BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kondisi ketidaknyamanan yang paling sering dihadapi individu adalah nyeri. Nyeri adalah pengalaman merasakan
sesuatu yang tidak menyenangkan, juga dari sudut emosi akibat dari kerusakan jaringan tubuh yang aktual maupun potensial WHO, 1986. Menurut
International Association for Study of Pain 1979 dalam Prasetyo, 2010, nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau yang dirasakan dalam
kejadian-kejadian dimana terjadinya kerusakan.
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial Brunner Suddarth,
2002. Menurut Kozier dan Erb 1983 dalam Tamsuri, 2007, nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan
oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman dan fantasi luka. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibandingkan suatu penyakit
manapun sehingga sering sekali perasaan nyeri merupakan alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan Luckman Sorrensen,
1993. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan
beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan Brunner Suddarth, 2002. Nyeri dapat berasal dari setiap bagian dari tubuh manusia: kulit, otot, ligamen,
Universitas Sumatera Utara
sendi tulang nyeri nociceptive, jaringan terluka nyeri inflamasi, saraf nyeri neuropatik, organ internal nyeri visceral atau kombinasi dari jenis rasa sakit
nyeri campuran The British Pain Society, 2010. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun Brunner
Suddarth, 2000. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang
sama menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada individu Niven, 1994. Ketika individu merasakan nyeri terjadi gangguan rasa nyaman dalam
hidupnya. Upaya perilaku individu dalam menghadapi ancaman fisik disebut koping Stuart Laraia, 2005.
Menurut Rasmun 2004 koping adalah respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Setiap individu dalam
mengatasi suatu masalah dan mengatasi stres dan tekanan yang muncul sebagai suatu ancaman akan berbeda-beda dalam menggunakan kopingnya Fortinash
Holoday, 2000. Koping merupakan salah satu pendekatan nonfarmakologis yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri. Bahkan menurut Mustawan 2008
koping dapat dijadikan salah satu pedoman untuk mengontrol nyeri. Perilaku atau pola koping seseorang bersifat unik dan berbeda satu dengan
yang lain. Karakter bawaan seseorang, pengalaman dimasa lalu, dan tujuan hidup seseorang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam beradaptasi dengan nyeri
Berger William, 1992 dalam Sahara, 2006. Oleh karena itu, perlu mengenali pola koping nyeri yang digunakan individu.
Universitas Sumatera Utara
Koping nyeri pada pasien nyeri akut berbeda dengan pasien nyeri kronis. Nyeri pada pasien dengan nyeri kronis lebih sulit di kontrol dari pada pasien
dengan nyeri akut. Nyeri kronis disebabkan oleh penyakit-penyakit kronis dan sering mengalami pembedahan yang menambah intensitas dan durasi nyeri yang
dialami pasien Chong, 1999 dalam Potter Perry, 2006. Gejala-gejala yang sering muncul pada penderita nyeri kronis adalah nyeri, gangguan kognitif,
fatigue, gangguan tidur, tegang, depresi secara emosional dan sosial Solberg et al, 2009 sehingga nyeri kronik sangat mempengaruhi fungsi fisik dan mental
individu, kualitas hidup, dan produktivitas. Kemampuan untuk mengendalikan gejala-gejala ini bergantung pada koping nyeri individu.
Koping nyeri didefinisikan sebagai upaya untuk mengatasi nyeri yang dinilai berat atau melebihi sumber individu International Association for the Study of
Pain IASP, 2009. Upaya mengatasi nyeri biasanya melibatkan kognitif dan perilaku untuk mengatasi, menangani, dan meminimalkan rasa sakit.
Menurut Smeltzer Bare 2002 berdasarkan dari 57 penelitian keperawatan yang ditelaah Jalowiec pada tahun 1993, ada lima koping yang sangat penting bila
seseorang menghadapi penyakit yaitu mencoba merasa optimis mengenai masa depan, menggunakan dukungan sosial, menggunakan sumber spiritual, mencoba
tetap mengontrol situasi maupun perasaan, dan mencoba menerima kenyataan yang ada. Koping cara lain yang ditemukan dalam penelitian tersebut adalah
meliputi pencaharian informasi, menyusun ulang prioritas kebutuhan dan peran, menurunkan tingkat harapan, melakukan kompromi, membandingkan dengan
orang lain, perencanaan aktivitas untuk menghemat energi, melakukan satu
Universitas Sumatera Utara
persatu, memahami tubuhnya, dan melakukan bicara sendiri untuk meningkatkan keberanian diri.
Berdasarkan data dari hasil survei awal peneliti di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, pasien dengan nyeri kronik memiliki angka tertinggi.
Pada 2 bulan terakhir tahun 2013 didapatkan data bahwa jumlah pasien nyeri kronik sebanyak 544 orang.
Oleh karena itu peneliti merasa tertarik melakukan penelitian mengenai bagaimana koping nyeri individu yang mengalami nyeri kronik dan apakah
keduanya ada hubungan. Sehingga peneliti mengajukan judul penelitian “Hubungan koping nyeri dengan intensitas nyeri pada pasien dengan nyeri kronik
di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan”, mengingat rumah sakit ini adalah rumah sakit rujukan sehingga banyak ditemukan kasus nyeri kronis.
2. Rumusan Masalah