sementarakeluarga muda yang baru
menikah cenderung memilih untuk mandiri, baik tinggal di rumah kontrakan maupun membangun rumah milik sendiri di luar wilayah tersebut.
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Wagianto bahwa kedua anaknya yang sudah menikah dan memiliki pekerjaan sudah memiliki rumah, sehingga mereka
hidup sendiri dengan anak-anak lain yang belum menikah atau belum bekerja. Data umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan menurut usia selengkapnya
dipaparkan dalam tabel 1 di bawah ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel 1 Keadaan Umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan
Menurut Jenis Kelamin per Golongan Usia Usia Umat
tahun Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki
Perempuan 0 sampai 5
2 3
5 5,7
6 sampai 12 2
4 6
6,9 13 sampai 17
2 1
3 3,5
18 sampai 24 4
6 10
11,5 25sampai 34
6 9
15 17,2
35 sampai 40 7
4 11
12,7 40 sampai 59
10 11
21 24,1
60 tahun 7
9 16
18,4 Total
40 47
87 100
Sumber Data: Data Umat Lingkungan St. Yohanes, September 2016 Berdasarkan data yang dipaparkan di tabel 1 bahwa umat Lingkungan St.
Yohanes Kentungan terdiri dari 40 orang laki-laki dan 47 orang perempuan. Dari jumlah tersebut, umat yang berusia produktif 18 sampai 59 tahun berjumlah 57
orang 65,5, sedangkan umat yang usia non produktif anak-anak dan lansia berjumlah 30 orang 35,5, di mana mayoritas dari golongan usia terakhir
adalah lansia. Kondisi umat dengan karakter demikian setidaknya berpengaruh terhadap kualitas kehidupan berkeluarga ataupun berkomunitas, terutama
58
keaktifan dalam kegiatan doa mingguan atau tanggungan tugas liturgi di Paroki Keluarga Kudus Banteng. Berdasarkan observasi dan pengalaman peneliti sendiri
bahwa umat lansia di lingkungan ini justru lebih aktif dalam kegiatan doa mingguan, doa rosario ataupun koor, dibandingkan dengan umat dari golongan
usia lain, terutama yang memiliki pekerjaan dan kesibukan. Umat yang memiliki kerja umumnya jarang mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini menjadi tantangan
tersendiri bagi keluarga di Lingkungan St. Yohanes Kentungan, terutama dalam upaya untuk menghidupkan semangat keluarga kudus Nasaret.
3. Keadaan Umat Lingkungan St. Yohanes Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian merupakan salah satu hal pokok dalam kehidupan umat sehari-hari,yang setidaknya turut menentukan kualitas hidup umat itu
sendiri. Artinya, umat yang memiliki mata pencaharian yang tetap lebih memungkinkan untuk menyusun ekonomi keluarga secara lebih baik. Dengan
demikian, pemenuhan kebutuhan setiap anggota keluarga, terutama pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, pendidikan, kesehatan, rumah, dan berbagai
kebutuhan lainnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, umat yang tidak memiliki pekerjaan tetap akan mengalami
kesulitan hidup, yang dalam banyak kasus menjadi pemicu untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma agama dan semangat keluarga kudus
Nasaret. Selain itu, umat yang tidak memiliki pekerjaan juga cenderung frustrasi, sehingga pola pergaulan di tengah Lingkungan maupun di masyarakat umumnya
menjadi kurang harmonis, termasuk dalam menghidupkan semangat keluarga kudus dalam keluargnya masing-masing. Berdasarkan data yang diperoleh dari
59
Ketua Lingkungan St. Yohanes Kentungan, pengelompokkan menurut mata pencaharian sebagaimana dipaparkan peneliti dalam tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 Data umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan
Menurut Mata Pencaharian Mata Pencaharian
Laki-Laki Perempuan
Jumlah PNS
3 4
7 8,0
Pegawai Swasta 19
9 28
32,1 Sopir
1 -
1 1,4
Pensiunan 5
2 7
8,0 Penyedia jasa kos-kosan
2 3
5 5,7
Tidak bekerja
anak-anak, Pelajar dan IRT
10 29
39 44,8
Total 40
47 87
100 Sumber Data: Data Umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan, September 2016
Data umat menurut mata pencaharian di atas menunjukkan bahwa 48 orang 55,2 umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan memiliki pekerjaan.
Sedangkan sisanya atau 39 orang lainnya 44,8 tidak bekerja, terutama anak- anak dan para lansia. Namun demikian, berdasarkan hasil pengamatan peneliti
bahwa sejauh ini umat di Lingkungan St. Yohanes Kentungan masih tergolong memiliki kehidupan yang normal, dalam arti bahwa belum ada umat di
lingkungan ini yang berprofesi sebagai pengamen, pemulung ataupun melakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
tindakan yang bertentangan dengan semangat yang diajarkan oleh gereja ataupun semanngat keluarga kudus sendiri.
Umat di Lingkungan St. Yohanes Kentungan masih memiliki modal sosial yang terbilang tinggi, terutama kerelaan untuk membantu sesama yang sakit
dan mengalami musibah, termasuk membantu sesama yang beragama lain. Hal ini menjadi perekat hubungan di antara umat dengan masyarakat di wilayah itu yang
mayoritas beragama Islam. Tabel 3
Data umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan Menurut Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki
Perempuan Play Group
1 4
5 5,7
TK 1
3 4
4,6 SD
1 7
8 9,2
SLTP 4
3 7
8,1 SLTA
13 14
27 31,0
Diploma 7
- 7
8,1 S1
11 12
23 26,4
S2 2
4 6
6,9 Total
40 47
87 100
Sumber data: Data Umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan, September 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Mengacu pada data umat menurut pendidikan pada tabel 3 di atas bahwa sebagian besar 58,6 umat di Lingkungan St. Yohanes Kentungan
berpendidikan menengah ke bawah, sementara yang berpendidikan tinggi Diploma hingga S2 hanya berjumlah 36 orang 41,4. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat sumber daya manusia umat di Lingkungan St. Yohanes Kentungan rata-rata berada di level menengah.
Di pihak lain, karakter mayoritas umat dengan tingkat pendidikan demikian sekurang-kurangnya berpengaruh terhadap tingkat pemahaman ataupun
kesadaran untuk menghidupkan semangat keluarga kudus dalam keluarga masing- masing. Artinya bahwa keluarga yang memiliki tingkat pendidikan yang relatif
tinggi lebih mudah untuk mengimplementasikan nilai-nilai dan semangat keluarga kudus secara sadar dan rasional. Sebaliknya, keluarga dengan tingkat pendidikan
rendah relatif lebih sulit untuk menerjemahkan makna dari tindakannya sehari- hari meskipun dalam praksis kelompok umat dari golongan ini lebih menunjukkan
penghayatan dalam kehidupan keluarga dan berkomunitas melalui tindakan yang nyata. Misalnya, berdasarkan pengamatan peneliti bahwa umat yang
berpendidikan tinggi justru kurang aktif dalam kegiatan Lingkungan karena berbagai alasan tertentu. Berbeda dengan umat yang sederhana dan berpendidikan
rendah justru lebih aktif dalam doa mingguan ataupun koor di gereja. Oleh sebab itu, tingkat pendidikan umat di satu sisi memungkinkan umat untuk memahami
nilai-nilai dan semangat keluarga kudus tetapi di sisi yang lain tidak dapat dijadikan sebagai jaminan bagi seseorang atau keluarga untuk secara aktif
menghidupkan semangat keluarga kudus Nasaret dalam kehidupan sehari-hari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
4. Keadaan Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya umat di Lingkungan St. Yohanes Kentungan sangat dipengaruhi oleh nuansa budaya Jawa dan Sunda, selain pengaruh dari
budaya lain meskipun dalam level yang sangat kecil. Budaya seperti menjaga kesimbangan dalam kehidupan dengan sesama sangat dijunjung tinggi oleh umat
di lingkungan ini. Namun di pihak lain, kehidupan umat yang demikian justru kurang memungkinkan komunitas untuk saling melakukan kontrol atau koreksi
atas tindakan yang bertentangan dengan kehidupan umat, seperti saling mengingatkan untuk terlibat aktif dalam kegiatan di lingkunga maupun paroki.
B. Temuan Khusus