d. Kepuasan kerja yang rendah Persepsi terhadap job insecurity akan berhubungan secara negatif dengan
pengukuran kepuasan kerja. Karyawan dengan tingkat persepsi terhadap job insecurity yang tinggi akan kurang puas dengan pekerjaan mereka Oldam,
Julik, Ambrose, Stevina Brand, 1986; Ashford et al, 1989. e. Meningkatnya gangguan psikologis
Penurunan kondisi kerja seperti rasa tidak aman insecure menurunkan kualitas individu bukan dari pekerjaannua semata, namun juga mengarahkan
pada munculnya rasa kehilangan martabat yang pada akhirnya menurunkan kondisi psikologis dari karyawan yang bersangkutan. Jangka panjangnya akan
muncul ketidakpuasan dalam bekerja dan akan mengarah pada intensi turnover Roskies Guerin, 1998; Greenglass, Burke Fiksenbaum, 2002.
Jadi dapat disimpulkan bahwa job insecurity dapat menyebabkan karyawan untuk mencari pekerjaan baru, memiliki komitmen organisasi yang
rendah, trust organisasi yang rendah, kepuasan kerja yang rendah serta meningkatkan gangguan psikologis.
C. Job Involvement
1. Definisi Job Involvement
Job involvement keterlibatan kerja merupakan internalisasi nilai-nilai tentang kebaikan pekerjaan atau pentingnya pekerjaan bagi keberhargaan
seseorang. Job involvement sebagai tingkat sampai sejauh mana performansi kerja seseorang mempengaruhi dirinya dan tingkat sampai sejauh mana seseorang
Universita Sumatera Utara
secara psikologis mengidentifikasikan diri terhadap pekerjaannya atau pentingnya pekerjaan dalam gambaran diri totalnya Lodahl Kejner, 1965; Cohen, 2003.
Demikian pula dengan Schultz Schultz 1990 mendefinisikan keterlibatan kerja merupakan intensitas dari identifikasi psikologis seseorang terhadap
pekerjaannya. Rabinowitz Hall 1977 mendefinisikan job involvement ke dalam dua
kategori. Pertama, job involvement dipandang sebagai suatu “performance self-
esteem contingency ”, job involvement adalah tingkat sampai sejauh mana harga
diri individu dipengaruhi oleh tingkat performansinya ketika bekerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa job involvement yang lebih rendah atau yang lebih tinggi
menunjukkan harga diri yang lebih rendah atau yang lebih tinggi yang diperoleh ketika bekerja. Kedua, job involvement sebagai suatu identifikasi psikologis
dengan pekerjaan seseorang. Davis Newstrom 1997 mendefinisikan job involvement adalah
tingkatan sampai seberapa besar seseorang menekuni serta menggunakan waktu dan tenaga untuk pekerjaannya dan memandang pekerjaan sebagai satu hal
penting bagi hidupnya. Hal ini dapat dilihat dari kesediaan karyawan untuk mematuhi peraturan dan melaksanakan prosedur perusahaan yang telah
ditetapkan, menyelesaikan seluruh pekerjaan dengan tepat waktu, serta memanfaatkan potensi keahliannya secara maksimal untuk pekerjaannya.
Brown 1996 mengemukakan bahwa job involvement merujuk pada tingkat dimana seseorang secara psikologis memihak kepada organisasinya dan
pentingnya pekerjaan bagi gambaran dirinya. Seseorang yang memiliki job
Universita Sumatera Utara
involvement yang tinggi dapat terstimulasi oleh pekerjaannya dan tenggelam dalam pekerjaannya. Hal ini didukung oleh Robbins 2001 bahwa karyawan yang
memiliki tingkat keterlibatan yang tinggi sangat memihak dan benar-benar peduli serta akan melebur dengan bidang pekerjaan yang mereka lakukan. Namun
seseorang yang terlibat dalam pekerjaannya belum tentu merasa senang dengan pekerjaannya karena pada kenyataannya, seseorang yang tidak merasa senang
dengan pekerjaannya juga dapat memiliki derajat keterlibatan yang sama dengan orang yang menyukai pekerjaannya Lodahl Kejner, 1965; Ciliana Mansoer,
2008. Berdasarkan definisi yang telah diungkapkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa job involvement merupakan intensitas dimana seorang karyawan mengidentifikasikan diri terhadap pekerjaannya yang ditandai dengan adanya
kepedulian yang tinggi dan terlibat secara aktif dalam pekerjaan, adanya perasaan terikat secara psikologis terhadap pekerjaan yang dilakukan dan keyakinan yang
kuat terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
2. Dimensi Job Involvement