1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Piaget dalam Gredler, 2011:341 mengatakan bahwa anak dengan rentang usia 7-8 hingga 12-14 tahun termasuk ke dalam kategori periode operasional
konkret. Piaget dalam Suparno, 2001:69 mengatakan anak pada tahap operasi konkret dikategorikan dalam rentang usia 7-11 tahun. Anak dalam kategori tersebut
memiliki karakteristik penalaran atau cara berpikir yang logis dan berhubungan dengan objek konkret. Anak mulai mengembangkan beberapa kemungkinan dalam
situasi pemecahan masalah dan cara untuk mengesampingkannya secara sistematis. Siswa yang ideal adalah siswa yang mempunyai enam kemampuan kognitif yaitu
mengingat, memahami, menganalisis, mengaplikasi,
mengevaluasi
dan
mencipta
. Kemampuan
mengevaluasi
dan
mencipta
merupakan dua kemampuan tertinggi dalam aspek kognitif. Saat siswa dapat mengevaluasimengritisi suatu masalah
siswa akan menemukan dan membuat solusi dari permasalahan tersebut. Proses belajar mengajar sangat penting untuk diperhatikan karena proses tersebut
merupakan tahap di mana anak memperoleh informasi. Komponen dalam proses belajar mengajar antara lain pendekatan, metode, model, strategi, teknik, materi,
media, guru dan siswa. Proses belajar mengajar sangat memerlukan komponen- komponen tersebut. Jika komponen-komponen tersebut dipadukan, akan
menghasilkan pembelajaran yang berkualitas. Kualitas pendidikan di Indonesia masih kurang baik. Berdasarkan hasil
Program for International Student Assessment
PISA, OECD, PISA 2009
Database
pendidikan di Indonesia khususnya IPA
Science
hanya masuk dalam peringkat 60 dari 65 negara peserta dengan nilai 383 dan nilai peringkat pertama
adalah 575
lihat lampiran 19
. Dari pengamatan yang dilakukan pada tanggal 9- 12 Januari 2013 di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta masih ada guru yang
mengajar dengan menggunakan metode ceramah dan terpaku pada buku paket khususnya pada mata pelajaran IPA. Anderson 2010:94 mengatakan bahwa
pembelajaran dan asesmen umumnya menekankan satu jenis proses kognitif yaitu mengingat.
Handbook
paling sering digunakan dalam kurikulum dan ujian kemudian diketahui bahwa kurikulum dan ujian terlalu menekankan pada proses
2 kognitif mengingat dan kurang memperhatikan proses-proses kognitif yang lebih
kompleks Anderson dan Sosniak, 1994. Siswa tampak pasif karena hanya mendengarkan guru menjelaskan di depan kelas. Penjelasan abstrak yang diberikan
guru hanya bisa ditangkap oleh siswa pada saat itu juga dan siswa cepat lupa dengan apa yang dijelaskan oleh guru, hal ini tampak ketika siswa tidak mampu menjawab
pertanyaan guru tentang materi yang baru saja disampaikan. Hal tersebut dapat menghambat kemampuan siswa dalam aspek
mengevaluasi
dan
mencipta
karena berdasarkan Taksonomi Bloom kemampuan tersebut merupakan kemampuan yang
berada pada level tertinggi yang dimiliki oleh siswa sedangkan metode yang hanya terpaku pada buku hanya menekankan pada kemampuan mengingat. Berdasarkan
realita tersebut perlu adanya penelitian yang menggunakan metode pembelajaran inovatif untuk mengetahui pengaruh metode yang digunakan terhadap kemampuan
mengevaluasi
dan
mencipta
. Untuk mengatasi rendahnya kemampuan
mengevaluasi
dan
mencipta
adalah dengan penggunaan metode pembelajaran inovatif yaitu
dengan metode
inkuiri. Penggunaan metode inkuiri mempunyai beberapa kelebihan yaitu metode inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan proses
berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan; menekankan pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar siswa. Pembelajaran ini dianggap
sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Kelebihan yang
lain adalah dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata- rata sehingga perkembangan siswa tidak terhambat.
Adapun langkah-langkah yang diberikan adalah 1 Orientasi, yang merupakan langkah untuk membina susana atau iklim pembelajaran yang responsif,
hal ini dilakukan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran; 2 Merumuskan masalah, yaitu langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan
yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan masalah itu; 3 Merumuskan hipotesis, merupakan merumuskan jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang sedang dikaji; 4 Mengumpulkan data, merupakan kegiatan untuk menyaring
3 informasi yang digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dibuat; 5 Menguji
hipotesis, merupakan proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data, 6
Merumuskan kesimpulan, yaitu membuat kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari sehingga dapat mengetahui apakah hipotesis yang dibuat benar atau salah.
Penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dalam Standar Kompetensi “ 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan
membuat suatu karyamodel” dan Kompetensi Dasar “6.1 Mendeskripsikan sifat- sifat cahaya” dan “6.2 Membuat suatu karyamodel, misalnya periskop atau lensa
dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat- sifat cahaya”. Siswa SD yang
dimaksud adalah siswa kelas V.1 dan V.2 semester genap SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta tahun ajaran 20122013.
1.2 Rumusan Permasalahan