Koping nyeri pada pasien nyeri kronis

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian, peneliti membahas mengenai koping nyeri, intensitas nyeri dan hubungan antara koping nyeri dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri kronis di RSUP H. Adam Malik Medan.

2.1 Koping nyeri pada pasien nyeri kronis

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga 33.3 usia responden adalah lanjut usia awal dengan rentang umur 46-55 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pada rentang usia ini, angka kejadian terkena penyakit kronis cukup tinggi. Hasil ini sesuai dengan pendapat Brunner dan Suddarth 2001 dan Anderson 2002 yang melaporkan bahwa penyakit kronis lebih sering terjadi pada usia tua. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya usia, maka terjadi penurunan fungsi organ tubuh penuaan pada sel-sel tubuh. Berdasarkan jenis kelamin lebih dari duapertiga 72.2 adalah perempuan dan diikuti lebih dari seperempat 27.8 adalah laki-laki. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Anderson 2002 yang menunjukkan bahwa perempuan memiliki kecenderungan lebih sering menderita penyakit kronis daripada laki-laki. Hal ini disebabkan karena harapan hidup perempuan lebih besar daripada laki-laki sehingga perempuan berpeluang lebih besar untuk menderita penyakit kronis dibandingkan laki-laki. Tingkat pendidikan yang tinggi, perhatian terhadap kesehatannya lebih baik jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah. Pendidikan menjadi dasar yang penting karena pendidikan sangat mempengaruhi pola pikir seseorang tentang sesuatu hal yang nantinya akan berpengaruh dalam pengambilan Universitas Sumatera Utara keputusan tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin banyak bahan, materi, atau pengetahuan yang dimiliki, dan tingginya tingkat pendidikan seseorang akan berdampak pada kemudahan seseorang dalam meningkatkan kesejahteraan hidup Notoadmojo, 2003. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga 33.3 responden koping nyeri dengan pendidikan SMA dan diikuti dengan kurang dari seperempat 18.5 responden berpendidikan SD. Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan SMA mempunyai pengetahuan tentang kesehatan yang lebih dibandingkan dengan responden berpendidikan SD. Sehingga responden dengan pendidikan tinggi menempati urutan terbanyak yang memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan semakin tingginya pendidikan formal responden maka semakin adaptif koping yang digunakan. Tingkat pendidikan masyarakat yang lebih tinggi, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menerima pencegahan dan penanggulangan penyakit kronik yang diderita pasien. Berdasarkan dengan diagnosa penyakit responden, lebih dari setengah responden menderita penyakit kanker 57.4 dan diikuti kurang dari seperempat responden menderita penyakit tumor 20.4. Kanker merupakan diagnosa penyakit yang dapat mengakibatkan pasien mengalami nyeri kronis maligna tumor ganas. Nyeri kronis maligna seperti Ca Mammae bersifat konstan yang bertahan sampai pada periode waktu yang lama Potter Perry, 2006. Kedua diagnosa tersebut menimbulkan intensitas nyeri yang ringan hingga berat. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki koping nyeri baik 83.3. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 80 responden memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengatasi nyeri kronik dengan usaha penjagaan, latihan dan peregangan, pernyataan menyemangati diri sendiri, mencari dukungan sosial dan istirahat terkait dengan aktivitas sehari-hari pasien. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kemampuan untuk mengatur stimulus tinggi.

2.2 Intensitas nyeri pada pasien nyeri kronis