Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Ritmawanti, Dea. Fradistya. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menganalisis, mata pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap semakin rendahnya tingkat kemampuan IPA siswa Indonesia pada penelitian PISA tahun 2009 dan 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

Penelitian ini menggunakan penelitian quasi experimental tipe

non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta sebanyak 59 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari 29 siswa kelas V-1 sebagai kelompok eksperimen dan 30 siswa kelas V-2 sebagai kelompok kontrol. Treatment yang diterapkan di kelompok eksperimen adalah metode inkuiri. Ada 7 langkah dalam metode inkuiri yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan evaluasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga Sig

(2-tailed) sebesar 0,008 (p < 0,05); df = 57 dan t = -2,73. Gain score kelompok

eksperimen sebesar 1,89, SD = 1,12 dan SE = 0,20. Gain score kelompok kontrol sebesar 1,17, SD = 0,89 dan SE = 0,16. Effect size metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi adalah 0,33 (10%) temasuk kategori “efek menengah”. 2) Metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga Sig (2-tailed) sebesar 0,006 (p < 0,05); df = 57 dan t = -2,87. Gain score kelompok eksperimen sebesar 1,04, SD = 0,59 dan SE = 0,11.

Gain score kelompok kontrol sebesar 0,62, SD = 0,53 dan SE = 0,09. Effect size

metode inkuiri terhadap kemampuan menganalisis adalah 0,34 (11%) temasuk kategori “efek menengah”.


(2)

ABSTRACT

Ritmawanti, Dea. Fradistya. (2016). The effects of the implementation of inquiry method on the ability to apply and analyze in science subject for the fifth grade students in BOPKRI Gondolayu Elementary School, Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Departement of Elementary School Teacher Education, Sanata Dharma University.

Keywords: inquiry methods, the ability to apply, ability to analyze, natural science subject.

The background of this study was directed to the concern about the low of students science ability at Indonesian country according to PISA 2009 and 2012 research. The aims of the study was to find out the effect of the implementation of inquiry method on the ability to apply and analyze in science subject for the fifth grade students in BOPKRI Gondolayu Elementary School, Yogyakarta in odd semester 2015/2016.

This study used quasi experimental research with nonequivalent control group design. The population of this study were 59 of the 5th grade students in BOPKRI Gondolayu Elementary School. The samples were 29 students of class V-1 as the experimental group and 30 students of class V-2 as the control group. The treatment for the experimental group was inquiry method. There are 7 steps in the inquiry methods including orientation, problem formulation, hypothesis formulation, experiment, conclusion, result presentation, and evaluation.

The result of this study showed that 1) Inquiry method affects on the ability to apply. The value of Sig (2-tailed) was 0,008 (p < 0,05); df = 57 and t = -2,73. The gain score of experimental group was 1,89, SD = 1,12 and SE = 0,20. The gain score of control group was 1,17, SD = 0,89 and SE = 0,16. The effect size of inquiry method on the ability to apply was 0,33 (10%) categorized into“medium effect”. 2) Inquiry method affects on the ability to analyze. The value of Sig (2-tailed) was 0,006 (p < 0,05); df = 57 dan t = -2,87. The gain score of experimental group was 1,04, SD = 0,59 dan SE = 0,11. The gain score of control group was 0,62, SD = 0,53 dan SE = 0,09. The effect size of inquiry method on the ability to analyze was 0,34 (11%) categorized into “medium effect”.


(3)

i

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V

SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Dea Fradistya Ritmawanti

121134038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ilmiah ini Penulis persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, sumber kekuatan dan sahabat sejatiku.

2. Kedua orang tuaku Daniel Bambang Prihatmawan dan Esternita Surit Lumiyati yang senantiasa memberikan kasih sayang dan ketulusan. 3. Adikku Felicia Della Khoronavita yang memberiku semangat. 4. Sahabat-sahabatku yang bersama berjuang, sebagai penyemangat dan

penghiburku.


(7)

v

HALAMAN MOTTO

“Ora et Labora” (St. Teresa)

“Do your best and let Jesus takes the rest”

“Lakukan yang terbaik hari ini. Itulah cara terbaik menjamin masa depan” (Anthony Diomartin)

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu” (Mat. 7:7)


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Januari 2016 Penulis,


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Dea Fradistya Ritmawanti Nomor Mahasiswa : 121134038

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS PADA MATA

PELAJARAN IPA KELAS V SD BOPKRI GONDOLAYU

YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya berikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 22 Januari 2016 Yang menyatakan,


(10)

viii

ABSTRAK

Ritmawanti, Dea. Fradistya. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menganalisis, mata pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap semakin rendahnya tingkat kemampuan IPA siswa Indonesia pada penelitian PISA tahun 2009 dan 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

Penelitian ini menggunakan penelitian quasi experimental tipe

non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta sebanyak 59 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari 29 siswa kelas V-1 sebagai kelompok eksperimen dan 30 siswa kelas V-2 sebagai kelompok kontrol. Treatment yang diterapkan di kelompok eksperimen adalah metode inkuiri. Ada 7 langkah dalam metode inkuiri yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan evaluasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga Sig

(2-tailed) sebesar 0,008 (p < 0,05); df = 57 dan t = -2,73. Gain score kelompok

eksperimen sebesar 1,89, SD = 1,12 dan SE = 0,20. Gain score kelompok kontrol sebesar 1,17, SD = 0,89 dan SE = 0,16. Effect size metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi adalah 0,33 (10%) temasuk kategori “efek menengah”. 2) Metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga Sig (2-tailed) sebesar 0,006 (p < 0,05); df = 57 dan t = -2,87. Gain score kelompok eksperimen sebesar 1,04, SD = 0,59 dan SE = 0,11.

Gain score kelompok kontrol sebesar 0,62, SD = 0,53 dan SE = 0,09. Effect size

metode inkuiri terhadap kemampuan menganalisis adalah 0,34 (11%) temasuk kategori “efek menengah”.


(11)

ix

ABSTRACT

Ritmawanti, Dea. Fradistya. (2016). The effects of the implementation of inquiry method on the ability to apply and analyze in science subject for the fifth grade students in BOPKRI Gondolayu Elementary School, Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Departement of Elementary School Teacher Education, Sanata Dharma University.

Keywords: inquiry methods, the ability to apply, ability to analyze, natural science subject.

The background of this study was directed to the concern about the low of students science ability at Indonesian country according to PISA 2009 and 2012 research. The aims of the study was to find out the effect of the implementation of inquiry method on the ability to apply and analyze in science subject for the fifth grade students in BOPKRI Gondolayu Elementary School, Yogyakarta in odd semester 2015/2016.

This study used quasi experimental research with nonequivalent control group design. The population of this study were 59 of the 5th grade students in BOPKRI Gondolayu Elementary School. The samples were 29 students of class V-1 as the experimental group and 30 students of class V-2 as the control group. The treatment for the experimental group was inquiry method. There are 7 steps in the inquiry methods including orientation, problem formulation, hypothesis formulation, experiment, conclusion, result presentation, and evaluation.

The result of this study showed that 1) Inquiry method affects on the ability to apply. The value of Sig (2-tailed) was 0,008 (p < 0,05); df = 57 and t = -2,73. The gain score of experimental group was 1,89, SD = 1,12 and SE = 0,20. The gain score of control group was 1,17, SD = 0,89 and SE = 0,16. The effect size of inquiry method on the ability to apply was 0,33 (10%) categorized into“medium effect”. 2) Inquiry method affects on the ability to analyze. The value of Sig (2-tailed) was 0,006 (p < 0,05); df = 57 dan t = -2,87. The gain score of experimental group was 1,04, SD = 0,59 dan SE = 0,11. The gain score of control group was 0,62, SD = 0,53 dan SE = 0,09. The effect size of inquiry method on the ability to analyze was 0,34 (11%) categorized into “medium effect”.


(12)

x

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD BOPKRI GONDOLAYU

YOGYAKARTA” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mendukung dengan sabar dan bijaksana.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang membimbing kami dengan penuh kesabaran.

5. Ester Markis Sarwo Rini, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian. 6. Agnita Kristi P, S.Si. selaku guru mitra yang telah membantu pelaksanaan

penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

7. Siswa kelas V-1 dan V-2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang telah bersedia terlibat dalam penelitian.

8. Sekretariat PGSD Universitas sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu proses perijinan penelitian skripsi.

9. Kedua orang tuaku, Daniel Bambang Prihatmawan dan Esternita Surit Lumiyati yang dengan sabar selalu menyertai perjuanganku berupa doa, kasih sayang, perhatian, nasihat, dan materi.


(13)

xi

10. Adikku Felicia Della Khoronavita yang selalu menyemangati dan mendukungku dalam doa.

11. Kakakku terkasih, Anita Krisnandari yang senantiasa memberi doa dan dukungan semangat.

12. Teman-teman persekutuan KOMPARA dan adik-adik Sekolah Minggu KOMAN GKJ Susukan.

13. Sigma Mahar Putra yang senantiasa memberi motivasi dan dukungan doa. 14. Sahabatku penelitian kolaboratif payung Bayu, Adi, Desti, Ami, Vega, Tira,

Nindya, Wikan, Dewi, Andan, Agnes, Stepani, yang telah memberikan bantuan selama melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi.

15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu namun telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan peneliti. Segala kritik dan saran yang membangun akan peneliti terima dengan senang hati. Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan para pembaca.


(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK . ………...viii

ABSTRACT……… ix

PRAKATA. ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Operasional... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Teori-Teori yang Mendukung ... 7

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ... 7

2.1.1.2 Metode Pembelajaran ... 10

2.1.1.3 Metode Inkuiri ... 11

1. Pengertian Metode Inkuiri ... 11


(15)

xiii

3. Macam-Macam Metode Inkuiri ... 13

4. Metode Inkuiri Terbimbing ... 14

5. Langkah-langkah Metode Inkuiri Terbimbing ... 14

6. Manfaat Metode Inkuiri ... 15

2.1.1.4 Teori Kognitif Bloom ... 16

2.1.1.5 Kemampuan Mengaplikasi ... 18

2.1.1.6 Kemampuan Menganalisis ... 19

2.1.1.7 Pembelajaran IPA ... 20

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 20

2.1.1.8 Materi Pernapasan Pada Manusia ... 21

1. Pengertian Bernapas ... 21

2. Organ atau alat pernapasan manusia ... 21

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 23

2.2.1 Penelitian tentang Metode Inkuiri ... 23

2.2.2 Penelitian Tentang Proses Kognitif ... 25

2.2.3 Literature Map ... 27

2.3 Kerangka Berpikir ... 27

2.4 Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Setting Penelitian ... 31

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 31

3.2.2 Waktu Penelitian ... 32

3.3 Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1 Populasi ... 33

3.3.2 Sampel ... 33

3.4 Variabel Penelitian ... 34

3.4.1 Variabel Independen ... 34

3.4.2 Variabel Dependen ... 35

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 35


(16)

xiv

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 38

3.7.1 Uji Validitas ... 38

3.7.1.1 Validitas Isi (content validity) ... 38

3.7.1.2 Validitas Muka (face validity) ... 39

3.7.1.3 Validitas Konstruk (construct validity) ... 39

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 41

3.8 Teknik Analisis Data ... 42

3.8.1 Analisis Pengaruh Perlakuan ... 42

3.8.1.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 42

3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 43

3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 44

3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 45

3.8.2 Analisis Lebih Lanjut ... 46

3.8.2.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 46

3.8.2.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 47

3.8.2.3 Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I ... 48

3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 49

3.8.3 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Hasil Penelitian ... 53

4.1.1 Implementasi Penelitian ... 53

4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian ... 53

4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ... 54

1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 55

2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 56

4.1.2 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I ... 62

4.1.2.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 63

4.1.2.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 64

4.1.2.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 65

4.1.2.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 67


(17)

xv

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 68

2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 70

3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I ... 71

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 72

4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ... 74

4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 75

4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 76

4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 77

4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 79

4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut ... 80

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 80

2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 82

3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I ... 83

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 84

4.2 Pembahasan ... 86

4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 86

4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menganalisis ... 88

4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 91

4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut ... 96

BAB V PENUTUP ... 99

5.1 Kesimpulan ... 99

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 100

5.3 Saran ... 100

DAFTAR REFERENSI ... 101

LAMPIRAN ... 101


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ... 33

Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian ... 37

Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen ... 37

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 40

Tabel 3.5 Hasil Validitas Instrumen Aspek Mengaplikasi dan Menganalisis ... 40

Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 41

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 41

Tabel 3.8 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ... 45

Tabel 3.9 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi ... 48

Tabel 3.10 Pedoman Wawancara dengan Guru ... 51

Tabel 3.11 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sebelum Perlakuan……… 52

Tabel 3.12 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sesudah Perlakuan ... 52

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Mengaplikasi ... 63

Tabel 4.2 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ... 64

Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Mengaplikasi ... 65

Tabel 4.4 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ... 66

Tabel 4.5 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengaplikasi ... 66

Tabel 4.6 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 68

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretes ke Posttest I Kemampuan Mengaplikasi... 68

Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengaplikasi... 70

Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Mengaplikasi ... 72

Tabel 4.10 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengaplikasi ... 73

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Menganalisis ... 75


(19)

xvii

Tabel 4.13 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Menganalisis ... 77 Tabel 4.14 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ... 78 Tabel 4.15 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan

Menganalisis ... 78

Tabel 4.16 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Menganalisis ... 80 Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor

Pretest ke Posttest I Kemampuan Menganalisis ... 80

Tabel 4.18 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest ke

Posttest I Kemampuan Menganalisis ... 82

Tabel 4.19 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I

Kemampuan Menganalisis ... 84 Tabel 4.20 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menganalisis ... 85


(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Zona perkembangan proksimal (Zone of Proximal Development) ... 10

Gambar 2.2 Bagan Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 31

Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 35

Gambar 3.3 Rumus Besar Efek untuk Data Normal ... 46

Gambar 3.4 Rumus Rumus Besar Efek untuk Data Tidak Normal ... 46

Gambar 3.5 Rumus Besar Persentase Peningkatan Pretest-Posttest I ... 46

Gambar 3.6 Rumus Gain Score ... 47

Gambar 3.7 Rumus Persentase Uji Retensi Pengaruh ... 50

Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Mengaplikasi ... 67

Gambar 4.2 Grafik Gain Score Kemampuan Mengaplikasi ... 69

Gambar 4.3 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mengaplikasi ... 74

Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Menganalisis ... 79

Gambar 4.5 Grafik Gain Score Kemampuan Menganalisis ... 81

Gambar 4.6 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Menganalisis ... 86


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ... 106

Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Soal ... 107

Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen ... 108

Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol ... 110

Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 112

Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 124

Lampiran 3.1 Soal Uraian ... 129

Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ... 134

Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ... 138

Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement ... 141

Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ... 144

Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ... 146

Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengaplikasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 147

Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Menganalisis Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 148

Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data ... 149

Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 150

Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 151

Lampiran 4.6 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan ... 153

Lampiran 4.7 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I . 154 Lampiran 4.8 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I .. 157

Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Korelasi antara rerata Pretest dan Posttest I ... 161

Lampiran 4.10 Hasil Uji Retensi Perlakuan ... 163

Lampiran 4.11 Transkrip Wawancara Siswa ... 166

Lampiran 4.12 Transkrip Wawancara Guru ... 172

Lampiran 5.1 Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran ... 173


(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini akan dikemukakan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah proses belajar yang dilakukan oleh siswa di suatu lingkungan melalui bantuan guru sebagai fasilitator. Pembelajaran yang efektif dan efisien setidaknya berfokus pada dua tujuan penting dari sekian banyak tujuan pendidikan, yakni meretensi dan mentransfer (Anderson & Krathwohl, 2010: 94). Tujuan meretensi dalam pembelajaran menuntut siswa untuk mengingat apa yang sudah mereka pelajari, sedangkan mentransfer menuntut siswa bukan hanya mengingat, tetapi juga memahami dan menggunakan apa yang sudah dipelajari. Sebagaimana dalam Taksonomi Bloom, kategori proses kognitif yang paling dekat dengan meretensi adalah mengingat, sedangkan lima kategori lainnya merupakan proses-proses kognitif yang digunakan untuk mentransfer (Anderson & Krathwohl, 2010: 95). Semakin tinggi dimensi proses kognitif akan menunjukkan semakin baik pembelajaran dan semakin maksimal pula pengetahuan dan pengalaman belajar siswa. Pembelajaran yang baik menuntut siswa bukan hanya berada pada tahap kemampuan mengingat dan memahami, melainkan mampu mengaplikasi, menganalisis, bahkan mengevaluasi dan mencipta.

Pembelajaran di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dilaksanakan pada masing-masing mata pelajaran atau disiplin ilmu, salah satunya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah suatu pembelajaran pengetahuan alam yang disusun secara sistematis berdasarkan observasi dan penelitian. IPA sebagai salah satu disiplin ilmu memiliki peranan yang penting terutama bagi anak-anak di Sekolah Dasar. Samatowa (2011: 2) menyatakan bahwa IPA di Sekolah Dasar membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah untuk membantu mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti yang ada. Amien (1987: 15) menyebutkan bahwa produk dan sasaran IPA antara lain adalah


(23)

2

konsep, prinsip, dan teori ilmiah. Proses pembelajaran yang demikian dapat mengembangkan potensi siswa yang berujung pada pembentukan sikap, kecerdasan, dan karakter siswa sesuai dengan kebutuhannya.

Dalam implementasinya, pembelajaran IPA Sekolah Dasar di Indonesia secara umum masih terbatas pada tahap meretensi atau terbatas pada kemampuan mengingat dan memahami oleh siswa. Kemampuan pada tahap mentransfer atau kemampuan mengaplikasi hingga mencipta masih belum dioptimalkan. Hal ini dibuktikan melalui data hasil studi oleh Programme of International Student

Assessment (PISA) yang berbasis di Paris. PISA melakukan penelitian terhadap

siswa-siswa usia 15 tahun dari negara-negara anggota Organisation for Economic

Co-operation and Development (OECD) dan negara-negara mitra yang

menghasilkan studi pada tahun 2009 untuk memetakan bagaimana tingkat literasi dalam membaca, matematika, dan sains di negara-negara tersebut (OECD, 2010). Tujuan dari studi tersebut adalah mengukur bagaimana para siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup yang konkret. Studi tersebut terutama menyoroti kemampuan-kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan mengolah informasi, kemampuan melihat keseluruhan masalah secara holistik, hingga kemampuan menarik benang merah dari beragam data yang tersedia. Dari 65 negara yang diteliti, capaian tingkat literasi siswa siswi Indonesia berada dalam urutan 57 (OECD, 2009: 8). Khusus untuk literasi sains, dikatakan bahwa hasil tes yang diperoleh negara-negara yang masuk dalam daftar penelitian tersebut tidak berubah antara tahun 2003, 2006, dan 2009. Sementara itu, pada tahun 2012 Indonesia mengalami penurunan peringkat untuk literasi sains yaitu 64 dari 65 negara (OECD, 2012 : 232). Penurunan peringkat tersebut menunjukkan bahwa para siswa Indonesia mengalami kesulitan yang serius dalam berbagai kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan mengaplikasi dan menganalisis merupakan dua kemampuan berpikir tingkat tinggi yang sangat diperlukan sebagai langkah awal untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup yang konkret.

Rendahnya tingkat literasi sains para siswa di Indonesia seharusnya menjadi keprihatinan bersama. Hal tersebut berhubungan dengan kurang maksimalnya pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi (mentransfer) pada siswa, yang


(24)

3

dapat menghambat siswa untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup yang konkret. Dalam hal ini, kemampuan mengaplikasi dan menganalisis sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup yang konkret. Salah satu penyebab kurangnya pengembangan berpikir tingkat tinggi pada siswa adalah model pembelajaran di sekolah-sekolah yang masih banyak menggunakan metode pembelajaran tradisional dengan ceramah. Sani (2013: 159) mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan metode ceramah hanya menggunakan interaksi satu arah dari sumber belajar, yaitu guru. Pembelajaran dengan metode ini didominasi komunikasi lisan dari guru ke siswa. Gurulah yang lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga para siswa dengan sendirinya kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan cara-cara berpikir pada level yang lebih tinggi dari sekedar menghafal. Oleh karena itu, diperlukan metode pembelajaran yang lebih bisa memfasilitasi siswa untuk aktif mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Berdasarkan realitas yang terjadi, penelitian dengan metode inovatif perlu dilakukan untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Berbagai penelitian dan jurnal pernah diterbitkan untuk mendukung pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan metode tertentu misalnya Kurniawati, 2014; Yuli, 2012; Pinar & Filiz, 2010; dsb. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan salah satu metode yang diduga dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu metode inkuiri. Sanjaya (2006: 194) menjelaskan bahwa salah satu strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, metode inkuiri menitikberatkan pada aktivitas dan pemberian pengalaman belajar secara langsung kepada siswa. Pengalaman belajar secara langsung inilah yang menjadi fokus untuk pembelajaran yang menekankan penemuan sesuatu melalui proses mencari dengan menggunakan langkah-langkah alamiah. Dalam hal ini, rangkaian kegiatan pembelajaran inkuiri menekankan proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Sanjaya (2006: 199-203) mengemukakan 6 langkah pelaksanaan pembelajaran inkuiri


(25)

4

yaitu (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) mengajukan hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5) menguji hipotesis, dan (6) merumuskan kesimpulan.

Penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016 khususnya pada mata pelajaran IPA Kompetensi Dasar 1.1 yaitu “Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan manusia”. Peneliti memilih SD BOPKRI Gondolayu sebagai tempat penelitian karena sekolah ini memiliki berbagai prestasi akadamik maupun nonakademik. Salah satu prestasi akademik yang diperoleh adalah mendapat nilai tertinggi hasil Ujian Nasional (UN) tahun 2014-2015 untuk sekolah Kristen se-Yogyakarta. Lokasi sekolah ini sangat strategis dan mudah dijangkau, serta memiliki kelas pararel yang tepat digunakan untuk penelitian eksperimen. Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas V-1 sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 30 anak dan kelas V-2 sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 30 anak. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian quasi experimental design tipe nonequivalent

control group design.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mengaplikasi mata pelajaran IPA materi pernapasan manusia pada siswa

kelas V di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016?

1.2.2 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

menganalisis mata pelajaran IPA materi pernapasan manusia pada siswa

kelas V di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016?


(26)

5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mengaplikasi mata pelajaran IPA materi fungsi organ pernapasan manusia

pada siswa kelas V di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

menganalisis mata pelajaran IPA materi fungsi organ pernapasan manusia

pada siswa kelas V di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi peneliti

Memperoleh pengalaman langsung menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA sehingga dapat berguna untuk bekal mengajar pada masa mendatang.

1.4.2 Bagi siswa

Memperoleh pengalaman baru dalam menggunakan metode inkuiri sehingga dapat mengembangkan kemampuan mengaplikasi dan

menganalisis dalam pembelajaran IPA.

1.4.3 Bagi guru

Menambah pengetahuan tentang penggunaan metode inkuiri yang dapat diterapkan untuk pembelajaran di sekolah.

1.4.4 Bagi sekolah

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang metode pembelajaran yang dapat mempengaruhi kemampuan mengaplikasi dan menganalisis siswa.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Kemampuan mengaplikasi adalah kemampuan menggunakan atau menerapkan suatu prosedur (langkah-langkah) dalam keadaan tertentu. 1.5.2 Kemampuan menganalisis adalah kemampuan membedakan, memilah,


(27)

6

menentukan kesinambungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhannya.

1.5.3 IPA adalah proses pembelajaran tentang pengetahuan alam yang disusun secara sistematis berdasarkan suatu observasi atau penelitian.

1.5.4 Metode inkuiri adalah rangkaian proses belajar yang memotivasi untuk merumuskan pertanyaan yang bermakna dengan melibatkan siswa sebagai pembelajar yang aktif melalui langkah-langkah alamiah yaitu orientasi, merumuskan masalah, membuat hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan evaluasi.

1.5.5 Metode inkuiri terbimbing adalah penggunaan metode inkuiri yang masih melibatkan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran.

1.5.6 Siswa Sekolah Dasar adalah siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.


(28)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini berisi kajian teori, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian teori membahas teori-teori yang mendukung dan beberapa kajian penelitian yang relevan. Kerangka berpikir berisi pemikiran dan hipotesis yang berisi dugaan sementara atau jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-Teori yang Mendukung 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak

Perkembangan merupakan salah satu proses yang penting dalam kehidupan manusia. Slavin (2011: 40) mengemukakan istilah perkembangan yang merujuk pada pertumbuhan, penyesuaian diri yang dilakukan, dan perubahan yang terjadi dalam fase kehidupannya melalui aspek perkembangan yang menyeluruh baik perkembangan fisik, kepribadian, sosioemosional, kognitif (pemikiran), dan bahasa. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosial psikologi manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks (Sunarto & Hartono, 2008: 43).

Teori perkembangan yang dijadikan acuan bagi peneliti adalah teori perkembangan kognitif Jean Piaget dan teori perkembangan Lev Vygotsky. Teori tersebut peneliti gunakan karena memiliki kesesuaian dengan variabel penelitian dan tahap mendasar perkembangan anak, yaitu tahap perkembangan kognitif. Teori perkembangan kognitif ini menunjukkan sejauh mana perkembangan intelektual anak dan menjelaskan bagaimana tahap kemampuan anak menerima serta mengolah pengetahuan yang didapatnya. Tahap perkembangan kognitif anak akan maksimal, salah satunya jika didukung proses pembelajaran optimal pada zona perkembangan proksimalnya (zone of proximal development atau ZPD). Zona perkembangan proksimal sebagai salah satu unsur penting dalam teori perkembangan anak menurut Vygotsky adalah jarak antara tingkatan potensial


(29)

8

perkembangan anak dan tingkatan kemampuan anak pada saat itu (Salkind, 2009: 375). Kedua teori perkembangan tersebut mampu dijadikan acuan bagi peneliti dalam penerapan suatu metode dengan memperhatikan tahap perkembangan anak untuk mencapai tingkat kemampuan kognitif yang diharapkan.

Jean Piaget (1896-1980) menjelaskan bahwa seorang anak dilahirkan dengan potensi untuk bertindak dengan cara tertentu yang disebut sebagai schema atau skema (Hergenhahn & Matthew, 2010: 314). Dapat dipahami bahwa skema adalah potensi umum untuk melakukan satu kelompok perilaku atau gugus bangun yang dimiliki oleh anak, sedangkan pengetahuan yang lebih spesifik atau lebih kecil ruang lingkupnya dari skema disebut sebagai skemata. Skemata dapat muncul dalam bentuk perilaku yang jelas dan menentukan bagaimana seorang anak akan merespon lingkungan fisik. Piaget (dalam Santrock, 2009: 48-49) menjelaskan bahwa seorang anak akan mengalami proses kognitif melalui beberapa tahapan yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Tahap asimilasi adalah proses merespon lingkungan sesuai dengan struktur kognitif seseorang (Hergenhahn dan Matthew, 2010: 314). Tahap asimilasi dapat diartikan sebagai bertambahnya informasi baru ke dalam informasi yang sudah ada. Tahap akomodasi adalah proses memodifikasi struktur kognitif, yakni penyesuaian pengetahuan yang ada dengan informasi dan pengalaman yang baru. Tahap ekuilibrasi adalah tahapan ketika seorang anak beralih pada tingkat pemikiran yang lebih tinggi ketika berusaha mengatasi konflik kognitif untuk mencapai keselarasan atau keseimbangan pikiran. Ekuilibrasi secara sederhana didefinisikan sebagai dorongan terus-menerus ke arah keseimbangan atau ekuilibrium (Hergenhahn & Matthew, 2010: 316).

Teori perkembangan kognitif anak menurut Piaget (dalam Suparno, 2001: 24) dibagi menjadi empat tahapan:

1. Sensorimotor (0-2 tahun)

Pada tahap ini inteligensi anak lebih didasarkan pada inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, mendengar, membau, dan sebagainya. Anak belum mampu menggunakan bahasa, karena anak belum mempunyai bahasa simbol untuk mengungkapkan adanya suatu benda.


(30)

9

2. Praoperasional (2-7 tahun)

Dicirikan dengan adanya fungsi semiotik, yaitu penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan dan menjelaskan suatu objek yang tidak berada bersama objek. Simbol adalah sesuatu yang menyamai dengan yang disimbolkan, seperti gambaran atau bayangan, sedangkan tanda lebih merupakan sesuatu yang diungkapkan tanpa ada kesamaan dengan yang ditandakan (Piaget dalam Suparno, 2001: 50). Penggunaan bahasa mulai digunakan ketika berusia 2 tahun.

3. Operasional konkret (7-11 tahun)

Tahap operasi konkret dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu secara logis. Dalam tahap ini anak mampu berpikir secara logis dan mampu melakukan operasi yang melibatkan objek-objek yang nyata tetapi belum mampu menyelesaikan persoalan yang terlalu abstrak.

4. Operasional formal (11-15 tahun)

Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kognitif Piaget. Pada tahap ini seorang remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proporsi, hipotesis, dan mengambil kesimpulan. Mereka juga telah mampu mengembangkan sebuah hipotesis dari sebuah permasalahan yang mereka hadapi.

Anak usia SD memiliki rentang usia 7-12 tahun sudah dapat berpikir dengan logis mengenai peristiwa di sekitarnya maupun benda-benda konkret. Dalam teori Piaget anak SD yang berusia 7-12 tahun termasuk dalam tahapan operasional konkret, sehingga diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Selain itu, perlu diperhatikan adanya pembelajaran dan perkembangan yang maksimal pada zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan proksimal bisa digambarkan sebagai perbedaan antara apa yang telah diketahui oleh anak dan apa yang harus diketahui oleh anak (Salkind, 2009: 376). Zona perkembangan proksimal (Zone of Proximal


(31)

10

Sumber : Salkind, 2009

Gambar 2.1 Zona perkembangan proksimal (Zone of Proximal Development)

Gambar 2.1 menunjukkan bahwa Zona perkembangan proksimal (Zone of

Proximal Development) merupakan tempat yang optimal untuk terjadinya suatu

pembelajaran, terlebih jika didukung dengan adanya perancahan (Scaffolding). Perancahan (Scaffolding) diartikan sebagai teknik-teknik yang digunakan oleh pendidik untuk membangun jembatan antara apa yang sudah diketahui oleh anak dan apa yang harus diketahui olehnya (apa yang tengah diajarkan) (Salkind, 2009: 379). Scaffolding juga diartikan sebagai bantuan sementara yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa untuk melompat dari zona perkembangan aktual ke potensial. Scaffolding dapat dilakukan dengan melibatkan aktivitas sosial atau kelompok yang bervariasi, sehingga mendukung anak dalam perkembangannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Vygotsky yang menekankan pentingnya peran sosial dalam belajar (Salkind, 2009: 381). Menurut Vygotsky, guru, teman sebaya, dan orang tua memberikan rangsangan sosial dan kultural bagi anak sehingga memungkinkan terjadinya perkembangan. Selain itu, kerja sama dengan teman sebaya dapat mendorong anak untuk belajar secara efektif.

2.1.1.2 Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan pada pembelajaran di kelas (Suyono & Hariyanto, 2011: 19). Sani (2013: 158) mengemukakan metode pembelajaran adalah langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendapat lain yaitu Surakhmad (dalam Suryosubroto, 2002: 148) mengatakan bahwa metode pengajaran adalah langkah-langkah pelaksanaan dalam proses pengajaran atau teknisnya suatu bahan pelajaran yang diberikan kepada murid-murid di


(32)

11

sekolah. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah prosedur atau langkah yang digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2.1.1.3 Metode Inkuiri

1. Pengertian Metode Inkuiri

Pengertian metode inkuiri dapat dipahami secara lesikal dan secara umum. Secara lesikal, metode inkuiri berasal dari kata “inquiry” dalam bahasa Inggris, yang secara harafiah berarti penyelidikan (Mulyasa, 2007: 108). Dapat dirumuskan bahwa metode inkuiri adalah sebuah metode yang berdasar pada kegiatan-kegiatan penyelidikan atau penelitian.

Pengertian metode inkuiri secara umum menurut Ismail, Idros & Samsudin (2005: 23) adalah suatu proses mencari dan menemukan suatu permasalahan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan dari permasalahan. Pendapat lain menurut Carin dan Sund (dalam Mulyasa, 2006: 195) mengemukakan bahwa Inquiry adalah the process of

investigating a problem, sedangkan Piaget (dalam Mulyasa, 2006: 195)

mengungkapkan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada suatu situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, serta membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan oleh siswa lain. Dari beberapa pengertian tersebut, metode inkuiri memiliki suatu strategi. Gulo (dalam Trianto, 2009: 166) mengemukakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan pembelajaran dengan memaksimalkan seluruh kemampuan siswa dalam proses pencarian dan penyelidikan secara terstruktur, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri.

Berdasarkan pengertian metode inkuiri secara lesikal maupun secara umum, dapat dipahami bahwa metode inkuiri memiliki unsur penting yaitu kegiatan pembelajaran yang berdasar pada proses maupun prosedur penelitian dan keterlibatan siswa secara aktif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa


(33)

12

metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan, menyelidiki, mencari, dan merumuskan sendiri hasil penemuannya.

2. Prinsip Metode Inkuiri

Sanjaya (2006: 196) menjelaskan prinsip-prinsip inkuiri sebagai berikut: a. Berorientasi pada pengembangan intelektual adalah strategi pembelajaran

yang berorientasi pada hasil belajar juga proses belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir.

b. Prinsip interaksi adalah adanya proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan.

c. Prinsip bertanya adalah adanya peran guru sebagai penanya, karena kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.

d. Prinsip belajar untuk berpikir adalah belajar bukan hanya mengingat sejauh mana fakta. Akan tetapi belajar adalah proses berpikir, yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. e. Prinsip keterbukaan adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan,

sehingga siswa perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.

Menurut Kuhlthau, Maniotes, dan Caspari (2007: 25) terdapat tujuh prinsip inkuiri yaitu sebagai berikut :

a. Anak-anak belajar dengan menjadi aktif terlibat dalam dan merefleksikan pengalaman.

b. Anak-anak belajar dengan membangun apa yang mereka sudah tahu. c. Anak-anak mengembangkan pemikiran tingkat tinggi melalui bimbingan

di titik-titik kritis dalam proses pembelajaran.

d. Anak-anak memiliki cara yang berbeda dan model belajar. e. Anak-anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain.

f. Anak-anak belajar melalui instruksi dan pengalaman sesuai dengan perkembangan kognitif mereka.


(34)

13

3. Macam-Macam Metode Inkuiri

Metode inkuiri terdiri dari beberapa macam. Sund dan Trowbridge (dalam Sanjaya, 2006) mengemukakan tiga macam metode inkuiri sebagai berikut : a. Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry)

Pada inkuiri terbimbing, peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.

b. Inkuiri bebas (Free Inquiry)

Pada inkuiri bebas, peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan, sehingga peserta didik harus dapat mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki.

c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (Modified Free Inquiry)

Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem, dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

Sesuai dengan hal tersebut, Hanafiah dan Suhana (2010: 77) membedakan metode inkuiri menjadi tiga yaitu :

a. Inkuiri terbimbing yaitu kegiatan inkuiri dimana pelaksanaan atas dasar arahan dari guru berupa seperangkat pertanyaan inti dan pertanyaan melacak yang mengarahkan siswa pada kesimpulan yang diharapkan.

b. Inkuiri bebas yaitu kegiatan inkuiri dimana peserta didik melakukan penyelidikan secara bebas, siswa merumuskan masalah, melakukan penyelidikan, dan menarik kesimpulan secara mandiri.

c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi yaitu kegiatan inkuiri yang bertujuan untuk membuktikan kebenaran suatu teori dimana guru mengajukan masalah berdasarkan teori yang sudah dimengerti siswa.

Berdasarkan hal tersebut, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode inkuiri terbimbing (guided inquiry), karena anak usia SD masih memerlukan arahan dan bimbingan dalam melakukan pembelajaran dengan metode inkuiri. Anak memiliki kemampuan berpikir yang terbatas pada hal-hal konkret, sehingga diperlukan bimbingan dan arahan dari guru supaya kemampuan berpikir kritis anak dapat berkembang.


(35)

14

4. Metode Inkuiri Terbimbing

Mulyasa (2007: 109) mengemukakan bahwa dalam inkuiri terbimbing (guided

inquiry) siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan berupa

pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Sesuai dengan pendapat tersebut, Sani (2013: 217) menjelaskan inkuiri terbimbing (guided inquiry) yaitu peserta didik diberikan pertanyaan, kemudian membuat rancangan percobaan atau investigasi, dan menarik kesimpulan sendiri berdasarkan hasil eksperimen. Hanafiah dan Suhana (2010: 77) mengartikan metode inkuiri terbimbing sebagai kegiatan dimana pelaksanaan atas dasar arahan dari guru berupa seperangkat pertanyaan inti dan pertanyaan melacak yang mengarahkan siswa pada kesimpulan yang diharapkan. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing (guided inquiry) adalah metode pembelajaran di mana siswa mendapatkan seperangkat pertanyaan dari guru untuk membimbing atau membantu siswa tersebut dalam penelitian dan menemukan jawaban dari suatu masalah. Metode ini dapat membantu kemampuan siswa dalam mempelajari IPA.

5. Langkah-langkah Metode Inkuiri Terbimbing

Kuhltau, Maniotes, dan Caspari (2007: 3) mengemukakan langkah atau proses inkuiri terbimbing (guided inquiry) meliputi kegiatan membuka, melibatkan, mengeksplorasi, mengidentifikasi, mengumpulkan, membuat, membagi, dan mengevaluasi. Pendapat lain menurut Gulo (dalam Trianto, 2009: 169) langkah-langkah metode inkuiri terdiri dari mengajukan pertanyaan atau permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisi data, serta membuat kesimpulan. Senada dengan dua pendapat tersebut, Sanjaya (2006: 200-203) merumuskan langkah-langkah pelaksanaan metode inkuiri terbimbing sebagai berikut:

a. Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif.

b. Merumuskan masalah adalah langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki, sehingga persoalan yang disajikan menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki. Kata tanya yang tepat digunakan pada bagian ini adalah “apakah”, yang membutuhkan jawaban “ya”


(36)

15 atau “tidak”. Penggunaan kata tanya “apakah” dalam metode inkuiri terbimbing sangat sesuai dengan perkembangan kognitif anak usia SD yang masih berada pada tahap operasional konkret untuk membuktikan suatu fenomena penelitian di sekitarnya.

c. Merumuskan hipotesis adalah langkah memberikan jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang dikaji dan perlu diuji kebenarannya.

d. Mengumpulkan data adalah aktivitas untuk menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Peran guru di sini adalah mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

e. Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan serta mengembangkan kemampuan berpikir rasional.

f. Merumuskan kesimpulan adalah mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, peneliti merumuskan tujuh langkah pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing. Ketujuh langkah tersebut yaitu orientasi, merumuskan permasalahan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan mengevaluasi. Langkah-langkah tersebut dipilih oleh peneliti karena kelengkapan dan penggunaanya dapat mengembangkan kemampuan ilmiah anak sesuai dengan usianya dan membantu anak untuk meningkatkan kemampuan mengaplikasi dan

menganalisis pada pembelajaran IPA, sesuai dengan variabel penelitian.

6. Manfaat Metode Inkuiri

Metode inkuiri memiliki berbagai manfaat dalam suatu pembelajaran. Jerome Bruner (dalam Sanjaya, 2006: 133) mengemukakan manfaat metode inkuiri sebagai berikut (1) siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik, (2) membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru, (3) mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja


(37)

16

atas inisiatifnya sendiri, (4) mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, (5) pengajaran menjadi student centered, (6) proses belajar melalui kegiatan inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri pada anak, (7) tingkat pengharapan bertambah, (8) dapat mengembangkan bakat kemampuan individu serta dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar tradisional.

Berbagai manfaat dapat diperoleh melalui penggunaan metode inkuiri. Metode ini mampu memfasilitasi anak sebagai pembelajar yang aktif melalui pendekatan konstruktivisme. Berkenaan dengan sifat anak sebagai pembelajar yang aktif, metode ini menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir anak melalui penelitian. Selain itu, metode inkuiri dapat meningkatkan kemampuan dalam mempraktekkan metode itu sendiri dan teknik penelitiannya. Metode ini juga digunakan sebagai sarana berlatih menemukan suatu pertanyaan penelitian.

2.1.1.4 Teori Kognitif Bloom

Pendidikan sebagai salah satu proses pengembangan kemampuan siswa, memiliki tiga ranah penting dalam pembelajaran yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Ranah kognitif berfokus pada kemampuan berpikir siswa, ranah psikomotorik berfokus pada keterampilan siswa, dan ranah afektif berfokus pada sikap sosial dan spiritual siswa. Berkaitan dengan pembelajaran, menurut Supratiknya (2012: 5) tujuan belajar dan hasil belajar di sekolah lazimnya dibedakan mengikuti taksonomi tertentu. Taksonomi adalah klasifikasi atau penggolongan tentang objek atau gejala berdasarkan satu atau lebih prinsip tertentu. Taksonomi yang digunakan dalam proses kognitif adalah Taksonomi Bloom yang merupakan teori dari Benjamin Samuel Bloom. Kategori-kategori dimensi proses kognitif dalam Taksonomi Bloom yang sudah direvisi menurut Anderson dan Krathwol (2010: 99) dibagi menjadi 6 level, yaitu:

a. Mengingat

Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Kategori mengingat mencakup proses-proses kognitif mengenali, mengidentifikasi, mengingat kembali, dan mengambil.


(38)

17

b. Memahami

Memahami adalah mengkontruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Kategori proses memahami ini meliputi proses-proses kognitif menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

c. Mengaplikasi

Mengaplikasi adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. Kategori proses mengaplikasi ini meliputi proses-proses kognitif mengeksekusi, mengimplementasi, menggunakan, dan melaksanakan. d. Menganalisis

Menganalisis adalah melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antarbagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.

e. Mengevaluasi

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal dan mengritik keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal).

f. Mencipta

Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinil. Mencipta berisikan tiga proses kognitif yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

Dalam penelitian ini, variabel penelitian yang digunakan oleh peneliti mencakup dua kemampuan yaitu kemampuan mengaplikasi dan kemampuan menganalisis .


(39)

18

2.1.1.5 Kemampuan Mengaplikasi

Anderson dan Krathwohl (2010: 116) menjelaskan kemampuan

mengaplikasi adalah menggunakan prosedur-prosedur tertentu untuk menyelesaikan suatu masalah. Secara khusus, kemampuan mengaplikasi dapat dipahami sebagai kemampuan menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. Kategori mengaplikasi terdiri dari dua proses kognitif yaitu mengeksekusi dan mengimplementasikan.

1. Mengeksekusi

Mengeksekusi adalah menerapkan suatu prosedur pada tugas yang sudah familier (dikenali oleh siswa sebelumnya). Familiaritas tugas dapat memberikan petunjuk yang cukup untuk memilih prosedur yang tepat dan menggunakannya. Anderson dan Krathwohl (2010: 117) menjelaskan bahwa dalam mengeksekusi, siswa diberi tugas yang familier dan dapat dikerjakan dengan prosedur yang telah diketahui. Siswa diminta untuk mencari sendiri jawabannya atau memilih dari pilihan jawaban yang disediakan. Lantaran tugas ini menekankan prosedur penyelesaian dan jawabannya, siswa diharuskan bukan sekedar mencari jawabannya, melainkan juga menunjukkan langkah-langkah pengerjaannya. Istilah lain yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi kognitif mengeksekusi adalah melaksanakan. 2. Mengimplementasikan

Anderson dan Krathwohl (2010: 118) menjelaskan bahwa mengimplementasikan berlangsung saat siswa memilih dan menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familier (belum dikenali oleh siswa sebelumnya). Lantaran dituntut untuk memilih, siswa harus memahami jenis masalahnya dan alternatif-alternatif prosedur yang tersedia. Maka, mengimplementasikan terjadi bersama kategori-kategori proses kognitif lain, seperti memahami dan mencipta. Istilah lain yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi kognitif mengimplementasikan adalah menggunakan.


(40)

19

Oleh sebab itu, tingkat kognitif mengaplikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengeksekusi (melaksanakan) dan mengimplementasikan (menggunakan).

2.1.1.6 Kemampuan Menganalisis

Anderson dan Krathwohl (2010: 120) menjelaskan bahwa kemampuan

menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil

dan menentukan bagaimana hubungan antarbagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Tujuan-tujuan pendidikan yang diklasifikasikan dalam

menganalisis mencakup belajar untuk menentukan potongan-potongan informasi

yang relevan dan penting (membedakan), menentukan cara-cara untuk menata potongan-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentukan tujuan di balik informasi itu (mengatribusikan).

1. Membedakan

Membedakan melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur. Anderson dan Krathwohl (2010: 121) menjelaskan bahwa membedakan terjadi sewaktu siswa mendiskriminasikan informasi yang relevan dan tidak relevan, yang penting dan tidak penting, dan kemudian memerhatikan informasi yang relevan atau penting. Membedakan berbeda dengan proses-proses kognitif dalam kategori memahami, karena membedakan melibatkan proses mengorganisasi secara struktural dan terutama menentukan bagaimana bagian-bagian sesuai dengan struktur keseluruhannya. Istilah lain yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi kognitif membedakan adalah menyendirikan, memilah, memilih, dan memfokuskan. Kemampuan membedakan dapat diukur dengan soal-soal jawaban singkat atau pilihan.

2. Mengorganisasi

Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen ini membentuk sebuah struktur yang koheren. Anderson dan Krathwohl (2010: 123) menjelaskan bahwa dalam mengorganisasi, siswa membangun hubungan-hubungan yang sistematis dan koheren


(41)

20

antarpotongan informasi. Mengorganisasi biasanya terjadi bersamaan dengan proses membedakan. Siswa mula-mula mengidentifikasi elemen-elemen yang relevan atau penting dan kemudian menentukan sebuah struktur yang terbentuk dari elemen-elemen itu. Mengorganisasi juga bisa terjadi bersamaan dengan proses mengatribusikan, yang fokusnya adalah menentukan tujuan atau sudut pandang pengarang. Istilah lain untuk mengorganisasi adalah menstrukturkan, memadukan, menemukan koherensi, membuat garis besar, dan mendeskripsikan peran. Kemampuan mengorganisasi dapat diukur dengan soal jawaban singkat atau soal pilihan.

3. Mengatribusikan

Mengatribusikan terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi. Anderson dan Krathwohl (2010: 124) menjelaskan bahwa mengatribusikan melibatkan proses dekonstruksi, yang di dalamnya siswa menentukan tujuan pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru. Berkebalikan dengan menafsirkan, yang di dalamnya siswa berusaha memahami makna tulisan tersebut, mengatribusikan melampaui pemahaman dasar untuk menarik kesimpulan tentang tujuan atau sudut pandang di balik tulisan tersebut. Mengatribusikan dapat diases dengan memberikan materi tulisan atau lisan kemudian meminta siswa membuat atau memilih deskripsi tentang sudut pandang, pendapat, dan tujuan penulis atau pembicara.

Oleh sebab itu, tingkat kognitif menganalisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah memilih, mengorganisasi, dan mengatribusikan.

2.1.1.7 Pembelajaran IPA

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering dikenal dengan istilah sains. Sains menurut Sumanto dkk (dalam Putra, 2013: 40) adalah cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Ilmu Pengetahuan


(42)

21

Alam (IPA) atau science menurut Powler (dalam Samatowa, 2011: 3) adalah ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan dari hasil eksperimen atau observasi secara sistematis. Berlaku umum artinya berlaku untuk semua orang dan akan memperoleh hasil yang sama dan konsisten jika diterapkan pada semua orang. Sistematis artinya tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga menjadi satu kesatuan. Carin (dalam Amien, 1987: 4) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Sementara itu Fisher (dalam Amien, 1987: 4) menjelaskan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi. Berdasarkan teori-teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematik untuk mempelajari suatu gejala alam berupa benda atau makhluk hidup berdasarkan hasil observasi.

2.1.1.8 Materi Pernapasan Pada Manusia 1. Pengertian Bernapas

Bernapas adalah kegiatan menghirup udara dan mengeluarkan udara. Udara mengandung berbagai komponen gas, salah satunya adalah oksigen (O2). Oksigen inilah yang diperlukan oleh tubuh. Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan. Selanjutnya, pernapasan menghasilkan karbondioksida (CO2) yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Bernapas menggunakan alat-alat pernapasan (Azmiyawati, dkk, 2008: 2).

2. Organ atau alat pernapasan manusia

Alat pernapasan manusia terdiri atas hidung, tenggorokan, dan paru-paru (Azmiyawati, dkk, 2008: 2).

a. Hidung

Hidung merupakan tempat keluar masuknya udara pernapasan. Udara masuk melalui lubang hidung menuju rongga hidung. Di dalam rongga hidung terdapat rambut hidung dan selaput lendir. Rambut hidung dan selaput lendir berfungsi menyaring udara yang masuk agar bebas dari debu dan kuman.


(43)

22

Dengan demikian, udara yang kita hirup bersih dari kotoran, debu, maupun kuman penyakit. Di dalam hidung udara juga mengalami penyesuaian suhu dan kelembaban.

b. Tenggorokan (Trakhea)

Udara pernapasan dari hidung turun ke tenggorokan (trakhea). Tenggorokan merupakan sebuah saluran yang panjangnya kira-kira 9 cm. Pada tenggorokan terdapat bulu-bulu halus yang berfungsi menyaring udara dari kotoran yang masih dapat menuju ke tenggorokan. Ujung trakhea bercabang menjadi dua bagian. Cabang-cabang ini disebut bronkus. Bronkus kanan menuju paru-paru kanan, bronkus kiri menuju paru-paru kiri.

c. Paru-paru

Paru-paru berada di dalam rongga dada di atas diafragma. Diafragma adalah sekat antara rongga dada dan rongga perut. Paru-paru ada dua buah yaitu paru-paru kiri dan paru-paru kanan. Paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir. Paru-paru kanan terdiri atas tiga gelambir. Paru-paru dibungkus oleh selaput paru-paru yang disebut pleura. Di dalam paru-paru terdapat cabang-cabang bronkus yang disebut bronkiolus. Bronkiolus juga memiliki percabangan dengan jumlah sangat banyak. Cabang-cabang tersebut sangat halus dan tipis. Tiap-tiap ujung cabang membentuk kantung berdinding tipis yang disebut alveolus. Alveolus merupakan gelembung yang sangat tipis. Gelembung tersebut diselimuti pembuluh kapiler darah. Pada alveolus terjadi pertukaran gas O2 dan CO2.

Pada saat udara yang kita hirup sampai di alveolus, oksigen melewati dinding kapiler darah. Oksigen diikat oleh hemoglobin (Hb) darah. Setelah itu, darah akan mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh. Dalam tubuh, oksigen digunakan untuk proses pembentukan energi. Pada proses tersebut dihasilkan energi dan gas karbondioksida (CO2). CO2 tersebut diikat kembali oleh hemoglobin darah. Setelah itu, darah akan membawa CO2 ke paru-paru. CO2 dari paru-paru menuju tenggorokan, kemudian ke lubang hidung untuk dikeluarkan dari dalam tubuh.


(44)

23

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan 2.2.1 Penelitian tentang Metode Inkuiri

Berikut ini akan disajikan beberapa penelitian tentang metode inkuiri dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Kurniawati, Wartono, dan Diantoro (2014) meneliti pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction terhadap penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 02 Batu yang terdiri dari delapan kelas sejumlah 244 siswa. Sampel penelitian yang diambil secara random sebanyak enam kelas. Sampel penelitian ini yaitu kelas X-5 dan X-7 menggunakan pembelajaran inkuiri integrasi peer instruction (eksperimen 1) sejumlah 60 siswa, kelas X-1 dan X-3 menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing (eksperimen 2) sejumlah 60 siswa, serta kelas X-2 dan X-4 menggunakan pembelajaran konvensional (kontrol) sejumlah 60 siswa. Rancangan penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan

posttest only design. Data dianalisis dengan analisis multivariate (manova) satu

jalur dan uji lanjut LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction, pembelajaran inkuiri terbimbing, dan pembelajaran konvensional. Penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction lebih tinggi daripada pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing, khususnya integrasi peer instruction dalam pembelajaran karena dengan metode ini siswa diasah kemampuan berpikir kritisnya dan dikembangkan penguasaan konsepnya melalui eksperimen dan diskusi secara peer.

Sari (2010) melakukan penelitian tentang peningkatan kualitas pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri pada siswa kelas IV SDN I Maribaya, Karanganyar, Purbalingga. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Maribaya Karanganyar Purbalingga yang terdiri atas 4 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan serta guru. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif


(45)

24

dan data kualitatif. Sedang teknik yang digunakan adalah observasi, angket, dan tes, yang dianalisis dengan menggunakan teknik statistik deskriptif dengan menentukan mean atau rerata kelas untuk data kuantitatif dan analisis deskriptif untuk data kualitatif. Hasil penelitian ini adalah pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri pada siswa kelas IV SD Negeri I Maribaya dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan rata-rata prosentase aktivitas siswa dari 42,3% (siklus I), 58,1% (siklus II), dan 66,1 % (siklus III). Penggunaan pendekatan inkuiri oleh guru dapat meningkatkan keterampilan guru. Hal ini dilihat dari peningkatan hasil pengamatan guru dari skor 27 dengan kategori B (siklus I), skor 31 kategori A (siklus II), dan skor 36 dengan kategori A (siklus III). Pendekatan inkuiri dapat mengetahui respon siswa dalam pembelajaran IPA. Diperoleh respon dengan prosentase 71% siswa mudah memahami pelajaran, 96% siswa merasa senang, 77% siswa berani presentasi, dan 81% siswa semangat belajar. Pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata dari 56 (prasiklus), 60 (siklus I), 68 (siklus II), dan 71 (siklus III).

Wahyudin, Sutikno, dan Isa (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa". Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan memanfaatkan

software Macromedia Flash 8 Professional sebagai media pembelajaran dan

metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa. Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 14 Semarang yang terdiri dari 7 kelas. Sampel penelitian ini adalah kelas X-1 dengan jumlah siswa 40 orang yang terdiri dari 19 orang siswa putra dan 21 orang siswa putri. Peneliti memilih kelas X-1 karena dari tujuh kelas yang ada, melalui observasi awal didapatkan nilai hasil belajar rendah dan minat belajar fisika rendah. Penelitian ini dilakukan dengan metode PTK dalam dua siklus, masing-masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Data hasil belajar kognitif diperoleh melalui tes, sedangkan minat belajar siswa diperoleh melalui lembar kuisioner. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa


(46)

25

peningkatan rata-rata hasil belajar pada siklus II cukup signifikan karena secara individu siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari 13 siswa menjadi 38 siswa. Pemahaman siswa meningkat dari 60% siswa yang dinyatakan tidak paham pada siklus I menjadi 5% siswa yang dinyatakan tidak paham pada siklus II. Hasil analisis tanggapan siswa mengalami peningkatan rata-rata dari 72,90% (sebelum tindakan) menjadi 76,81% (sesudah tindakan). Secara keseluruhan nilai yang diperoleh untuk setiap indikator dalam angket mengalami peningkatan. Jadi, penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dengan berbantuan multimedia dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa kelas X-I semester 2 SMA Negeri 14 Semarang.

2.2.2 Penelitian Tentang Proses Kognitif

Penelitian Lestari (2010) bertujuan untuk mengetahui perbedaan penggunaan media timeline terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada pelajaran IPS kelas V SD Kanisius Sorowajan tahun ajaran 2013/2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimental tipe non-equivalent control

group design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan yang

signifikan dalam penggunaan media timeline terhadap kemampuan mengaplikasi, ditunjukkan dengan Sig. (2-tailed) < 0,05 yaitu 0,012 dan (2) terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan media timeline terhadap kemampuan

menganalisis, ditunjukkan dengan Sig.(2-tailed) < 0,05 yaitu 0,000. Dari kedua

harga Sig.(2-tailed) tersebut dapat dipahami bahwa maka Hnull ditolak dan Hi

diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan dalam penggunaan media timeline terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis.

Yusmaridi, Ratnawulan, dan Fauzi (2012) melakukan penelitian tentang penerapan metode resitasi berwawasan lingkungan dalam pembelajaran kooperatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep dan mengembangkan kompetensi afektif siswa SMP Negeri 2 Padang. Populasi penelitan ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padang, dengan sampel sebanyak 31 siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian ini dideskripsikan berdasarkan perolehan data penguasaan konsep dan data


(47)

26

kompetensi afektif setiap siklus. Nilai penguasaan konsep meningkat dari 72,8 pada siklus I menjadi 89,3 pada siklus II dengan kata lain KKM pada siklus I belum tuntas dan KKM pada siklus II sudah tuntas. Peningkatan penguasaan konsep juga diiringi dengan peningkatan kompetensi afektif dari 53,6% dengan kriteria C pada siklus I menjadi 82,8% dengan kriteria A pada siklus II. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan metode resitasi berwawasan lingkungan dalam pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kompetensi afektif siswa dalam pembelajaran fisika pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padang.

Sochibin, Dwijananti, dan Marwoto (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin untuk Peningkatan Pemahaman dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SD”. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan masalah penelitian yaitu rendahnya pemahaman dan keterampilan berpikir kritis siswa SD. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan memahami dan keterampilan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode inkuiri. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV semester gasal SDN Sekaran 01 Gunungpati Semarang tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 44 anak. Hasil penelitian yang telah dilakukan selama dua siklus menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran inkuiri terpimpin dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas IV mengenai pokok bahasan air dan sifatya dan (2) menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengklasifikasikan, mengamati, meminimalkan kesalahan, dan menyimpulkan hasil pengamatan.

Penelitian-penelitian relevan tersebut menggunakan populasi siswa SD, SMP, dan SMA. Beberapa penelitian menggunakan metode inkuiri sebagai variabel independen penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode inkuiri berpengaruh terhadap variabel dependen. Meskipun demikian, belum banyak penelitian yang menggunakan variabel dependen berupa kemampuan

mengaplikasi dan menganalisis. Hal ini dibuktikan melalui beberapa hasil

penelitian relevan tentang proses kognitif yang terbatas pada kemampuan memahami dan penguasaan konsep. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap


(48)

27

kemampuan mengaplikasi dan menganalisis siswa kelas V di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

2.2.3 Literature Map

2 3 4

5 6

Gambar 2.2 Bagan Hasil Penelitian yang Relevan

2.3 Kerangka Berpikir

Teori kognitif Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif anak usia SD masuk pada tahap operasional konkret. Hal tersebut ditandai dengan penerapan aturan yang logis dan jelas. Untuk mendukung perkembangaan kognitif anak, diperlukan metode pembelajaran yang tepat. Metode yang diduga tepat digunakan dalam pembelajaran sesuai perkembangan anak adalah metode inkuiri.

Lestari (2010)

Media Timeline – Kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis

Kurniawati, Wartono, dan Diantoro (2014)

Metode Inkuiri Terbimbing Terintegrasi Peer Instruction – Konsep dan Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa

Yusmaridi, Ratnawulan dan Fauzi (2012)

Metode Resitasi Berwawasan Lingkungan – Penguasaan Konsep dan Kompetensi Afektif

Siswa Sari (2010)

Metode Inkuiri – Keaktifan siswa, Keterampilan Guru, dan Hasil Belajar Siswa

Sochibin, Dwijananti, dan Marwoto (2009)

Metode Inkuiri Terpimpin – Meningkatkan Kemampuan Memahami dan Menumbuhkan

Keterampilan Berpikir Kritis Wahyudin, Sutikno, dan Isa (2010)

Pembelajaran Berbantuan Multimedia dengan Metode Inkuiri Terbimbing – Minat dan

Pemahaman Siswa

Yang akan diteliti :

Metode Inkuiri - Kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis


(1)

172

Lampiran 4.12 Transkrip Wawancara Guru

Hari/Tanggal : Jumat, 14 Agustus 2015

Baris Wawancara ke-1 Keterangan 1 P : Apakah sebelumnya Ibu sudah pernah menggunakan metode inkuiri

terbimbing dalam pembelajaran IPA?

3 G : Belum pernah. Kalau inkuiri yang terbimbing belum pernah. Inkuiri belum pernah digunakan (W G B3) 4 P : Apakah terdapat kesulitan yang Ibu temui saat menggunakan metode

inkuiri terbimbing?

6 G : Karena ini pertama kali saya lakukan, jadi agak mengalami kesulitan. Apalagi inkuiri terbimbing, karena biasanya kalau eksperimen ya eksperimen biasa ya, menggunakan LKS mereka melakukan proses percobaan kemudian melakukan kesimpulan, jadi tidak ada hipotesis rumusan masalah itu tidak dilakukan di awal percobaan.

Agak mengalami kesulitan, karena pertama kali digunakan (W G B6 – 10) 11 P : Bagaimanakah pendapat Ibu mengenai proses pembelajaran

menggunakan metode inkuiri terbimbing?

13 G : Menurut saya cukup menarik karena anak-anak diminta untuk lebih aktif, kemudian lebih bisa berpikir kritis. Jadi mereka lebih siap untuk mengikuti pembelajaran saat itu karena mereka menemukan dulu masalahnya, merumuskan masalah dan hipotesisnya.

Antusias dengan metode inkuiri yang menarik. (W G B13 – 16) 17 P : Apakah metode inkuiri terbimbing efektif jika diterapkan dalam

pembelajaran IPA?

19 G : Saya rasa cukup efektif Inkuiri cukup efektif diterapkan 20 P : Apakah Ibu pernah menggunakan metode lain selain dengan metode

inkuiri terbimbing? Jelaskan!

22 G : Ya itu tadi menggunakan eksperimen percobaan tetapi belum menggunakan rumusan masalah dan hipotesis belum. Jadi cuma sekedar diberikan LKS, langkah kerja, kemudian apa yang akan kita lakukan saat itu, manfaatnya apa, kemudian setelah menyelesaikan percobaan, mereka mengambil kesimpulan.

Kadang melakukan percobaan, tetapi bukan seperti inkuiri

(W G B22 – 26). 27 P : Bagaimana pembelajaran di kelas kontrol yang menggunakan metode

ceramah?

29 G : Menurut saya tidak ada masalah. Jadi tergantung penyampaian juga. Jadi kalau kita bisa menyampaikan dengan manarik, mereka pasti akan lebih bisa memahami.

Tidak terdapat masalah dalam menyampaikam materi

32 P : Apa saran Ibu untuk pembelajaran menggunakan metode inkuiri terbimbing?

34 G : Sarannya, mungkin lebih disosialisasikan dahulu metode ini karena jarang dipakai dan digunakan. Jadi biasanya cuma LKS, lembar tugas, eksperimen kemudian kesimpulan. Tidak pernah membahas rumusan masalahnya dulu. Jadi mungkin lebih bisa disosialisasikan dan lebih didalami lagi tentang metode ini.

Inkuiri penting untuk

disosialisasikan (W G B34 – 38)


(2)

173

Lampiran 5.1 Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran Kelompok Eksperimen


(3)

(4)

175


(5)

176


(6)

177

CURRICULUM VITAE

Dea Fradistya Ritmawanti merupakan anak pertama dari

pasangan Daniel Bambang Prihatmawan dan Esternita

Surit Lumiyati. Lahir di Gunungkidul pada tanggal 28

Mei 1994. Pendidikan dimulai dari TK Pelita Kasih

Ponjong, pada tahun 1999-2000 kemudian pendidikan

dilanjutkan di Sekolah Dasar Negeri Ponjong III pada

tahun 2000-2006. Peneliti melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Ponjong pada tahun

2006 sampai tahun 2009. Peneliti kemudian menempuh

pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Wonosari

pada tahun 2009 dan lulus pada tahun 2012. Peneliti melanjutkan pendidikan di

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma pada

tahun 2012. Selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma banyak

kegiatan kemahasiswaan yang telah diikuti. Kegiatan-kegiatan tersebut

diantaranya sebagai berikut:

No Nama Kegiatan Tahun Peran 1 Inisiasi Universitas Sanata Dharma 2012 Peserta

2 English Club Program 2012-2014 Peserta

3 Inisiasi Fakultas 2012 Peserta 4 Story Telling and Writing Contest antar mahasiswa PGSD se-Jawa 2012 Peserta 5 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I dan II 2013 Peserta 6 Kursus Pembina Pramuka Mahir Dasar (KMD) 2013 Peserta 7 Inisiasi Mahasiswa Baru PGSD (Insipro PGSD) 2013 2013 Sie. Acara 8 Seminar “Learning from the past for a better future: We and the

1965 tragedy” 2013 Peserta

9 Week-end Moral 2013 Peserta

10 Program Kreativitas Mahasiswa “Klinik BATU SAPALET: Baca Tulis dengan Sandpaper Latters”

2013 Peserta

11 Malam Kreativitas PGSD 2013 2013 Co. Lomba 12 Workshop Wirausaha Muda Mandiri 2013 Peserta 13 Pekan Kreativitas dan Malam Kreativitas Mahasiswa PGSD 2014 2014 Acara 14 Komisi Pemilihan Umum HMPS PGSD Periode 2014 2014 Anggota 15 Studium Generale: “Family Problems and Children’s Motivation

to Learn” 2014 Peserta

16 Kuliah Umum: “Mental Healt in Children: Theory and Research” 2014 Peserta 17 Pandu Konservasi Lingkungan 2014 Fasilitator 18 Kegiatan “Eksperimen Mata Rantai Alam” (FOKAL dan WALHI) 2014 Pemandu

anak-anak 19 Kuliah Umum “Diseminasi Hasil Magang Dosen: Curriculum

Cambridge

2014 Peserta

20 Kuliah Umum “Diseminasi Hasil Magang Dosen: Pendidikan

Luar Biasa” 2014 Peserta

21 Inisiasi Mahasiswa Baru PGSD (Insipro PGSD) 2014 2014 Kabid Acara 22 Penguasaan Bahasa Inggris Aktif 2014 Peserta

22 Sympisium On Biology Education 2015 2015 Pemakalah


Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

0 2 210

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami mata pelajaran IPA siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 199

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 3 175

Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 210

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

0 2 151

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 162

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 1 170

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta

0 0 149

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta

0 3 160

Pengaruh penggunaan metode Inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis mata pelajaran IPA SD Bopkri Gondolayu Yogyakarta - USD Repository

0 0 169