43
penulis bahwa data-data yang diperoleh sudah mencapai validitas, di mana jawaban umat lain yang bukan informan cenderung sama dengan apa yang
dikatakan informan. Selain itu, para informan merupakan orang kunci atau dapat dijadikan representasi dari seluruh keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes
Kentungan. Oleh karena itu, penetapan waktu penelitian pada prinsipnya sesuai dengan target waktu yang direncanakan sebelumnya oleh penulis.
C. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini ditentukan menggunakan sampling purposive. Menurut Sugiyono 2015:124 bahwa sampling purposive adalah
teknik untuk menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam konteks penelitian ini, penulis berasumsi bahwa yang menjadi informan adalah keluarga
Katolik yang memahami dan menghayati spiritualitas Keluarga Kudus di Lingkungan St. Yohanes Kentungan. Selain itu, informan adalah keluarga yang
memiliki usia pernikahan di atas sepuluh tahun dan masih memiliki pasangan yang lengkap, bukan duda atau janda.
Seperti disinggung sebelumnya bahwa penentuan informan yang menjadi sumber data yang menggunakan sampling purposive atau secara sengaja
didasarkan pada pertimbangan bahwa yang bersangkutan memiliki otoritas pada situasi sosial tertentu Sugiyono, 2009:400. Sedangkan Bungin 2007:117
mengatakan bahwa informan adalah orang yang diwawancara atau yang diminta informasi oleh pewawancara.
Merujuk pada pendapat para ahli di atas, maka penulis menempuh langkah-langkah, sebagai berikut:
44
Pertama, penulis pertama kali mendatangi rumah Ketua Lingkungan untuk menyerahkan surat ijin penelitian sekaligus berkonsultasi tentang keluarga yang
masuk dalam kriteria penulis atau layak menjadi informan. Kedua, hasil konsultasi dengan Ketua Lingkungan kemudian menjadi acuan
bagi penulis dalam menjaring informan. Informan dalam penelitian ini adalah keluarga yang dipandang sebagai informan kunci dengan memiliki usia
pernikahan yang berkisar antara 10 sampai 43 tahun masing-masing keluarga yang belum merayakan perak pernikahan dan sudah merayakan perak, memiliki
kemampuan untuk memberikan informasi secara baik kepada penulis, dan menjadi panutan dalam lingkungan karena aktif dalam doa lingkungan, aktif
mengikuti koor di paroki, dan terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Ketiga, berdasarkan kriteria tersebut penulis mendapat lima informan dari
25 KK yang ada di lingkungan itu, yang terdiri dari keluarga yang sudah menikah 11 sampai 24 tahun sebanyak 2 KK informan 2 dan 5 dan keluarga yang sudah
menikah 25 sampai 45 tahun sebanyak 3 KK informan 1, 3, dan 4. Keempat, penulis mengunjungi rumah beberapa umat yang dianggap
mampu menjadi informan tersebut dan meminta kesediaan untuk diwawancara sekaligus menetapkan waktu yang tepat untuk diwawancara. Penulis tidak
mendapatkan hambatan karena para informan yang diminta oleh peneliti umumnya menyatakan kesediaan untuk diwawancara, meskipun mereka meminta
untuk menyamarkan identitas. Kelima, melakukan wawancara secara mendalam dengan para informan.
Proses pengambilan data tidak mengalami kesulitan karena mereka umumnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
kooperatif karena sudah mengenal penulis secara baik. Informan juga bersedia untuk direkam oleh penulis selama wawancara berlangsung.
Keenam, menguji validitas data, penulis melakukan wawancara dengan beberapa keluarga di lingkungan itu, baik yang memiliki usia pernikahan di
bawah 10 tahun maupun beberapa ibu yang sudah berstatus janda, terutama berkaitan dengan pandangan dan pemahaman mereka tentang spiritualitas
Keluarga Kudus.
D. Teknik Pengumpulan Data