Penyebab nyeri Fisiologi nyeri

menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emsional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial Brunner Suddarth, 2002.

2.2 Penyebab nyeri

Penyebab nyeri dapat diklasifikasi ke dalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab nyeri trauma baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik, neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah, dan lain-lain. Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh adanya trauma psikologi. Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka. Trauma termis menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin. Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri Asmadi, 2008. Nyeri yang disebabkan faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Nyeri karena faktor ini disebut juga psychogenic pain Asmadi, 2008.

2.3 Fisiologi nyeri

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu menjelaskan tiga komponen fisiologis yakni: resepsi, persepsi, dan reaksi. Resepsi merupakan proses Universitas Sumatera Utara perjalanan nyeri, persepsi adalah kesadaran seseorang terhadap nyeri, sedangkan reaksi adalah respon fisiologis dan perilaku setelah mempersepsikan nyeri. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan implus melalui serabut saraf perifer. Serabut saraf memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri yang dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasikan kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri Mc. Nair, 1990 dalam Potter dan Perry, 2005.

2.4 Klasifikasi nyeri