Singkatan Resmi Dokumen Gereja Singkatan Umum Latar Belakang

xvii DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Semua singkatan dalam skripsi ini mengikuti singkatan Kitab Suci sesuai daftar singkatan dalam Perjanjian Baru dan Alkitab Katolik Deutrakanonik yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia. Mat. : Matius Luk. : Lukas Mark. : Markus Yoh. : Yohanes Kis. : Kisah Para Rasul Rom. : Roma Ams. : Amsal Ef. : Efesus

B. Singkatan Resmi Dokumen Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awan, 7 Desember 1965 AL : Amoris Laetitia, Intisari Ajaran Paus Fransiskus tentang Perkawinan dan Keluarga, 2014 Art. : Artikel FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II tentang Peranan Keluarga Kristen Dalam Dunia Modern, 22 Nopember 1981 xviii GS : Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965 KHK : Kitab Hukum Kanonik Codex Iuris Canonici, diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983 KGK : Katekismus Gereja Katolik. Dicetak oleh Percetakan Arnoldus Ende, 1995 KAS : Keuskupan Agung Semarang ST : SantaSanto

C. Singkatan Umum

KK : Kepala Keluarga PNS : Pegawai Negeri Sipil IRT : Ibu Rumah Tangga TK : Taman Kanak-Kanak SD : Sekolah Dasar SMTA : Sekolah Menengah Tingkat Atas IP : Indeks Prestasi RT : Rukun Tetangga 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga Katolik memegang peranan yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai Kristiani. Baik atau buruknya tingkah laku seorang Kristiani sangat ditentukan oleh situasi hidup dan pendidikan yang diperoleh dalam keluarga. Demikian halnya dengan keberlanjutan perkembangan Gereja Katolik sangat ditentukan oleh keberadaan keluarga Katolik, baik dalam aspek jumlah maupun kualitas. Hal ini berarti bahwa semakin banyak keluarga Katolik yang berkualitas akan mempengaruhi kualitas kehidupan umat dalam menggereja secara keseluruhan, yang pada gilirannya layak menjadi cerminan dari gereja mini di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas. Seiring dengan perkembangan jaman, fungsi keluarga pun semakin bergeser dan bahkan berubah. Belum lagi adanya fenomena kehidupan masyarakat modern yang cenderung individualistis dewasa ini sekurang- kurangnya mempengaruhi dinamika kehidupan keluarga Katolik, baik langsung maupun tidak langsung. Salah satu gejala yang melanda hampir semua keluarga, termasuk keluarga Katolik dewasa ini adalah perubahan pola komunikasi dalam keluarga, yang sebelumnya dilakukan secara langsung penuh perhatian dan kehangatan, namun dalam kekinian cenderung menggunakan alat komunikasi modern. Hal itu diperparah lagi gaya hidup masyarakat kota yang cenderung mengejar karier demi materi, sehingga waktu untuk membangun komunikasi dalam nuansa kebersamaan, makan bersama, dan doa bersama dalam keluarga 2 semakin terbatas. Oleh sebab itu, perhatian orangtua terhadap perkembangan kepribadian dan iman anak-anak pun seakan menjadi hal yang kurang diperhitungkan dalam sebagian keluarga modern dewasa ini. Berdasarkan temuan penelitian bahwa pada para informan umumnya mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Setiap anggota keluarga lebih memilih mengurus kepentingan masing-masing, sehingga interaksi dalam keluarga untuk saling berbagi pengalaman cenderung terabaikan. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai hidup atau spiritualitas Keluarga Kudus Nasaret kepada sesama anggota keluarga semakin sulit untuk dilakukan oleh orangtua. Dalam hubungannya dengan hidup doa dan menggereja, pola hubungan antar personal anggota keluarga Katolik seperti ini menimbulkan kecenderungan untuk lalai atau kurang terlibat dalam kehidupan menggereja, kegiatan rohani di lingkungan, dan kurang peduli dengan sesama di sekitarnya. Sebagaimana pengalaman keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan, gejala seperti ini mulai muncul ketika anggota keluarga mulai jarang berdoa bersama, makan bersama, dan melakukan pekerjaan rumah secara bersama-sama karena alasan sibuk dan keterbatasan waktu. Padahal doa bersama dalam keluarga Kristiani merupakan hal yang sangat penting, selain menjadi momen untuk membangun hubungan yang mesra dengan Tuhan juga menjadi saat yang tepat untuk membangun hubungan emosional yang kuat di antara anggota keluarga. Dalam penutupan Sinode Keluarga, Paus Fransiskus menghimbau agar keluarga Katolik memahami peran keluarga dalam hidup sehari-hari. Keluarga harus menjadi tempat belajar mengenal rencana Allah dan saling merangkul satu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 sama lain, bukan terjebak atau tergoda dalam ilusi spiritualitas, tidak peduli dan mengabaikan orang lain. Keluarga Katolik juga diharapkan tidak jatuh pada ‘iman yang terjadwal’ menjalankan agenda pribadi yang tidak sejalan dengan agenda gereja. Paus Fransiskus juga menegaskan bahwa panggilan keluarga bertolak dari refleksi atas kehidupan keluarga Nasaret; Yesus, Maria dan Yusuf yang mengajarkan cara mengalami sukacita secara sederhana dalam keluarga. Kehidupan keluarga ditandai dengan kesabaran di tengah aneka kesulitan dan bertumbuh dalam semangat pelayanan. Demikian halnya dengan persaudaraan yang ditumbuhkan dalam keluarga mesti berakar pada cinta antara satu dengan yang lain, semua adalah anggota dari satu tubuh yakni Kristus Wuarmanuk, 2015: 28-29. Hal ini berarti bahwa keluarga Katolik harus mampu mewujudkan diri sebagai gereja mini, yakni menjadi persekutuan yang mesra sebagai tubuh Kristus. Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang mampu memberi kesempatan kepada setiap anggota keluarga mengambil peran untuk menciptakan kehidupan rumah tangga yang damai, rukun, saling mendengarkan, menghargai dan mengasihi satu dengan yang lain. Peran ayah seperti Yosef sebagai kepala keluarga bertanggung jawab penuh atas kehidupan keluarga. Peran ibu seperti Maria sebagai pendengar yang setia, bersikap tulus, bijaksana, pendidik dan pengatur rumah tangga. Peran anak seperti Yesus, mendengarkan orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, taat dan belajar hidup dari orangtua KHK: art. 1136. Oleh karena itu, keharmonisan keluarga juga ditentukan oleh sejauhmana setiap anggota di dalamnya menjalankan perannya secara baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Paus Fransiskus juga mengeluarkan anjuran Apostolik terbaru “Amoris Laetitia” atau sukacita kasih di Vatikan, yang membahas nilai-nilai fundamental dalam membangun keluarga. Beliau mengakui bahwa dewasa ini banyak keluarga masih berjuang keluar dari jerat hidup yang keras, banyak pengangguran, keluarga gelandangan, para migran, korban kekerasan dan eksploitasi keluarga, yang berefek negatif pada perkembangan iman anak. Hal ini menjadi tugas gereja untuk merangkul dan mengembalikan kepercayaan hidup mereka yang telah lama hilang Wuarmanuk, 2016: 24. Dengan demikian, semua keluarga yang berada dalam penderitaan diharapkan akan melihat pancaran sinar kasih Allah. Dalam konteks kehidupan umat Lingkungan St. Yohanes Kentungan Paroki Banteng, secara umum kehidupan keluarga di lingkungan ini terlihat berjalan secara normal. Namun berdasarkan temuan di lapangan bahwa ada sebagian informan dihadapkan dengan situasi komunikasi di antara anggota keluarga yang kurang berjalan sesuai harapan. Sebagian orangtua ataupun anak- anak lebih sibuk bekerja ataupun belajar, sehingga jarang untuk saling berdiskusi dan membagi kasih atau sekedar berkumpul dan bersenda gurau, makan bersama dan doa bersama. Dengan kata lain rumah hanya sebagai tempat untuk tidur di waktu malam, sehingga kebersamaan dan nuansa kekeluargaan dalam keluarga menjadi hal yang mahal untuk dibangun oleh keluarga. Di samping itu, dalam kehidupan berkomunitas pun terlihat bahwa semangat untuk saling kontrol, terutama saling mengingatkan sesama umat yang kurang aktif dalam menjalankan tugas dan doa bersama masih tergolong rendah. Oleh karena itu, keterlibatan anak-anak muda dalam kegiatan di lingkungan 5 maupun paroki dapat dikatakan sangat minim. Kondisi demikian setidaknya menjadi gambaran awal bahwa semangat Keluarga Kudus Nasaret belum sepenuhnya dihayati oleh semua keluarga di Lingkungan St. Yohanes Kentungan, sehingga perlu ditelusuri untuk menemukan solusi. Hal ini mendorong penulis melakukan penelit ian yang berjudul: “Deskripsi Penghayatan Spiritualitas Keluarga Kudus Dalam Keluarga Katolik di Lingkungan St. Yohanes Kentungan Paroki Keluarga Kudus Banteng”

B. Identifikasi Masalah