Pengujian Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Cassia fistula L.

penelitian uji efek antiinflamasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. menggunakan karagenin dengan konsentrasi 3. Konsentrasi karagenin yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan Ilavarsan, et al., 2005 pengujian efek antiinflamasi ekstrak Cassia fistula L. dengan induksi inflamasi metode edema kaki pada bagian kaki belakang tikus, diinduksi dengan karagenin 1 dengan volume injeksi 0,1 mL. Akan tetapi, pada penelitian efek antiinflamasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. pemberian karagenin dengan konsentrasi 1 tidak menghasilkan edema yang diinginkan. Sehingga, pada uji orientasi ini konsentrasi karagenin dinaikan menjadi 1,5; 2; dan 3, hingga pada akhirnya konsentrasi karagenin sebagai induksi inflamasi yang digunakan adalah 3.

E. Pengujian Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Cassia fistula L.

Tujuan dari pengujian efek antiinflamasi ekstrak daun Cassia fistula L. adalah untuk mengetahui apakah ekstrak tersebut memiliki efek antiinflamasi dan mengetahui persen penghambatan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. secara topikal. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode inflamasi pada kulit punggung mencit dengan menginduksi karagenin 3. Efek antiinflamasi dilihat dari adanya penurunan jumlah sel-sel neutrofil dan ekspresi COX-2 pada jaringan sub kutan kulit punggung mencit secara mikroskopik pada pengukuran 24 jam setelah diinduksi dengan karagenin 3 dan diberikan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. Pemberian ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dilakukan dengan cara mengoleskan sedian topikal pada area kulit punggung mencit secara merata setelah diinduksi dengan karagenin 3. Sebelum dilakukan induksi dengan karagenin, terlebih dahulu bulu mencit pada bagian punggung dicukur atau dibersihkan hingga tidak ada bulu yang menutupi bagian kulit dan sebelum dilakukan injeksi karagenin setelah pencukuran terlebih dahulu mencit didiamkan selama satu hari, yang bertujuan untuk menghindari adanya iritasi yang diakibatkan oleh pencukuran bulu pada kulit punggung mencit. Agar pada saat diinjeksi dengan karagenin 3, edema yang terjadi benar merupakan reaksi dari karagenin dan bukan reaksi iritasi akibat pencukuran yang dilakukan. Setelah 24 jam diberikan injeksi karagenin dan ekstrak etanol daun Cassia fistula L, mencit dieutanasia dengan cara dislokasi tulang leher yang kemudian diambil kulit punggung mencit pada bagian yang terdapat edema. Setelah itu, potongan kulit mencit diletakan pada kertas karton tebal dan dimasukan kedalam formalin. Tujuan dari perendaman dengan formalin untuk mengawetkan morfologi sel atau jaringan kulit punggung mencit yang telah diambil, agar tetap sesuai dengan kondisi pada saat hewan masih hidup. Setelah itu, diproses untuk pengecatan dengan hematoksilin dan eosin HE dan juga pengecatan COX-2 dengan menggunakan imunohistokimia antibody anti COX-2, kemudian diamati dibawah mikroskop cahaya Olympus® CX21 dengan perbesaran 400x untuk melihat jumlah sel-sel neutrofil dan ekspresi COX-2 pada daerah subkutan. Pengecatan dengan heatoksilin eosin bertujuan untuk melihat adanya migrasi dari sel-sel neutrofil pada daerah yang terdapat inflamasi pada jaringan sub kutan. Dengan mengamati jumlah sel-sel neutrofil pada daerah peradangan dan dihitung secara langsung dengan menggunakan mikroskop cahaya Olympus® CX21 pada setiap bidang yang berbeda dengan menggunakan perbesaran 400 kali. Seangkan, pengecatan imunohistokima bertujuan untuk melihat adanya ekspresi COX-2 pada bagian peradangan. Dilakukan penghitungan pada jumlah ekspresi COX-2 secara langsung enggunakan menggunkaan mikroskop cahaya Olympus® CX21. F. Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun Cassia fistula L Pada Jumlah Sel Neutrofil Pada penelitian uji efek antiinflamasi topikal ekstrak etanol daun Cassia fistula L, menunjukkan adanya pengurangan jumlah sel-sel neutrofil pada bagian sub kutan kulit punggung mencit yang telah diinduksi menggunakan karagenin 3 dan telah diberikan perlakuan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. secara topikal, serta dilihat pengurangan sel-sel neutrofil dari masing-masing kelompok perlakuan terhadap kelompok kontrol. Pada umumnya reaksi inflamasi yang terjadi adalah adanya reaksi pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya eksudasi cairan dan protein plasma edema yang memicu terjadinya emigrasi leukosit terutama neutrofil pada jarigan ekstravaskular Kumar, dkk, 2005. Pada penelitian aktifitas antiinflamasi secara makroskopik dilakukan setelah 24 jam pemberian karagenin dan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. Data yang didapatkan adalah jumlah sel neutrofil yang berada di daerah sub kutan pada area yang terjadi edema setelah 24 jam dari masing-masing kulit yang diberikan perlakuan, sehingga data tersebut yang digunakan untuk melihat aktifitas antiinflamasi. Terlebih dahulu dihitung rata-rata pada tiap jumlah sel yang ada pada perlakuan. Dari hasil rerata masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil rerata jumlah sel neutrofil pada setiap kelompok perlakuan Kelompok Perlakuan Perlakuan Rerata Jumlah sel neutrofil ± SE I Kontrol negatif 111,36 ± 6,98 II Kontrol Biocream® 109,32 ± 13,26 III Kontrol positif 67,68 ± 7,50 IV Ekstrak etanol daun Cassia fistula L 1,67 70,44 ± 5,04 V Ekstrak etanol daun Cassia fistula L 2,5 55,84 ± 4,97 VI Ekstrak etanol daun Cassia fistula L 3,75 43,28 ± 3,89 Tabel 1. diatas meperlihatkan hasil pengujian dari efek antiinflamasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L secara topikal pada setiap perlakuan hewan uji. Pada kontrol negatif yang hewan uji hanya diinjeksi dengan karegenin saja menunjukkan rerata jumlah neutrofil pada daerah sub kutan paling besar yaitu 111,36 ± 6,98 dan pada perlakuan kontrol Biocream® juga memiliki rerata jumlah neutrofil yang cukup besar yaitu 109,32 ± 13,26 dibanding dengan kelompok perlakuan yang lain. Hal ini berarti bahwa karagenin dapat menyebabkan inflamasi dengan ditandai adanya peningkatan jumlah neutrofil pada daaerah sub kutan kulit punggung mencit. Berdasarkan pengamatan secara mikroskopik, pada perlakuan sebagai kontrol positif dan perlakuan yang diberikan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. menunjukkan bahwa adanya pengurangan jumlah sel-sel neutrofil yang cukup berarti. Pada perlakuan kontrol positif hidrokortison asetat 2,5 rerata jumlah sel neutrofil yaitu 67,68 ± 7,50. Sedangkan, pada kelompok perlakuan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. pada konsentrasi 3,75 menunjukkan penurunan sel neutrofil yang lebih besar yaitu 43,28 ± 3,89. Untuk selanjutnya diikuti kelompok perlakuan eksrak etanol daun Cassia fistula L. konsentrasi 2,5, kelompok perlakuan ekstrak 1,67 rerata sel neutrofil sebesar, 55,84 ± 4,97 dan 70,44 ± 5,04. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dapat menghambat jumlah sel-sel neutrofil yang bermigrasi pada daerah sub kutan. Gambar mikroskopik dari kulit punggung mencit dengan berbagai perlakuan dapat dilihat pada gambar 11. Kontrol positif yang diberikan pada perlakuan ini adalah hidrokortison asetat 2,5, yang merupakan golongan obat kortikosteroid. Memiliki mekanisme menghambat pembentukan interleukin, tumor neckrosis faktor TNF dan menurunkan permeabilitas kapiler Dipiro, 2008. Kortikosteroid merupakan antiinflamasi yang identik dengan kortisol yaitu hormon steroid pada manusia yang disentesis dan di ekskresi oleh korteks adrenal. Efek dari antiinflamasi kortikosteroid mempengaruhi berbagai sel imunokompeten seperti sel T, makrofag, sel dendritik, eosinofil, neutrofil, dan sel mast, dengan cara menghambat respons inflamasi yang menyebabkan apoptosis Sitompul, 2011.

A. B.