Evaluasi Pendidikan Karakter SMP Stella Maris Tangerang, Banten

memetik nilai- nilai yang berkaitan dengan pendidikan karakter.” B2. MPK. G.BI Selain itu guru lain juga mengatakan bahwa: “Karena saya mengajar dibidang pendidikan jasmani tentunya saya menyampaikan muatan karakter dalam bentuk permainan-permainan. Bentuk permainan tersebut di antaranya dengan kreatifitas leadernya. Saya berusaha untuk memberikan arahan pada masing-masing leader sehingga dengan kreatifitas yang mereka miliki mereka dapat mengatur jalannya pertandingan dan permainan yang saya berikan.” B2. MPK. G.O Berdasarkan keterangan dari narasumber terlihat jelas bahwa para guru selaku guru mata pelajaran benar-benar menyesuaikan karakteristik mata pelajaran yang mereka ampu dengan penyampaian nilai-nilai karakter. Hal ini membuktikan adanya kesesuaian antara penyampaian metode pembelajaran dengan karakteristik mata pelajaran.

4. Evaluasi Pendidikan Karakter SMP Stella Maris Tangerang, Banten

Terdapat tiga kegiatan utama berjalannya suatu program, yakni perencanaan, proses dan hasil. Perencanaan selalu dilakukan di bagian awal untuk mengkonsep suatu program, proses merupakan tahapan di mana program tersebut dijalankan sehingga tahapan terakhir didapatlah hasil dari pelaksanaan program tersebut. Perlu diadakan sebuah tinjauan atas setiap program yang dilakukan dan tinjauan tersebut dapat disebut dengan istilah evaluasi. Evaluasi berfungsi untuk melihat dan mengukur seberapa besar perubahan itu terjadi dan efektifitas dari terselenggaranya suatu program. Pada sub sebelumnya telah dijelaskan singkat mengenai evaluasi hasil belajar siswa. Kini evaluasi yang mau dibahas pada bab ini lebih mengarah pada evaluasi pendidikan karakter yang telah dimulai dari tahapan perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi pendidikan karakter merupakan tindakan yang sangat penting untuk dilakukan berkaitan dengan ketercapaian hasil yang ingin didapatkan. Tentunya evaluasi dilakukan untuk terus menemukan perubahan dan pembenahan ke arah yang lebih baik lagi. Berikut kesimpulan wawancara guru tentang evaluasi pendidikan karakter: a. Guru secara langsung mengamati perilaku anak di kelas. Pada dasarnya guru harus mampu membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didiknya dalam proses pembelajaran untuk itu guru dituntut untuk mengenal lebih dekat kepribadian dan karakter peserta didiknya. Proses memperkirakan keadaan siswa adalah langkah awal untuk mengetahui lebih lanjut kondisi siswa untuk kemudian dievaluasi keberlanjutan dan kesiapannya, diharapkan jika guru telah mengetahui betul kondisi siswanya akan mempermudah memberikan meteri pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat siswa. Berikut penuturan salah seorang guru: “Kalau saya lebih pada mengamati. Si anak berulah hari apa ini. Misalnya langsung saya panggil lalu ada pendekatan tertentu disitu. Lalu untuk hukuman, biasanya saya tawarkan pada anak. Hukuman itu diharapkan bisa membuat anak melakukannya dengan tidak berat hati tetapi benar-benar bahwa anak itu menyadari bahwa dia salah. Jadi dia harus melakukan hukuman itu.”B3. KPK. G.BI Evaluasi yang dilakukan oleh para guru mengenai proses pendidikan karakter pada sub bab ini menjelaskan bahwa guru selalu melakukan pengamatan atau mengobservasi kegiatan sehari-hari siswa. Kegiatan itu bisa diamati saat berada di dalam kelas ataupun berada di luar kelas. Contoh yang diberikan oleh subjek 3 mengenai perilaku siswa adalah perilaku yang tidak pantas untuk dilakukan. Perilaku yang tidak pantas untuk dilakukan akan berbuah hukuman. Hukuman yang diberikan mengandung dua buah kategori yakni, hukuman ringan dan hukuman berat. Sifat hukuman tersebut berdasarkan pandangan subjektif guru. Apabila hukuman tersebut bersifat ringan maka akan diberikan sanksi yang kecil biasanya peserta didik yang memilih hukuman apa yang pantas bagi dirinya. Sedangkan, hukuman yang bersifat berat maka sanksi yang diberikan langsung berhubungan dengan peraturan sekolah. Sanksi yang diberikan diharapkan mampu menyadarkan peserta didik bahwa perbuatan yang telah dilakukannya adalah salah dan menimbulkan efek jera. Dalam sanksi yang diberikan sebenarnya juga mau mengisyaratkan pesan guru yang bersangkutan untuk jangan mengulangi perbuatan tersebut dan jadilah peserta didik yang berbudi luhur. Berdasarkan penuturan yang dilakukan oleh guru terkait dengan kesimpulan pertama mengenai guru secara langsung mengamati perilaku anak di kelas merupakan langkah yang tepat dan perlu untuk dilakukan bahwa memperhatikan sikap dan suasana hati peserta didik adalah salah satu langkah hasil mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah. b. Memberikan teguran pada anak, apabila tidak berhasil akan diberlakukan sistem poin modifikasi perilaku. Sanksi yang diberikan oleh SMP Stella Maris, terkait pelanggaran di sekolah cukuplah ketat. Semua itu dapat dirujuk dari dokumen sekolah mengenai diberlakukannya sistem kartu point berupa testimoni dan point modifikasi perilaku. Sistem testimoni akan dibahas pada kesimpulan berikutnya dan saat ini, sistem yang akan dibahas adalah sistem point modifikasi perilaku. Salah seorang guru memaparkan: “ Siswa-siswa yang mengalami masalah dalam karakter seperti ribut di kelas, kurang menghargai guru dan teman, melanggar tata tertib sekolah biasanya akan diberlakukan sistem poin khusus yang dikenal dengan istilah poin modifikasi perilaku. Apabila poin anak melebihi dari 100 maka selama 1 hari mereka akan live in di panti asuhan dan panti jompo untuk sekedar membantu disana ataupun berbincang-bincang bersama. Melalui proses tersebut diharapkan mereka mampu untuk berubah dengan melihat kenyataan hidup yang ada. Biasanya sepulang dari panti memang terlihat ada perubahan yang terjadi pada diri siswa dalam karakternya. Di sinilah letak keungguglan dari poin modifikasi perilaku yang mampu merubah karakter siswa. ”B3. KPK. G.F Peneliti beranggapan bahwa kartu point modifikasi perilaku merupakan salah satu cara yang efektif untuk membantu anak memahami realita kehidupan sekaligus belajar bersikap. Pemahaman mengenai karakter yang dimiliki setiap orang berbeda-beda, ada orang-orang yang belajar dari buku ataupun dari ceramah sudah dapat menemukan makna, fungsi dan manfaat nilai-nilai karakter dalam hidupnya, tetapi ada juga sejumlah orang yang perlu mengerti dengan terjun langsung ke masyarakat untuk menemukan nilai-nilai kehidupan. Sistem poin modifikasi perilaku yang diangkat oleh SMP Stella Maris membawa para peserta didiknya sampai pada pemahaman tersebut. Tinggal selama 1 hari bersama orang-orang yang berada di panti asuhan ataupun panti jompo membuat peserta didik tergerak hatinya untuk menemukan pengalaman yang belum pernah dialaminya lalu direfleksikan. Proses pengalaman inilah yang perlu diangkat bahwa kenyataanya sistem ini sangat efektif dan dapat dilihat langsung perubahan yang terjadi pada diri anak. Capaian hasil seperti inilah yang perlu digaris bawahi dan terus diamati perkembangannya untuk semakin meningkatkan kualitas pendidikan karakter di SMP Stella Maris. c. Diberlakukakannya sistem kartu point testimoni sebagai sistem penilaian relasi horizontal. Sistem penilaian sikap yang diberlakukan oleh SMP Stella Maris dilakukan dengan sistem dua arah, maksudnya selain guru yang secara langsung menilai pribadi peserta didik ternyata teman-teman yang berada dalam satu lingkungan kelas juga turut menilai satu sama lainnya. Penilaian yang dilakukan antar teman inilah yang dinamakan sistem kartu point testimoni. Penilaian ini tentunya hanya mengangkat nilai-nilai positif dari salah seorang teman yang menjadi objek penilaian. Peneliti melihat cara yang demikian akan membuat penilaian yang objektif terhadap diri peserta didik. Hal itu disebabkan guru yang notabene memiliki wewenang untuk menilai sikap positif dan negatif siswa terbantu dengan adanya paradigma peserta didik lain terhadap objek penilaian . “Testimoni ini juga merupakan sebuah kartu dimana siswa dapat menilai sesama siswa yang ada, tentunya nilai-nilai yang positif dan sikap seperti apa yang perlu diubah oleh teman yang ingin kita nilai. Saya juga menekankan pada anak-anak untuk tidak membicarakan hal yang bersi fat negatif disana.” B3. KPK. G.O Sistem kartu point testimoni, selain berfungsi untuk menilai salah seorang teman dikelas, kartu ini juga berperan bagus dalam membangun paradigma positif siswa. Kartu testimoni, ternyata secara implisit juga bermaksud untuk mengembangkan kemampuan berpikir positif terhadap orang lain dan menghargai orang lain. Cara ini adalah metode pengembangan pendidikan karakter dua arah yang sama-sama meningkatkan pemahaman positif kedua penggunanya. Pertama, bagi objek yang mendapat penilaian atau masukan dari teman-teman yang ada dikelasnya. Kedua, bagi subjek yang memberikan penilaian positif kepada teman yang dinilai. d. Perubahan karakter anak dapat dilihat dari kebiasaan setiap harinya. Berdasarkan hasil penuturan beberapa guru, perubahan karakter yang terjadi pada diri peserta didik terlihat ketika guru memberikan pelajaran di kelas yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu atau diajar oleh guru yang bersangkutan. Perubahan yang telah dituturkan oleh guru tersebut belum memiliki dasar yang kuat dan memiliki kepastian bahwa karakter anak pasti akan baik. Perlu latihan dan pembiasaan habbit yang berulang-ulang untuk bisa mengatakan bahwa karakter anak yang bersangkutan adalah baik adanya. “Pohon itu kan dikenal dari buahnya, demikian pula anak. Perubahan karakter itu dikenal dari perbuatannya setiap hari. Nah setiap hari kita melihat dia yang tadinya biasanya terlambat lalu kita melakukan pendampingan dan akhirnya datangnya lebih tepat waktu. Nah itulah namanya buah. Buah dari tingkah laku dan pembentukan karakter.”B3. KPK. G.BK Peserta didik memiliki kesadaran penuh dalam menentukan sikap apa yang diambilnya. Kesadaran penuh tersebut dapat menggerakkan peserta didik untuk mengambil sikap yang sesuai dengan dirinya. Sikap tersebut akan mengarahkannya untuk selalu melakukan atau tidak. Disinilah letak pembentukan karakter siswa yang dilandaskan oleh kesadaran penuh dalam olah pikir, olah rasa, olah hati dan olah raga. Berawal dari tindakan yang tidak mampu menjadi mampu, tidak mau menjadi mau, tidak bisa menjadi bisa, dan ragu-ragu menjadi yakin, hal demikianlah yang menjadi buah karakter dari hasil pendidikan yang selama ini dibangun dan dijalani. Guru mengambil contoh yang sangat sederhana dimana peserta didik yang sering datang terlambat kemudian diberikan pendampingan hingga akhirnya datang tepat waktu, disinilah letak nilai karakter disiplin telah dihidupi oleh peserta didik yang bersangkutan. Kehidupan pribadi seseorang adalah fluktuatif atau naik turun, misalkan peserta didik tersebut datang terlambat kembali ke sekolah tidak bisa dikatakan pendidikan karakter gagal. Para guru perlu melakukan perhitungan yang lebih cermat untuk melihat setelah diberi pendampingan aspek mana yang jauh berkembang, tepat waktu ataukah terlambat.

5. Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang,