B. Metode Penyarian
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh kandungan
senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani
menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung, ekstrak kering harus mudah digerus atau dihancurkan menjadi serbuk. Pelarut yang
digunakan sebagai penyari seperti; air, etanol dan campuran air etanol Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995.
C. Metode Uji Daya Antiinflamasi
Proses inflamasi dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsangan, seperti agen infeksi, interaksi antigen dengan antibodi, bahan kimia, cedera termal atau mekanis.
Respon inflamasi disertai tanda-tanda klinis eritema, edema, hiperalgesia dan nyeri. Respon inflamasi terjadi dengan tiga tahap yang berbeda dan mekanisme yang
berbeda : a. Fase akut ditandai dengan adanya vasodilatasi lokal dan peningkatan
permeabilitas kapiler b. Fase sub akut ditandai dengan adanya infiltrasi leukosit dan sel fagosit
c. Fase poliferasi kronis ditandai dengan terjadi degenerasi jaringan dan fibrosis Berdasarkan fase diatas, terdapat beberapa metode yang telah dikembangkan
untuk menguji daya antiinflamasi akut dan sub akut secara in vivo: a. Permeabilitas vaskuler
Pengujian dengan metode permeabilitas vaskuler digunakan untuk mengevaluasi aktivitas penghambatan suatu obat terhadap peningkatan
permeabilitas pembuluh darah yang disebabkan oleh mediator inflamasi zat radang. Mediator inflamasi seperti histamine, prostaglandin, dan leukotriens.
Sehingga, hal ini akan menyebabkan terjadinya pelebaran arteriol, venula dan permeabilitas pembuluh darah meningkat, dan terbentuk edema dari cairan dan
protein plasma yang dikeluarkan Vogel, 2008. Pengujian dilakukan dengan cara menginjeksi senyawa radang secara
intravena. Sembilan puluh menit setelah hewan uji diinjeksi, kemudian hewan uji dikorbankan dan pada bagian yang diinjeksi diambil untuk diberikan perwarnaan
dengan Evans’s blue yang fungsinya untuk memberikaan tanda agar dapat mengetahui peningkatan permeabilitas vaskuler. Diameter resapan dari pewarnaan
Evan’s blue diukur dalam dua arah tegak lurus dan nilai rata-rata semua area yang diinjeksi dihitung. Dibandingkan antara kelompok control dan kelompok uji,
dinyatakan sebagai persen penghambatan. Kelompok uji yang menunjukkan nilai kurang dari 50 dari control dinyatakan positif memiliki aktivitas antiinflamasi
Vogel, 2008.
b. Eritema Ultraviolet Merupakan metode uji aktivitas antiinflamasi dengan menggunakan sinar
ultraviolet untuk membentuk eritema pada kulit hewan uji. Hewan uji yang akan digunakan dicukur terlebih dahulu pada kedua bagian sisi kiri dan kanan dan
bagian belakang. Diberikan krim penghilang bulu, dapat mengunakan barium sulfat. Dua puluh menit kemudian, krim penghilang bulu yang telah dioleskan pada
hewan uji dibersihkan dengan air hangat atau mengalir. Pada hari berikutnya, setengah senyawa yang akan diujikan senyawa antiinflamasi diberikan tiga puluh
menit sebelum dilakukan paparan sinar ultraviolet. Setelah pemaparan sinar ultraviolet selama dua menit, diberikan lagi setengah dari senyawa uji yang telah
diberikan sebelumnya. Pengukuran eritema dilakukan dua dan empat jam setelah paparan sinar ultraviolet pada hewan uji. Karena pada jam kedua dan keempat
setelah paparan baru memberikan efek Vogel, 2008. c. Edema telinga dengan induksi oxazolone pada mencit
Pada metode ini hewan uji diberikan 2 oxazolone 4-ethoxymethylene-2- fenil-2-oxazolin-5-one yang dilarutkan dalam aseton. Hewan uji diaplikasikan
anestesi halotan 0,1 ml pada bagian kulit perut yang telah dicukur atau 0,01 ml pada bagian kedua telinga bawah . hewan uji dibiarkan selama delapan hari, kemudian
diaplikasikan oxazolone 0,01 ml dengan konsentrasi 2 pada bagian dalam telinga kanan, dan telinga kiri digunakan sebagai kontrol. Setalah 24 jam akan terjadi
peradangan, kemudian hewan uji dikorbankan dengan anestesi. Kedua telinga diambil dan ditimbang. Perbedaan dari berat kedua telinga merupakan indikator
terjadinya inflamasi Vogel, 2008.
d. Edema telapak kaki Metode ini dapat digunakan untuk melihat aktivitas antiinflamasi suatu
senyawa. Biasanya senyawa yang digunakan untuk menginduksi terjadinya inflamsi seperti, agen iritasi ragi, formaldehid, dekstran, dan karagenin. Untuk
melihat efeknya dapat diukur dengan beberapa cara yaitu, dilakukan pembedahan pada sendi talocrural dan ditimbang.
Pengujian dilakukan dengan cara, terlebih dahulu hewan uji dipuasakan. Kemudian diberikan 5 ml air kontrol dan diberikan senyawa uji yang telah
dilarutkan atau dijadikan suspens dalam volume yang sama perlakuan. Setelah 30 menit, hewan uji diberikan injeksi subkutan 0,05 ml dari konsentrasi 1 karagenin
pada bagian telapak belakang kaki hewan uji Vogel, 2008.
D. Kulit