72
kandung dan saudara kandungnya Ibu. Keluarga kami sangat terpukul. Namun, Bapa yang selalu memberi kekutan kepada saya Ibu untuk berpasrah
kepada kehendak Tuhan. Situasi ini yang mendorong keluarga kami semakin menyerahkan seluruh hidup kepada Tuhan’.
C. Uji Validitas
Untuk menguji validitas data atas hasil wawancara, penulis melakukan wawancara tidak terstruktur dengan beberapa umat secara pribadi, bertepatan
dengan kegiatan latihan koor dan doa mingguan di Lingkungan St. Yohanes Kentungan, masing-masing informan 6, 7, dan 8. Dalam wawancara tersebut
penulis tetap menggunakan pedoman wawancara yang sebelumnya digunakan dalam melakukan wawancara dengan para informan.
1 Bagaimana Pandangan tentang Spiritualitas Keluarga Kudus?
Informan 6 menjawab: ‘menurut saya spiritualitas keluarga Kudus itu lebih mengarah pada
semangat hidup sederhana dan saling mengasihi dalam keluarga Kudus yang patut menjadi panutan bagi semua keluarga Katolik’.
2 Apakah Keluarga Kudus Menjadi Model bagi Keluarga Katolik?
Giliran informan 7 menjawab yang diamini oleh informan 6,8 bahwa: ‘keluarga Nasaret memang menjadi model bagi keluarga kami sejak
pertama kali membangun rumah tangga. Apalagi sebelum menikah selalu didahului dengan kursus persiapan perkawinan, di mana salah satu
materinya berbicara tentang keluarga Kudus. Salah satunya adalah sikap hidup saling berbagi, membangun komunikasi dengan sesama,
membangun hidup doa, dan membangun suasana keluarga yang
harmonis’.
3 Bagaimana dengan Pengelolaan Keuangan Keluarga?
Dari ketiga informan tersebut masing-masing menjawab: ‘pendapatan kami dari usaha warung di rumah, dari usaha angkringan dan
kos- kosan, serta dari gaji sebagai dosen’.
73
Ketiganya mengakui bahwa dalam mengelola keuangan selalu mengedepankan
hidup sederhana
dan berusaha
untuk selalu
mengutamakan kebutuhan daripada keinginan.
4 Bagaimana Tanggung Jawab terhadap Pendidikan dan Perkembangan
Iman Anak?
Jawab ketiga informan: ‘anak kami masih kecil tetapi sejak dini sudah ditanamkan nilai-nilai Kristiani.
Kami selalu melatih anak-anak untuk berdoa sebelum makan atau tidur dan selalu diikutkan untuk mengikuti perayaan misa di ge
reja’’
5 Bagaimana Membangun Komunikasi Dalam Keluarga dan Masyarakat?
Ketiga informan saling menimpali dan hampir senada: ‘selama ini tidak ada kesulitan bagi kami untuk membangun komunikasi
dengan sesama karena keluarga karena sejak awal dibiasakan untuk menjalin hubungan sosial dengan masyarakat sekitar. Selain itu, kami
selalu mengkuti kegiatan di lingkungan atau dukuh secara aktif dan
berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan’.
6 Bagaimana Menyikapi Perbedaan antara Cita-Cita Anak dengan
Harapan Orangtua?
Ketiga informan memiliki pendapat yang sama: ‘meskipun anak-anak kami masih kecil tetapi sejak awal kami berniat
untuk menyerahkan semua keputusan kepada anak-anak. Kami hanya menjadi pengarah, membimbing dan memberi pertimbangan agar mereka
nanti tidak salah dalam menentukan pilihan atau cita-cita. Menurut kami bahwa saat ini adalah memahami bakat anak-anak dan menyiapkan dana
untuk membiayai pendidikan anak sesuai dengan cita-
cita mereka’.
7 Bagaimana Hidup Doa dan Menggereja serta Hambatannya bagi
Keluarga?
Ketiga informan mengakui: ‘doa merupakan hal penting bagi kita. Tetapi seringkali kami tidak dapat
melakukan itu bersama keluarga karena berbagai kesibukan pekerjaan. Apalagi dalam kondisi fisik yang sudah lelah karena bekerja seharian kami
74
kadang berdoa masing-masing sebelum tidur. Tapi ke gereja pada hari Minggu selalu menjadi perhatian keluarga kami’.
D. Pembahasan