12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan tentang kajian teori pendidikan karakter dan kajian penelitian yang relevan.
A. Hakikat Pendidikan Karakter
1. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter
Menurut Peraturan Pemerintah Tahun 2010 tentang Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025 disebutkan
bahwa Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik
terhadap lingkungan yang terpateri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah
hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang
yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.
Menurut Michael Novak dalam Lickona, 2013: 81 karakter merupakan “campuran kompatibel dari seluruh kebaikan yang
diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah.” Prayitno 2011:
47 mendefinisikan karakter sebagai sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam
standar nilai dan norma yang tinggi. Definisi karakter menurut Gunawan 2012: 3-4:
“Karakter adalah perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma,
budaya, dan adat istiadat.
”
Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik-kebiasaan
dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan Lickona, 2013: 82. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
karakter adalah kecenderungan individu dalam berpikir, berperasan, dan bertindak yang didasari oleh nilai-nilai luhur.
Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, akhlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral,
berkonotasi positif bukan netral. Sedangkan Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008 merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri dalam
diri dan terjawantahkan dalam perilaku. Proses perkembangan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh
banyak faktor yang khas yang ada pada orang yang bersangkutan yang juga disebut faktor bawaan nature dan lingkungan nurture dimana
orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Faktor bawaan boleh dikatakan berada di luar jangkauan masyarakat dan individu untuk
mempengaruhinya. Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang berada pada jangkauan masyarakat dan individu. Jadi usaha
pengembangan atau pendidikan karakter seseorang dapat dilakukan oleh masyarakat atau individu sebagai bagian dari lingkungan melalui
rekayasa faktor lingkungan. Berbicara mengenai karakter terkadang tidak bisa kita lepaskan
dari pemahaman mengenai etika, norma, moral, budi pekerti dan nilai. Bertens Adisusilo, 2012: 54 etika mengandung multi arti. Etika dalam
arti seperangkat nilai atau norma yang menjadi pegangan hidup seseorang atau sekolompok orang dalam dalam bertingkah laku.
Sastrapratedja Adisusilo, 2012: 54 Moral merupakan sistem nilai tentang bagaimana seseorang seharusnya hidup secara baik sebagai
manusia. Budi pekerti berarti tingkah laku atau perbuatan yang sesuai dengan akal sehat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal
itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermartabat.
Pendidikan karakter adalah segala usaha yang dilakukan secara sunguh-sungguh untuk membantu orang lain untuk memahami, peduli
dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai etika. Menurut Samani Hariyanto 2012: 45:
“Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter
dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan karsa. ”
Definisi lainnya dikemukakan oleh Gaffar Kesuma, 2012: 5 yaitu
semua proses
transformasi nilai-nilai
kehidupan untuk
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam prilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga
ide pemikiran penting, yaitu: 1 proses transformasi nilai-nilai, 2 ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3 menjadi satu dalam
perilaku. Kemendiknas 2010: 15 mengungkapkan bahwa pendidikan
karakter sebagai usaha yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan pada peserta didik
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, pendidikan karakter sebagai upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik good
character berlandaskan kebajikan-kebajikan inti core virtues yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat.
Berdasarkan grand design yang dikembangkan kemendiknas 2010, secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu
merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik dalam konteks interaksi sosial kultural dalam
keluarga, sekolah, dan masyarakat dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-
kultural tersebut dapat dikelompokan dalam: Olah Hati Spiritual and
emotional, Olah Pikir Intellectual development, Olah Raga dan Kinestetik Physical and kinesthetic development, dan Olah Rasa Karsa Affective and
Creativity development yang secara diagramatik dapat di lukiskan seperti pada gambar 1.
Gambar 1. Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter tentunya memiliki makna yang lebih tinggi
dari pada pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar ataupun salah, tetapi bagaimana
menanamkan kebiasaan atau habbit tentang hal-hal yang baik dalam
kehidupan, sehingga peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi untuk menerapkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Fokus utama pendidikan karakter terletak pada penerapan pada nilai-nilai luhur dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh Sebab itu
Apabila ada seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang dan kejam maka akan dikatakan sebagai orang yang memiliki karaktrer yang buruk,
sedangkan orang yang berperilaku baik, jujur, dan suka mengasihi orang lain dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter yang baik.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa manusia itu unik sehingga memiliki karakter yang unik pula. Tentunya istilah karakter berkaitan
erat dengan kepribadian Personality seseorang, sehingga orang tersebut dapat dikatakan orang yang berkarakter jika perilakunya sesuai dengan
etika dan moral. Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin seseorang memahami secara sadar pentingnya nilai-nilai karakater. Bisa jadi
perbuatan baik sebelumnya dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena betapa tingginya penghargaan pribadi tersebut terhadap
nilai-nilai karakter. Dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Tahun
2010 ditegaskan bahwa pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter. 2. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku.
3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.
4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian. 5. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan
perilaku yang baik. 6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang
yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.
7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik. 8. Memfungsikan seluruh staff sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.
9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.
11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter posisitf dalam kehidupan peserta
didik.
2. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP