BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka dalam tulisan ini berkaitan dengan konsep tentang spiritualitas Keluarga Kudus Nasaret yang dihidupkan oleh Yesus, Maria dan
Yusuf. Konsep-konsep tersebut dikutip dari pendapat beberapa ahli, yakni konsep- konsep tentang pengertian spiritualitas, spiritualitas Keluarga Kudus, pengertian
keluarga, tujuan dan fungsi keluarga, hak dan kewajiban, ciri-ciri dan peranan Keluarga Kristiani serta tugas keluarga Kristiani dalam membangun sebuah
keluarga yang baik dan harmonis, di tengah keluarga, masyarakat dan Gereja.
A. Spiritualitas Keluarga Kudus
1. Pengertian Spiritualitas
Kata spiritualitas berasal dari kata Latin ”spiritus” menunjuk sesuatu
yang sangat konkrit berupa tiupan, aliran udara, nafas hidup dan nyawa. Spiritus dimengerti sebagai ilham, sukma, jiwa, hati dan Roh. Spiritualitas pada umumnya
dimaksudkan sebagai hubungan pribadi seorang beriman dengan Allahnya dan aneka perwujudannya dalam sikap dan perbuatan. Spiritualitas dapat diartikan
juga sebagai hidup berdasarkan kekuatan Roh Kudus yang mengembangkan iman, harapan dan cinta kasih, atau sebagai sebuah usaha mengintegrasikan segala segi
kehidupan yang bertumpu pada iman akan Yesus Kristus yang diwujudkan melalui pengalaman iman Kristiani dalam situasi konkrit Heuken, 1995: 277.
Dalam Injil Yohanes 16:5-15 menuliskan bahwa umat beriman dilahirkan kembali dalam Roh dan kebenaran. Dalam hal ini Roh Kudus
12 menjadikan orang beriman ”ciptaan baru” yakni seorang yang seluruh
keberadaannya terbuka pada kenyataan rohani. Roh yang diterima orang beriman bukan Roh perbudakan melainkan Roh yang membuat orang menjadi anak-anak
yang berseru dalam hati “Allah ya Bapa”, Roma 8:15 Heuken, 1995:277. Kerohanian atau spiritualitas merupakan kenyataan hidup, yang tumbuh
dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia di dunia. Spiritualitas dimengerti sebagai yang paling fundamental ialah kekuatan
hidup yang harus menciptakan kehidupan yang kudus. Manusia hidup dan dipanggil untuk berbagi energi kehidupan yang diperoleh dari energi Ilahi yang
bersumber pada Allah Darminta, 2007:63. Kerohanian juga menjadi dasar dan pijakan untuk selalu dibangun
bangunan baru atau diperbaharui, seperti yang dikatakan oleh Paulus: “Kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dengan orang-
orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia
tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Dia kamu juga turut dibangun menjadi tempat kediaman Allah di dalam
Roh” Ef., 2: 19-22 Darminto, 2007:68. Spiritualitas sejatinya berhubungan dengan roh, yaitu daya yang
menghidupkan dan
menggerakkan setiap
pribadi untuk
mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan kehidupan. Hidup spiritualitas berarti
hidup berdasarkan Roh Kudus yang membantu mengembangkan iman, harapan, dan kasih. Spiritualitas memungkinkan seseorang untuk mengintegrasikan segala
13
segi kehidupan berdasarkan iman akan Yesus Kristus. Spiritualitas sejati terwujud dalam kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan politik. Dengannya memampukan
manusia untuk bertahan dalam mewujudkan tujuan dan pengharapannya serta berusaha untuk mencari dan mengenal jalan-jalan Allah Banawiratma, 1990:57.
Di samping itu, spiritualitas menjadi sumber untuk menghadapi penganiayaan, kesulitan, penindasan dan kegagalan yang dialami oleh seseorang
atau kelompok tertentu. Spiritualitas Kerajaan Allah tidak bisa bertumbuh dan berkembang hanya di dalam rumah ibadah melainkan diwujudkan melalui
tindakan yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Umat Allah dipanggil dan diutus untuk terlibat serta ambil bagian dalam upaya mewujudkan Kerajaan Allah.
Dalam menjalankan tugas pengutusannya, mitra Allah membutuhkan Roh untuk bisa tahan uji Banawiratma, 1990: 58.
Spiritualitas sebenarnya cara orang menyadari, memikirkan dan menghayati hidup rohani. Spiritualitas Katolik berarti saat seseorang menerima
iman fides quae creditur dengan cara melakukan sebuah tindakan iman fides qua creditur, maka seseorang menjalankan imannya itu melalui praktek spiritual
Harjawiyata, 1979: 20-21. Spiritualitas berarti kehidupan yang dijiwai dan dipimpin oleh roh yaitu Roh Kudus, yang menunjuk pada pola atau gaya hidup
yang dipengaruhi dan dipimpin oleh Roh Kudus Martasudjita, 2002:11. Menurut Harjawiyata 1979:22-24 bahwa unsur-unsur pokok dalam
proses pengembangan spiritualitas Kristiani, yaitu: a.
Tawaran Allah yang bersabda. Allah menyingkapkan seluruh maksud dan rencana-Nya dalam diri Yesus Kristus. Tawaran kasih Allah mendapatkan
14
wujud yang nyata dan konkrit dalam diri Yesus. Seluruh hidup, karya, sengsara, kematian dan kebangkitan-Nya menyingkapkan betapa besar kasih
setia Allah kepada umat-Nya. b.
Jawaban manusia adalah melalui iman. Ketika Allah bersabda dan mewartakan kasih-Nya, Ia mengharapkan jawaban dan persetujuan manusia.
Jawaban kita tidak hanya di mulut, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan. Jawaban “Ya” ini disebut “iman”. Iman melibatkan seluruh aspek
kehidupan manusia. Iman perlu dihayati dan diamalkan terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari. Iman merupakan dasar hidup rohani dan spiritualitas
Kristiani. c.
Liturgi dan hidup sakramental. Tawaran kasih Allah yang terpusat pada Kristus dirayakan dan dihadirkan dalam liturgi Gereja. Liturgi merupakan
sumber kehidupan rohani orang Kristen. Hidup yang menimba kekuatannya dari perayaan sakramen-sakramen dapat disebut
”hidup sakramental”, dan merupakan unsur mutlak bagi orang kristiani dan membantu untuk
menghayati hidupnya sebagai orang kristiani secara penuh. d.
Kitab Suci. Melalui sabda Allah terjadi dialog yang intens antara Allah dengan manusia. Hal ini terjadi apabila manusia sedang membaca, mendalami dan
merenungkan kitab suci dalam perayaan liturgi sabda. Perayaan sabda perlu disiapkan dan diresapkan dalam bacaan suci pribadi atau dalam pendalaman
melalui kelompok kitab Suci. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
e. Hidup Doa. Doa diadakan dalam liturgi, baik doa pribadi maupun bersama-
sama. Sikap yang perlu dibina dalam doa adalah mendengarkan Allah yang bersabda kemudian kita menjawab.
f. Tobat dan asketis. Iman harus mempengaruhi seluruh hidup. Manusia adalah
orang yang lemah, rapuh dan berdosa. Kesediaan untuk diubah disebut “bertobat”. Tobat merupakan suatu perjuangan yang berlangsung terus-
menerus sepanjang hidup dan perlu melatih diri membuka hati di hadapan Allah melalui pemeriksaan batin.
g. Persekutuan Kasih. Persekutuan kasih berlandaskan pada perintah Kristus
yang utama yakni cinta kasih. Cinta kasih dapat menjadi hal yang utama dalam hidup kita, dalam keluarga, masyarakat maupun bangsa dan negara.
Cinta kasih dapat mengalahkan kebencian, iri hati, balas dendam dan kesombongan.
Dari pengertian-pengertian di atas penulis memahaminya bahwa spiritualitas adalah kehidupan orang Kristiani yang dikuasai Roh Kudus dan
menjiwai seluruh segi kehidupan manusia. Roh Kudus yang selalu memberi daya kekuatan Ilahi dan semangat yang baru kepada manusia dalam menjalani seluruh
aspek kehidupannya, memampukan setiap orang untuk semakin bertumbuh dan berkembang dalam iman kepada Yesus Kristus dengan berpasrah kepada
kehendak Allah. Melalui rahmat Roh Kudus, seseorang yang menerima tawaran rahmat
itu dibimbing pada kepenuhan, kesempurnaan atau kesucian dalam hubungan dengan Allah. Perkembangan hidup Kristiani adalah kesempurnaan atau
16
spiritualitas manusia dalam aspek intelektual, kehendak, perasaan, tubuh dan segala keutuhan sebagai pribadi Olla, 2010: 44.
2. Spiritualitas Hidup Keluarga Kudus
Gambaran Keluarga Kudus Nasareth ditemukan mulai dari bab-bab awal Injil Mateus dan Lukas bab 1 dan 2. Warna kepribadian Maria dan Yusuf
dikonkritkan melalui pergulatan-pergulatan yang dialami sepanjang pertumbuhan Yesus. Sosok Yusuf sebagai pribadi yang sederhana, taat pada tradisi keagamaan
dan pada kehendak Ilahi dan ia adalah seorang beriman yang tidak menuntut banyak syarat, tidak ingin mencemarkan nama baik orang lain, dan
bertanggungjawab. Seperti Yusuf, Maria juga beriman dan terbuka akan bimbingan Ilahi, yang selalu mencoba memahami peristiwa demi peristiwa sekitar
Yesus dengan tidak mengedepankan kepentingan dirinya sendiri. Bagi Maria panggilan hidup adalah Kasih Karunia Allah. Allah telah memilih Maria menjadi
ibu Tuhan Yesus Luk 1:30-31 dan Yusuf dipanggil untuk mengambil Maria sebagai isterinya Mat 1:20 Dedi Dismas. Membangun Spiritualitas Keluarga
Kudus. Dalam http:dedismas.blogspot.co.idmembangun-spiritualitas-keluarga- kudus.html, diakses 7122016.
Selanjutnya, sikap Maria selaras dengan Yusuf yang mendengarkan dan menerima panggilan Tuhan. Dalam hal ini kesetiaan, hormat, dan kasih menjadi
dasar hidup bersama bagi Kelurga Kudus Nasaret, dan kasih itu membuat orang berani menjadi korban bahkan diam demi kebaikan orang lain. Seperti yang ditulis
dalam Injil Mateus bahwa setelah Yusuf mengetahui bahwa Maria sudah mengandung, ia bermaksud “menceraikannya dengan diam-diam” Mat 1:19.
17
Namun hal itu tidak dilakukan Yusuf demi kehormatan dan nama baik Maria. Sikap Yusuf tersebut bermakna bahwa kasih itu membuat orang berani menjadi
korban bahkan diam demi kebaikan orang lain. Di samping itu, di balik perbuatan Yusuf itu juga mempunyai makna untuk menjaga nama baik orang lain.
Sementara itu, kesetiaan Maria dan Yusuf untuk menjaga Yesus memungkinkan terjadinya komunikasi batin dan tumbuhnya kepekaan intuisi
untuk bisa mengerti dan memahami orang lain. Kisah pencarian Maria dan Yusuf terhadap Yesus dengan penuh kecemasan, yang akhirnya ditemukan dalam bait
Allah merupakan suatu kisah kesetiaan Maria dan Yusuf dalam mendampingi Putera-Nya. Dalam peristiwa ini Maria dan Yusuf menyingkirkan agenda pribadi,
begitu juga dengan Yesus seperti yang ditulis bahwa “pulang bersama-sama mereka ke Nazare
th” Luk2:51. Sikap yang dikembangkan oleh Maria, Yusuf, dan Yesus mencerminkan
bahwa Keluarga Kudus Nasaret menjadi tempat yang ideal untuk tumbuhnya pribadi-pribadi yang dewasa. Keluarga Kudus juga merupakan kesatuan tiga
pribadi yang menjalani hidup berdasarkan gerak hati atas situasi yang ada pada saat itu, yang selalu berusaha mempertemukan keputusan-keputusan mereka yang
mengarah kepada kehendak Allah. Segi hidup bersama yang dihidupi Keluarga Kudus menjadi daya dan kebahagiaan untuk saling medukung dalam mencari dan
melaksanakan kehendak Bapa Dedi Dismas. Membangun Spiritualitas Keluarga Kudus. Dalam http:dedismas.blogspot.co.idmembangun-spiritualitas-keluarga-
kudus.html, diakses 7122016. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Dalam konteks kelembagaan, keluarga menjadi
tempat yang
memungkinkan Yusuf, Maria dan Yesus mengalami dan merasakan kepenuhan akan kebutuhan jasmani maupun rohani yang sangat mendalam. Latar belakang
kehadiran mereka masing-masing sebagai utusan yang bersatu membentuk sebuah keluarga baru yang di dalamnya saling memberi dan menerima, mendidik dan
dididik. Keluarga Kudus menjadi wahana saling belajar satu sama lainnya baik dalam menyelesaikan berbagai macam masalah kehidupan maupun dalam
meningkatkan perkembangan rohani. Walau mereka memiliki keterikatan batin yang kuat namun ketiganya tetaplah pribadi-pribadi yang tidak melebur dalam
pribadi yang lainnya. Masing-masing tetap memiliki kekhasannya, pribadi yang mandiri dan utuh serta yang memiliki perannya masing-masing. Dalam
pemahaman yang lebih jauh, mereka memiliki kesamaan problem yang membutuhkan keterlibatan dari masing-masing pribadi mereka. Kepadanya,
masing-masing mereka harus mampu mengambil sebuah tindakan tegas untuk ikut serta dalam karya keselamatan Allah atau tidak. Karena itu dalam kebebasan,
tanpa paksaan dari apapun dan siapapun keputusan penting harus mereka ambil. Sambil berdiri dihadapan misteri Ilahi, mereka menemukan bahwa mereka hanya
mempunyai satu hidup yang harus dihidupi yakni hidup demi Allah. Menerima kenyataan tersebut dan menghayatinya berarti mereka menerima rahmat dan
menemukan bahwa semua yang dari kehidupan adalah baik. Hal ini menandakan bahwa kehidupan keluarga yang berlandaskan pada kasih, kepercayaan,
penghormatan dan penghargaan dapat membawa sebuah wahana spiritual. Viktor Satu S.S. Keluarga Kudus Nasaret Cermin Pelayanan Kreatif. Dalam
19
https:msfmusafir.wordpress.comkeluarga-kudus-nazaret-cermin-pelayan-kreatif, diakses 7122016.
Dalam konteks keluarga Kristiani pada umumnya, pemaknaan spiritualitas hidup keluarga sebenarnya semangat hidup yang hanya berpusat pada
Allah sendiri. Hal ini sudah terungkap nyata dalam pribadi Yesus Kristus yang menjadi utusan-Nya dan menjadi bagian dari keluarga Santu Yosef dan Bunda
Maria. Keluarga Kudus adalah keluarga yang hidup damai, harmonis dengan berlandaskan hukum cinta kasih. Keluarga Kudus menjadi contoh bagi realitas
hidup keluarga pada zaman sekarang. Sementara keluarga Kudus Nasaret sendiri adalah “model yang sempurna mengenai kesatuan hati, saling memahami,
ketaatan dan penyangkalan diri bagi yang lain”. Bunda Maria dan Santu Yosef digambarkan sebagai dua pribadi yang disatukan dan diarahkan kepada Yesus.
Barthier mengungkapkan bahwa hati mereka disatukan kepada Yesus, mengarah kepada sikap takut akan Allah, untuk menyampaikan rasa terima kasih mereka
atas pengampunan dosa dan penebusan umat manusia, sehingga kemuliaan Tuhan tinggal dalam hati Maria dan Yosef. Yesus, Maria dan Yosef dengan cara yang
paling tinggi menaruh hormat dan berpasrah kepada Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran Yoh 4:24 Sutrisnaatmaka, 1999: 240-246.
Nilai hidup ketaatan dan kesetiaan Keluarga Kudus kepada kehendak Allah ini patut menjadi contoh dan teladan bagi keluarga Kristiani dalam
menumbuhkembangkan iman dan pengharapan kepada Allah. Keluarga Kristiani hendaknya bercermin kepada kehidupan Keluarga Kudus dalam mengembangkan
seluruh aspek kehidupan, baik jasmani maupun rohani. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3. Tokoh Keluarga Kudus Nasaret
Tokoh dalam keluarga Kudus Nazaret yakni Maria, Yosef dan Yesus. Ketiga tokoh ini menjadi teladan sekaligus pusat perhatian yang memberi
inspiratif bagi keluarga Kristiani. Oleh karena itu, keluarga seharusnya menjadi cerminan kasih ilahi, sebab akar dari cinta yang benar adalah Allah sendiri.
Keluarga manusiawi di dunia ini: ibu-bapa dan anak-anak mestinya membawa pesan dan berita tentang keluarga surgawi.
Keluarga Kudus Nazaret: Yosef, Maria dan Yesus menjadi contoh dan teladan bagi keluarga-keluarga Kristiani. Setiap orang Kristiani yang hendak
membangun keluarga, hendaknya belajar dari Keluarga Kudus Nazaret. Menjadi teladan berarti seluruh kehidupan keluarga Yosef, Maria dan Yesus ditiru
keteladanannya dalam hal iman, harapan dan kasih serta berpasrah kepada kehendak Allah. Keluarga kudus Nazaret adalah guru iman dan guru dalam
kehidupan berkeluarga Hello, 2016:13.
a. Maria
Maria menggambarkan dirinya sebagai hamba Tuhan Luk 1:1.48. Kata hamba Tuhan berarti budak, pelayan atau abdi Tuhan. Selaku seorang hamba ia
menyadari bahwa hidupnya sungguh amat tergantung pada kehendak Allah. Tuhanlah yang menuntun dan mengatur hidupnya. Ia meletakkan hidupnya
kepada kehendak Allah. Menyebut diri sebagai hamba Tuhan, Maria termasuk dalam daftar tokoh yang mempunyai peranan penting dalam sejarah keselamatan
Allah. Maria tidak hanya melayani Allah saja, tetapi juga sesama. Hal ini ditunjukkan dalam kunjungan kepada saudaranya Elisab
et. “Ia mengunjungi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21 Elisabeth, saudarinya, yang mengandung di masa tuanya” Luk 1:39-45.
Kunjungan Maria kepada Elisabeth membawa kabar sukacita dan kekuatan kepada Elisabeth. Elisabeth memberi salam kepadanya ”Berbahagialah ia yang
telah percaya sebab ap a yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana”
Luk 1:45 Hardiwiratno, 1996:386. Maria adalah ibu rohani kita dalam keluarga, layaknya peran seorang ibu yaitu mengasihi, mengasah dan mengasuh.
Maria telah dipercayakan peran untuk mengasihi, mengasah dan mengasuh kita dalam hidup rohani. Peran ibu yang sedemikian kompleks menentukan hidup
seorang anak, menunjukkan betapa pentingnya peran yang dipercayakan Allah kepada Maria. Oleh karena itu, umat Kristiani harus mengakui peran Maria dan
menerimanya sebagai anugerah Allah yang sangat berharga Handoko, 2014:73. Maria adalah sosok ibu yang rendah hati, tulus dan setia pada kehendak
Allah. Maria adalah seorang pribadi yang menyimpan dan merenungkan segala perkara di dalam hatinya. “Maria menyimpan segala perkataan itu dalam hatinya
dan merenungkannya” Luk 2:19 Leks, 2007:40. Dari ulasan di atas menunjukkan bahwa spiritualitas yang dimiliki dan dihayati oleh Maria adalah
penyerahan diri secara total pada kehendak Allah, yang terkenal dengan komitmen imannya dalam ungkapan ‘terjadilah padaku menurut perkataanMu’.
b. Yosef
Santo Yosef berasal dari kata Yunani Ioseph dan kata Ibrani ‘yoseph’
yang merupakan singkatan dari yosep’el yang berarti semoga Allah menambahkan
anak-anak lain kepada anak yang mau lahir. Yosef berasal dari keluarga dan keturunan Daud, bekerja sebagai seorang tukang kayu. Yosef adalah suami Maria
22
dan ayah Yesus. Yosef adalah pelindung keluarga Kristiani dan teladan bagi Bapa Keluarga.
Dalam Injil Matius tertulis tiga kali tentang ketaatan Keluarga Kudus kepada Allah. Pertama, Yusuf tidak jadi menceraikan Maria dan diminta
mengambil Maria sebagai isterinya Mat. 1:18; Kedua, diminta untuk mengungsi ke Mesir Mat. 2:13; Ketiga, diminta untuk kembali dari Mesir kembali ke
Nazaret Mat. 2:19 Hardiwiratno, 1996:386. Pengalaman krisis mau menceraikan Maria dan ketulusan hatinya untuk tidak mau mencemarkan nama
baik calon istrinya itu, telah mengantarkan Yusuf kepada sikap kemandirian iman. Peran yang dimainkan Yusuf sebagai suami Maria dan ayah bagi Yesus memang
amat sangat terbatas. Namun peran terbatas itu justru lebih memberikannya ruang gerak bagi kewajiban sebagai suami dan ayah dalam keluarganya. Santo Yosef
sebagai pelindung dalam keluarga dan ia adalah sosok yang sederhana, bijaksana, tulus hati, taat kepada kehendak Allah dan pekerja keras serta bersikap lembut
dalam keluarga Hello, 2016:19-23. Dengan demikian spiritualitas yang dimiliki dan dihayati oleh Yosef adalah taat dan berpasrah kepada kehendak Allah.
Teladan Yosef perlu dihayati dalam kehidupan keluarga Katolik pada zaman sekarang. Seorang ayah sebagai kepala keluarga bertanggungjawab penuh dalam
keluarga, dalam situasi suka dan duka ayah memiliki peran utama untuk mengatasi kesulitan itu dengan penuh kasih.
c. Yesus
Yesus berarti “Allah menyelamatkan”. Nama ini diberikan oleh malaikat pada waktu Pewartaan kepada Maria sekaligus mengungkapkan identitas dan
23
misi- Nya” karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka”
Mat. 1:21. Petrus juga menyatakan ”di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”
Kis. 4:12 Kompendium Katekismus Gereja Katolik Art.81, 2009:43. Yesus dibesarkan dalam keluarga Maria dan Yosef, sehingga keluarga
Kudus Nasaret menjadi gambaran historitas Yesus, sejak kanak-kanak sampai Ia tampil di muka umum. Yesus tidak dilahirkan di istana sebagai putera raja, tetapi
Ia memilih menjadi seorang miskin dan mau dibesarkan di dalam keluarga sederhana. Maria dan Yosef selalu berusaha untuk menciptakan suasana yang baik
dan serasi di rumah. Sewaktu-waktu mereka juga harus memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan sehari-hari; tidak hanya makanan, pakaian, peralatan,
melainkan juga kepuasan, kesenangan, kegembiraan, saling menolong. Hal yang paling utama dalam keluarga Kudus adalah pendidikan
kerohanian, doa bersama, melakukan kewajiban agama. Dan itulah yang mondorong Yusuf dan Maria untuk mengajak Yesus ke Yerusalem pada hari raya
paskah. Hidup Yesus sendiri dibaktikan bagi pelayanan kepada kehendak Bapa yaitu pewartaan kerajaan Allah. Pewartaan Injil-Nya terungkap nyata dalam
pelayanan kepada sesama manusia, terutama bagi yang miskin dan tersingkir dari masyarakat. Dikatakan bahwa “Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan dan
menurut kebiasaan-Nya pada hari sabat Ia masuk ke rumah-rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab, Yesus menemukan nas yang tertulis, Roh
Tuhan ada padaku, Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
24
pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan kepada orang buta dan pembebasan kepada orang-orang tertindas Luk. 4:16-19 Komisi Kerasulan
Kitab Suci KAS 2016:15. Pada umur dua belas tahun Yesus berkata kepada Maria dan Yusuf,
bahwa Ia harus berada di dalam rumah Bapa-Nya Luk 2:49. Perkataan Yesus ini menunjukan hubungan erat antara Yesus dan Bapa-Nya. Hubungan dengan Allah
sebagai Bapa-Nya, menentukan seluruh hidup-Nya dan terungkap dalam doa-doa- Nya “Aku bersyukur pada-Mu Bapa, Tuhan langit dan bumi bahwa semuanya itu
Engkau sembunyikan bagi orang orang bijak dan pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil” Mat. 11:25. Seluruh kehidupan Yesus ditentukan oleh
kesatuan-Nya dengan Allah Bapa-Nya. Yesus menyerahkan hidup-Nya kepada kehendak Allah Iman Katolik, 1996:200. Oleh karena itu, inti dari spiritualitas
Keluarga Kudus Nasaret adalah penyerahan diri kepada kehendak Allah Bapa di Surga.
Keluarga Kudus adalah model yang sempurna mengenai kesatuan hati, saling memahami, ketaatan dan penyangkalan diri bagi yang lain. Bunda Maria
dan Yosef digambarkan sebagai dua pribadi yang disatukan dan diarahkan kepada Yesus. Barthier mengungkapkan bahwa hati mereka disatukan kepada Yesus,
mengarah kepada sikap takut akan Allah, untuk menyampaikan rasa terima kasih mereka atas pengampunan dosa dan penebusan umat manusia, sehingga
kemuliaan Tuhan tinggal dalam hati Maria dan Yosef. Yesus, Maria dan Yosef dengan cara yang paling tinggi menaruh hormat kepada Allah Bapa dalam Roh
dan kebenaran Yoh.4:24. Keluarga Kudus dapat diperluas cakupannya mengarah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pada seluruh keluarga umat manusia, yaitu keluarga Allah Bapa Sutrisnaatmaka, 1999: 246.
Dalam membangun sebuah keluarga atas dasar kasih Allah, maka ada lima hal yang sangat relevan dengan keluarga zaman sekarang antara lain:
Komitmen. Maria dan Yosef mengawali kehidupan keluarga mereka dengan membangun komitmen terlebih dahulu dengan Allah dan rencana-Nya.
Komitmen Maria ”Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-
Mu itu” Luk. 1:38. Komitmen Yosef, ”sesudah bangun dari tidurnya, ia berbuat seperti apa yang dikatakan Tuhan kepadanya. Ia mengambil
Maria sebagai istrinya”Mat. 1:24. Padahal sebelumnya Yosef sudah berencana untuk menceraikan Maria di muka umum. Di titik ini, perbedaan dan keunikan
terkadang memungkinkan terjadinya konflik, namun sekaligus memperkaya, jika konflik dihadapi dan dikelola melalui komunikasi yang terbuka dan tanggung
jawab kepada pasanganorang tua atau anak. Yosef dan Maria membangun sikap setia. Mereka setia pada komitmen
awal. Walaupun banyak mengalami rintangan dalam keluarga, berakhir dengan putra-Nya yang tunggal Yesus Kristus, harus mengakhiri hidup-Nya di kayu salib,
demi keselamatan umat manusia. Kesetiaan adalah sebuah nilai hidup yang sangat penting dan perlu terus diperjuangkan dalam kehidupan berkeluarga.
Yosef dan Maria membangun relasi yang akrab dan mesrah bersama Allah. Mereka adalah pemeluk agama Yahudi yang saleh. Keakraban dan
kemesraan mereka dengan Allah menjadi sangat nyata dalam kidung magnificat Luk. 1:46-56. Maria merasakan dan mengalami penyelenggaraan-Nya, merasa
26
dinomorsatukan oleh Allah, sehingga segala keturunan akan menyebutnya berbahagia.
Yosef dan Maria membangun sikap kesederhanaan dalam hidup. Dalam doa magnificat, Maria tidak hanya merasa bahagia, tetapi mengalami perbuatan-
perbuatan besar dari Allah. Kebahagiaan lebih merupakan kepenuhan batin. Yosef dan Maria adalah pendidik yang berdaya guna. Manusia adalah
makluk yang ‘menjadi’ selalu dalam proses menjadi, sebuah pekerjaan rumah
yang tidak pernah selesai. Dalam menghadapi persoalan yang belum dipahami, Maria menyimpan semua perkara itu dalam hatinya Luk 2:19,51. Dengan
menanamkan nilai iman disertai dengan komunikasi yang berdayaguna maka “Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya dan
makin dikasihi oleh Allah dan manusia Luk 2:52. Oleh karena itu, keluarga Kudus Nazaret, hendaknya menjadi pola dan panutan bagi keluarga-keluarga
Kristiani Nugroho, 2012:6-7. Orang-orang Yahudi yang saleh diwajibkan untuk datang ke Bait Suci di
Yerusalem pada hari raya Paskah, Pentekosta dan hari raya Pondok Daun. Yosef dan Maria adalah orang Yahudi, mereka pun taat mengikuti tradisi yang ada.
Dikataka n bahwa “Yosef dan Maria tiap-tiap tahun membawa serta Yesus ke
Yerusalem untuk merayakan Paskah, Yesus berusia dua belas tahun Luk. 2: 41- 42 Subagyo, 2011:85.
Orangtua Yesus kembali ke Galilea setelah perayaan berakhir. Yesus diam-diam pergi ke rumah ibadat. Yosef dan Maria sebagai orangtua diliputi
perasaan sedih dan gelisah. Ketika menemukan Yesus, Maria sebagai orangtua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
bertanya kepada- Nya, “Nak, mengapa Engkau berbuat demikian terhadap kami?
Bapa- Mu dan aku mencari Engkau” Luk. 2:48. Yesus menjawab “Mengapa
kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di rumah Bapa-Ku? Luk.2:49. Jawaban Yesus membuat Maria sebagai Ibu-Nya tidak
mengerti rahasia Putranya, tetapi “Maria menyimpan segala perkara di dalam hatinya” Luk. 2:51. Maria sebagai seorang ibu, mengambil sikap yang tepat
yakni bijaksana. Sikap bijaksana ini patut menjadi contoh bagi keluarga kristiani dalam menghadapi setiap persoalan dalam hidup berkeluarga Subagyo, 2011:86
Ketika banyak orang mengerumuni Yesus dan berkata kepada-Nya “Ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin menemui Engkau“
Mark, 3:32, Yesus menjawab ”Barangsiapa yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan dan dialah ibu-
Ku” Mrk. 3:35. Jawaban Yesus ini tidak mengandung pemahaman bahwa Yesus
tidak sopan dan tidak menghargai keluarga-Nya, tetapi Yesus ingin menekankan bahwa hubungan kekeluargaan tidak hanya sebatas keluarga kecil orangtua dan
anak. Yesus ingin memperluas hubungan relasi kekeluargaan dengan semua orang yang mendengarkan Firman Allah. “Yang berbahagia ialah mereka yang
mendengarkan Firman Allah dan memeliharanya” Luk.11:28 Subagyo, 2011:92. Hal ini dapat dipahami bahwa spiritualitas yang dihayati oleh Keluarga
Kudus Yosef, Maria dan Yesus adalah semangat hidup Keluarga Kudus yang diwujudkan melalui penyerahan kepada kehendak Allah.
28
B. Pengertian Keluarga