Karagenin adalah polisakarida sulfat yang diperoleh dari rumput laut, yang secara luas digunakan sebagai penginduksi agen inflamasi, yang menunjukkan
tanda-tanda dan gejala inflamasi yang dapat dinilai sebagai peningkatan ketebalan kaki pada tikus sebagai akibat dari peningkatan peradangan edema dan
peningkatan perembesan vaskular, diketahui sensitif terhadap siklooksigenase COX inhibitor Sermakkani dan Thangapandian, 2013. Karena karagenin
mampu menginduksi reaksi antiinflamasi yang bersifat akut, non imun dan juga dapat diamati dengan baik serta mempunyai reprodusibilitas yang cukup tinggi
Morris, 2003. Mekanisme kerja karagenin adalah merangsang terjadinya udem dengan cara
melepaskan mediator-mediator inflamasi yaitu histamin, serotonin, dan kinin pada jam pertama, sedangkan pada jam kedua dan ketiga mediator-mediator inflamasi
yang dilepaskan adalah prostaglandin dan lisosom Sharma et al., 2009.
H. Biocream®
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia Depkes RI, 1995, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair, diformulasi
sebagai emulsi air dalam minyak atau emulsi minyak dalam air. Biocream merupakan sediaan obat topikal adalah yang mengandung dua
komponen dasar, yaitu zat pembawa vehikulum yang merupakan bagian inaktif dari sediaan topikal, yang dapat berbentuk cair ataupun padat yang fungsinya untuk
membawa bahan aktif agar dapat berkontak dengan kulit, dan zat aktif merupakan komponen bahan topikal yang memiliki efek terapi. Biocream merupakan satu
bahan pembawa untuk sediaan topikal yang berbentuk krim dan memiliki sifat amfibilik yang artinya berkhasiat sebagai WO atau OW Yanhenri dan Yenny,
2012.
I. Hidrokortison Asetat
Hidrokortison asetat adalah golongan kortikosteroid yang mempunyai daya kerja sebagai antialergi dan antiradang. Efek terapi yang dihasilkan oleh
kortikosteroid topikal golongan rendah, yaitu vasokontriksi, penurunan permeabilitas membran, dan penekanan aktivitas mitosis respon imun Carlos,
2013. Hidrokortison mengandung tidak kurang dari 97,0 dan tidak lebih dari 102,0 C
23
H
32
O
6
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian dari sedian ini adalah berbentuk serbuk hablur, berwarna putih, dan tidak memiliki bau
atau tidak berbau. Dapat melebur atau meleleh dan mengalami peruraian pada suhu 200
C Depkes RI, 1995. Krim hidrokortison asetat adalah hidrokortison asetat dalam dasar krim yang
sesuai, mengandung hidrokortison asetat, C
23
H
32
O
6
tidak kurang dari 90 dan tidak lebih dari 110 dari jumlah yang tertera pada etiket Depkes RI, 1995.
J. Landasan Teori
Inflamasi adalah reaksi peradangan lokal pada jaringan terhadap infeksi atau cedera dan yang melibatkan lebih banyak mediator dibanding respon imun yang
didapat. Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap berbagai rangsangan
seperti infeksi dan cedera pada jaringan Karnen dan Iris, 2012. Proses Inflamasi merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai respon normal terhadap trauma
fisik, zat kimia berbahaya atau agen mikrobiologi Corwin, 2008. Tanda-tanda utama respon inflamasi yang umumnya muncul meliputi rubor kemerahan, kalor
panas, dolor nyeri dan tumor pembengkakan Hayes dan Kee, 1996. Mekanisme inflamasi terjadi karena adanya pelepasan mediator-mediator inflamasi
dari jaringan yang rusak dan migrasi sel. Pada proses inflamasi asam arakidonat bertanggung jawab dalam produksi mediator-mediator inflamasi. Mediator yang
spesifik dalam inflamasi adalah prostaglandin, prostasiklin dan tromboksan yang merupakan metabolit dihasilkan dari jalur siklooksigenase pada sel mast,
sedangkan leukotriene dan lipoksin merupakan metabolit yang dihasilkan dari melalui jalur lipooksigenase.
Dalam tanaman daun Cassia fistula L. terdapat kandungan flavonoid sehingga terdapat aktivitas antiinflamasi dan antioksidan. Pada peneletian Felix,
2013 Cassia fistula L. menunjukkan bahwa memiliki aktivitas antioksidan, penelitian dilakukan dengan cara menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil
DPPH. Aktivitas antiinflamasi pada flavonoid dengan cara menghambat pembentukan asam arakidonat sehingga produksi mediator inflamasi dari jalur
lipooksigenase dan siklooksigense juga terhambat, dan juga flavonoid dapat menangkap radikal bebas, sehingga pembentukan asam arakidonat yang dipicu oleh
radikal bebas juga terhambat. Flavonoid dapat menangkap radikal bebas, karena sebagai antioksidan yang berperan dalam mengurangi respon imun.
Pada penelitian Sermakkani dan Thangapandian 2009 Cassia italica memiliki kandungan flavonoid. Flavonoid diketahui memiliki target fase akhir
peradangan. Pada fase akhir peradangan yang berperan dalam produksi prostaglandin adalah enzim siklooksigenase COX. Flavonoid memiliki target aksi
pada prostaglandin karena prostaglandin memiliki aksi utama yaitu sebagai mediator inflamasi sehingga flavonoid akan menghambat ekspresi dari COX-2
yang merupakan enzim penginduksi yang merangsang pembentukan prostaglandin. Berdasarkan uraian diatas, dilakukan pengujian terhadap efek antiinflamasi
ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dengan pengamatan histopatologis jaringan kulit punggung mencit yang diinduksi karagenin 3. Dengan pengecetan
Hematoksilin eosin HE dan imunohistokimia, untuk melihat migrasi sel neutrofil dan ekspresi pada COX-2 pada kulit punggung mencit yang terinduksi karagenin
3.
K. Hipotesis