33
Keluarga dapat berfungsi memenuhi pelbagai kebutuhan manusiawi mulai dari kebutuhan primer sandang, pangan dan papan, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan untuk mencinta serta dicintai, kebutuhan akan harga diri sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri. Pembagian kebutuhan ini dipaparkan oleh
seorang psikolog Amerika Serikat A.H. Maslow Hommes, 2009: 137.
E. Hak-Hak dan Kewajiban Dasar Sebuah Keluarga
Keluarga sebagai sel dasar masyarakat dan menjadi prasyarat adanya masyarakat. Oleh karena itu, keluarga memiliki hak dasar untuk dilindungi
keberadaannya oleh masyarakat atau negara. Setiap keluarga memiliki hak untuk mengembangkan diri dan memajukan kesejahteraannya tanpa harus dihalangi oleh
negara. Dalam hal tertentu keluarga memiliki hak pribadi antara lain: a.
Keluarga memiliki hak untuk hidup dan berkembang sebagai keluarga artinya hak setiap keluarga betapapun miskinnya, untuk membantu keluarga serta
memiliki upaya-upaya yang memadai untuk menggunakannya. b.
Keluarga memiliki hak untuk melaksanakan tanggung jawabnya berkenaan dengan penyaluran kehidupan dan pendidikan anak-anak. Keluarga memiliki
hak untuk mendidik anak-anak sesuai dengan tradisi-tradisi keluarga sendiri, nilai-nilai religius dan budayanya dengan perlengkapan upaya-upaya serta
lembaga-lembaga yang dibutuhkan. c.
Setiap keluarga yang miskin dan menderita memiliki hak untuk mendapatkan jaminan fisik, sosial, politik dan ekonomi. Orangtua juga harus
memperhatikan dan menghormati martabat dan hak anak. Martabat manusia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dikenakan pada anak yang adalah manusia. Tetapi dalam kenyataannya seringkali martabat anak kurang diperhatikan misalnya dalam sikap orangtua
yang memperalat anak untuk tujuan, impian dan obsesinya sendiri. Menghormati martabat anak dapat dikonkritkan dengan menghormati hak-hak
asasi anak Wignyasumarto, 2007:25.
F. Ciri-ciri Keluarga Kristiani
Dalam amanat Apostolik tentang Keluarga: Familiaris Concertio, Sri Paus Yohanes Paulus II Yohanes Paulus II: 1994, menguraikan mengenai ciri-
ciri dan peranan keluarga Kristiani sebagai berikut:
1. Membentuk persekutuan pribadi-pribadi
Keluarga mempunyai peranan membentuk persekutuan pribadi-pribadi menjadi suatu komunitas yang berdasar pada cinta kasih. Pribadi yang bersekutu
atau bersatu adalah pertama-tama suami dan istri, orangtua dan anak-anak serta sanak saudara. Dasar yang mengikat persatuan dalam keluarga adalah cinta kasih.
Cinta kasih merupakan dasar, kekuatan dan tujuan akhir dalam hidup keluarga Paus Yohanes Paulus II, 1994: art.18 dalam Kristianto, 2013:96.
2. Monogami dan tak terceraikan
Pernikahan adalah persekutuan yang dibangun oleh seorang pria dan seorang wanita monogami. Kesatuan dalam cinta yang ekslusif dan sepenuhnya
hanya dapat terwujud dalam ikatan satu pria dan satu wanita dan berlangsung sepanjang hidup kekal tak terceberaikan. Praktek poligami apapun alasannya
bertentangan dengan dengan kehendak Allah sendiri GS art. 49. Kesatuan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
tak terceraikan ini menuntut kesetiaan seutuhnya dari kedua belah pihak baik dari suami maupun istri dan demi kepentingan anak-anak GS art.48.
3. Keluarga adalah Gereja mini
Identitas kekristenan keluarga Kristiani mengandung makna bahwa keluarga sejatinya dipanggil untuk turut serta dalam hidup dan perutusan Gereja.
Keluarga Kristiani wajib mewujudkan dirinya menjadi “Gereja Mini” Paus Yohanes Paulus II, 1994; art.49. Sebagaimana cara hidup jemaat perdana,
keluarga kristiani perlu memiliki komitmen yang tinggi terhadap segi iman. Dalam perjalanan dan pergulatan hidup, hendaknya iman semakin digali unsur
wawasannya, diungkapkan atau dirayakan dalam doa, dihayati dalam hubungan persaudaraan, diwujudkan dalam tindakan nyata, yang membawa sukacita bagi
sesama.
G. Peranan Keluarga Kristiani