Evaluasi keterlaksanaan dan hambatan pendidikan karakter di SMP (Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten tahun ajaran 2013/2014).

(1)

ABSTRAK

EVALUASI KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP

(Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014)

Sandy Adityo Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan dan hambatan pedidikan karakter di SMP yang meliputi: (1) Perencanaan Pendidikan Karakter, (2) Pelaksanaan Pendidikan Karakter, (3) Evaluasi Pendidikan Karakter, (4) Hambatan Pendidikan Karakter, (5) Usaha-Usaha Sekolah Mengatasi Hambatan Pendidikan Karakter.

Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang guru mata pelajaran, satu orang guru BK dan kepala sekolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dan analisis data digunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter yang dilakukan oleh empat orang guru mata pelajaran, satu orang guru BK dan kepala sekolah sudah terlaksana dengan baik. Sebelum kegiatan pembelajaran, keempat guru telah menyusun perangkat pembelajaran yang berwawasan pendidikan karakter dengan melakukan penyesuaian bahan pengajaran dengan nilai karakter yang akan disampaikan. Dalam merancang pendidikan karakter sekolah mengkombinasikan peraturan pemerintah dan visi-misi sekolah untuk melihat dan menjawab kebutuhan sekolah. Sebelum memberikan materi pembelajaran, guru-guru menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang terkandung muatan nilai-nilai karakter berdasarkan 12 nilai karakter unggulan Stella Maris. Pelaksanaan pendidikan karakter diselenggarakan dengan kolaborasi antara guru dan peserta didik; peserta didik dan peserta didik. Evaluasi pendidikan karakter yang dilakukan adalah dengan mengamati perilaku peserta didik, memberlakukan sistem point modifikasi perilaku dan sistem point testimoni serta melihat kebiasaan peserta didik sehari-hari di sekolah. Hambatan pendidikan karakter terkait dengan sikap orang tua yang membiarkan anaknya bersikap semaunya, membela perilaku salah anaknya dan kecenderungan menghina teman yang lemah kemampuan kognitifnya. Usaha mengatasi hambatan pendidikan karakter adalah dengan memberi tahu langsung peserta didik mengenai sikap apa yang perlu mereka ambil, supaya tidak terjadi kebingungan antara apa yang dikatakan oleh guru dan orang tua, diberlakukannya sistem point, pemberian hukuman dan yang paling penting dari semua itu adalah adanya tindakan preventif yang diberikan oleh sekolah. Kata kunci: Pendidikan Karakter, Sekolah, Guru, Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan.


(2)

EVALUATION OF IMPLEMENTATION AND OBSTACLES ON CHARACTER EDUCATION IN JUNIOR HIGH SCHOOL

(Evaluation Study of Implementation and Obstacles on Character Education in Stella Maris Junior High School, Tangerang, Banten, Academic Year 2013/2014)

Sandy Adityo Sanata Dharma University

2015

This was a descriptive research with qualitative approach. The goal of this research was to know the implementation and obstacles on character education in junior high school including: (1) Character Education Plan, (2) Character Education Implementation, (3) Character Education Evaluation, (4) Character Education Obstacles, (5) The School’s Efforts to Overcome Character Education Obstacles.

The subject in this research were four teachers, counselor, and headmaster. The use of instrument was interview. Data collected by using interviews and The source triangulation was used to check the data validity.

The result of this research showed that character education plan and implementation done by four teachers, counselor, and headmaster have done well. Before doing the learning activity, the four teachers had set a character education conception of learning equipment through adapting the teaching material with the character value that would be delivered. In setting character education, the school combined the government rule and the school’s visions to know and answer the school’s need. Before giving learning material, the teachers set a syllabus and lesson plan that had the character values based on Stella Maris’ 12 excellent character values. Character education implementation did through collaboration between teacher and students; students and students. Character education evaluation did by observing students’ behavior, applying behavior modification point system and testimony point system, and seeing students’ habit in the school. Character education obstacles related to the parents’ habit that let their child behave disordered, supported the wrong child’s behavior, and tend to humiliate his/her friend who had weakness in cognitive aspect. The efforts to overcome the obstacles were giving direct notice to students towards the behavior they should have done. In order to avoid confusing information what the teacher and the parents said, the school applied point system, give punishment, and the most important was the school gave preventive action.

Keywords: Character Education, School, Teacher, Evaluation of Implementation and Obstacles.


(3)

i

EVALUASI KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN

PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP

(Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di

SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Sandy Adityo NIM: 111114034

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN MOTTO

“Nilai dari seseorang itu di tentukan dari keberaniannya memikul

tanggungjawab, mencintai hidup dan pekerjaannya

(Kahlil Gibran)

“Kemajuan bukanlah semata-mata perbaikan dari masa silam,

kemajuan adalah bergerak maju menuju masa depan”

(Kahlil Gibran)

“Tujuan tanpa perencanaan hanyalah sebuah harapan”

(Larry Elder)


(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Hasil Karya ini Sandy persembahkan bagi...

Sang Teladan Kehidupan, Cinta, dan Kebijaksanaan

Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa membawa pada titik pengenalan diri seutuhnya atas kerja keras dan kesadaran terhadap berbagai kepedulian.

Bagi semua orang terdekat yang senantiasa memberikan dukungan, perhatian, semangat dari awal hingga akhir proses perjalanan pendidikan ini

Orang tua tercinta, Ibu Veronika Krismayati,

Kakek dan Nenek

Petrus Soehardi, Rosa Delima Mentasir Anggota keluarga besarku

Cik Wat, Wak Yus, Wak Titin, Irene, Geral, Della, Aldo

Bagi pasanganku yang senantiasa bersama membantu dan setia mendampingi dalam serangkaian ceritera hidup saat ini

Elisabet Rubiningsih

Beserta para sahabat dan teman-teman dekatku dimanapun mereka berada yang mendoakan dan mendukung perjalananku.


(8)

vi

HALAMAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Juni 2015 Penulis


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Sandy Adityo

Nomor Mahasiswa : 111114034

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

EVALUASI KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP

(Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 18 Juni 2015 Yang menyatakan


(10)

viii ABSTRAK

EVALUASI KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP

(Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014)

Sandy Adityo Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan dan hambatan pedidikan karakter di SMP yang meliputi: (1) Perencanaan Pendidikan Karakter, (2) Pelaksanaan Pendidikan Karakter, (3) Evaluasi Pendidikan Karakter, (4) Hambatan Pendidikan Karakter, (5) Usaha-Usaha Sekolah Mengatasi Hambatan Pendidikan Karakter.

Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang guru mata pelajaran, satu orang guru BK dan kepala sekolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dan analisis data digunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter yang dilakukan oleh empat orang guru mata pelajaran, satu orang guru BK dan kepala sekolah sudah terlaksana dengan baik. Sebelum kegiatan pembelajaran, keempat guru telah menyusun perangkat pembelajaran yang berwawasan pendidikan karakter dengan melakukan penyesuaian bahan pengajaran dengan nilai karakter yang akan disampaikan. Dalam merancang pendidikan karakter sekolah mengkombinasikan peraturan pemerintah dan visi-misi sekolah untuk melihat dan menjawab kebutuhan sekolah. Sebelum memberikan materi pembelajaran, guru-guru menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang terkandung muatan nilai-nilai karakter berdasarkan 12 nilai karakter unggulan Stella Maris. Pelaksanaan pendidikan karakter diselenggarakan dengan kolaborasi antara guru dan peserta didik; peserta didik dan peserta didik. Evaluasi pendidikan karakter yang dilakukan adalah dengan mengamati perilaku peserta didik, memberlakukan sistem point modifikasi perilaku dan sistem point testimoni serta melihat kebiasaan peserta didik sehari-hari di sekolah. Hambatan pendidikan karakter terkait dengan sikap orang tua yang membiarkan anaknya bersikap semaunya, membela perilaku salah anaknya dan kecenderungan menghina teman yang lemah kemampuan kognitifnya. Usaha mengatasi hambatan pendidikan karakter adalah dengan memberi tahu langsung peserta didik mengenai sikap apa yang perlu mereka ambil, supaya tidak terjadi kebingungan antara apa yang dikatakan oleh guru dan orang tua, diberlakukannya sistem point, pemberian hukuman dan yang paling penting dari semua itu adalah adanya tindakan preventif yang diberikan oleh sekolah. Kata kunci: Pendidikan Karakter, Sekolah, Guru, Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan.


(11)

ix ABSTRACT

EVALUATION OF IMPLEMENTATION AND OBSTACLES ON CHARACTER EDUCATION IN JUNIOR HIGH SCHOOL

(Evaluation Study of Implementation and Obstacles on Character Education in Stella Maris Junior High School, Tangerang, Banten, Academic Year 2013/2014)

Sandy Adityo Sanata Dharma University

2015

This was a descriptive research with qualitative approach. The goal of this research was to know the implementation and obstacles on character education in junior high school including: (1) Character Education Plan, (2) Character Education Implementation, (3) Character Education Evaluation, (4) Character Education Obstacles, (5) The School’s Efforts to Overcome Character Education Obstacles.

The subject in this research were four teachers, counselor, and headmaster. The use of instrument was interview. Data collected by using interviews and The source triangulation was used to check the data validity.

The result of this research showed that character education plan and implementation done by four teachers, counselor, and headmaster have done well. Before doing the learning activity, the four teachers had set a character education conception of learning equipment through adapting the teaching material with the character value that would be delivered. In setting character education, the school combined the government rule and the school’s visions to know and answer the school’s need. Before giving learning material, the teachers set a syllabus and lesson plan that had the character values based on Stella Maris’ 12 excellent character values. Character education implementation did through collaboration between teacher and students; students and students. Character education evaluation did by observing students’ behavior, applying behavior modification point system and testimony point system, and seeing students’ habit in the school. Character education obstacles related to the parents’ habit that let their child behave disordered, supported the wrong child’s behavior, and tend to humiliate his/her friend who had weakness in cognitive aspect. The efforts to overcome the obstacles were giving direct notice to students towards the behavior they should have done. In order to avoid confusing information what the teacher and the parents said, the school applied point system, give punishment, and the most important was the school gave preventive action.

Keywords: Character Education, School, Teacher, Evaluation of Implementation and Obstacles.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan naungan kasih-Nya, Penulis tugas akhir dengan judul “Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP (Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014)” dapat terselesaikan dengan baik.

Selama proses penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari sungguh begitu banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung, setiap proses yang penulis jalani. Oleh karena itu, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling.

3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, sekaligus sebagai dosen pendamping skripsi. 4. Segenap bapak/ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas

bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh Studi.

5. Petugas sekretariat Mas Moko yang memberikan pelayanan selama penulis menempuh pendidikan.

6. Ibu Veronika Krismayati selaku orang tua yang memberikan dukungan, doa dan nasehat kepada penulis selama ini.

7. Kakek, nenek, acik, dan uwak yang telah memberikan dukungan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(13)

xi

8. Sahabatku yang telah dengan sabar mengingatkan dan mendukung aku dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman BK angkatan 2011, terima kasih atas kebersamaan kita selama perkuliahan.

10. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses awal pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang penulis lakukan selama proses pembuatan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis memohon maaf kapada semua pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya bagi mereka yang memerlukan.

Yogyakarta, 18 Juni 2015 Penulis


(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Batasan Istilah ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan Karakter ... 12


(15)

xiii

2. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP ... 19

3. Nilai-Nilai Karakter di SMP ... 20

4. Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP ... 25

5. Peran Guru BK/ Konselor dalam Pendidikan Karakter ... 28

6. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Karakter ... 32

7. Implementasi Pendidikan Karakter ... 34

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 37

9. Kriteria Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 38

B. Hakikat Evaluasi Hasil Program Pendidikan ... 41

1. Definisi Evaluasi Program ... 41

2. Ciri-ciri Persyaratan Evaluasi Program ... 42

3. Tujuan Evaluasi Program ... 43

4. Manfaat Evaluasi Program ... 43

5. Langkah-Langkah Evaluasi Program ... 45

6. Evaluasi Hasil Program... 45

C. Kajian Penelitian yang Relevan ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 53

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54

C. Subjek Penelitian dan Sumber Data ... 55

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 56

E. Validitas Data ... 61

F. Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 63

1. Deskripsi data secara umum ... 63

a. Profil sekolah ... 63

b. Kurikulum sekolah ... 64


(16)

xiv

3. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang .. 79

4. Evaluasi Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang ... 85

5. Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang ... 92

6. Usaha-Usaha Sekolah Mengatasi Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang ... 98

B. Pembahasan ... 107

1. Perencanaan Pendidikan Karakter ... 107

2. Hambatan Pendidikan Karakter ... 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 118


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa Pemerintah Negara Indonesia harus melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan demikian, Pemerintah diwajibkan untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional bagi seluruh warga negara Indonesia.

Tahun 2010 ini boleh dikatakan sebagai tahun pendidikan karakter. Pasalnya sejak awal tahun 2010, tepatnya pada tanggal 14 Januari 2010, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan program “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” sebagai gerakan nasional. Misi pertama pembangunan nasional adalah terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis


(18)

dan berorientasi IPTEK (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007).

Proses pembelajaran peserta didik seperti yang telah dicanangkan pemerintah pada satuan pendidikan hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19). Dalam proses penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan-perhitungan yang matang, cermat, dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral sebagai dasar yang sangat penting dalam setiap peradaban bangsa, yaitu melalui adanya pendidikan karakter siswa. Para remaja yang memiliki karakter yang rendah akan menemukan atau menghadapi suatu masalah-masalah seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.

Mengutip data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) hingga 2014 ini menunjukkan, setengah dari jumlah gadis muda perkotaan dan 62,7 persen pelajar putri SMP tidak perawan. KOMNAS-PA juga menunjukan 97 persen remaja SMP mengaku pernah menonton film porno, dan 93,7 persen remaja itu mengaku pernah melakukan berbagai macam adegan intim lawan jenis sesama pelajar.


(19)

Selain pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba juga menjadi dampak dari penyimpangan pergaulan pelajar. Berdasarkan hasil penelitian Badan Nasional Narkoba (BNN) dan pusat kesehatan Universitas Indonesia (UI), selalu ada peningkatan pengguna narkoba di Indonesia setiap tahunnya. Pada tahun 2004, pengguna narkoba di Indonesia diperkirakan mencapai 3,2 juta jiwa. Pada tahun 2008 pengguna narkoba tersebut meningkat menjadi sekitar 3,6 juta jiwa dan pada tahun 2011 meningkat mencapai angka 3,8 juta jiwa. Tahun 2011 hingga Agustus 2014, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat 369 pengaduan terkait masalah bullying. Jumlah itu sekitar 25% dari total pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Bullying yang disebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar (Republika, Rabu 15 Oktober 2014)

Berdasarkan fenomena di atas mengenai lemahnya karakter hidup peserta didik cukup mengkhawatirkan, maka diperlukan suatu rancangan atau model pendidikan karakter guna mengatasi permasalahan dan menjadi alternatif-alternatif solusi pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP. Krisis pendidikan karakter telah mencapai puncaknya, perlu adanya pembaruan yang konsisten guna membangun mental peserta didik. Pendidikan karakter yang implementasinya belum optimal tampak pada esensi pendidikan karakter sendiri yang membutuhkan pembiasaan, bukan sebatas hafalan dan menjawab soal-soal.


(20)

Terlepas dari pembahasan mengenai esensi pendidikan karakter, perkembangan peserta didik di usia SMP, hal lain yang patut menjadi sorotan utama adalah siswa SMP berada pada masa peralihan atau pencarian jati diri. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam mengelola emosi, ketidakmampuan mengontrol diri, kegagalan bersosialisasi, rendahnya motivasi dan ketidak mampuan bekerja sama akan menjadi pertanda gagalnya peserta didik dalam mengembangkan kemampuan pribadi berkarakter. Perlu diadakan pembaruan dalam pembelajaran peserta didik di SMP guna mengembangkan kemampuan pribadi berkarakter, langkah tersebut dapat berupa pembaruan kurikulum.

Mulai tahun ajaran 2014/2015 Kementrian Pendidikan Republik Indonesia resmi menggunakan kurikulum baru, yaitu Kurikulum 2013. Esensi Kurikulum 2013 adalah keseimbangan antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dalam hal ini sikap harus menjadi dasar utama yang menyelimuti keterampilan dan pengetahuan dalam arti, sikap harus dapat memandu keterampilan dan pengetahuan. Mulyasa (2014:7) mengemukakan bahwa pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standard kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Tentunya kurikulum 2013 lebih mengaktifkan siswa dan guru hanya sebagai fasilitator yang menggunakan pendekatan experential learning. Pendekatan ini bertujuan supaya siswa mampu memperoleh pengalaman


(21)

belajar langsung, baik di kelas ataupun diluar kelas sehingga akhirnya pengalaman tersebut mampu meresap menjadi karakter siswa.

Harapan diberlakukannya revisi kurikulum mampu menciptakan suasana atau iklim belajar yang lebih baik bagi siswa, begitu pula dengan implementasi kurikulum 2013 yang saat ini digunakan. Akan tetapi dalam praktek dilapangan banyak keluhan dari para guru yang mengalami kesulitan, baik dari buku-buku yang belum terdistribusikan, penyusunan RPP yang nilai-nilai karakter sebatas tertulis tanpa adanya proses penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar, penekanan pada aspek kognitif saja dan muatan pembelajaran yang begitu banyak.

Pengkajian yang dilakukan mengenai terlaksananya pendidikan karakter tidak lepas dari peranan guru BK yang memiliki pemahaman mengenai karakteristik perkembagan peserta didik usia SMP. Adapun kendala yang ditemui oleh guru BK dalam berproses di lapangan dapat menjadi hambatan dalam terlaksananya pendidikan karakter. Kompotensi profesional guru BK yang rendah, baik dalam pemberian layanan bimbingan dan kemampuan memberikan layanan konseling akan menambah guratan gagalnya pembangunan karakter bangsa.

SMP Stella Maris, Tangerang ini menjadi salah satu sekolah yang menjadi contoh penelitian nasional pendidikan karakter di Indonesia. SMP Stella Maris, Tangerang memililiki Visi: Menjadi sekolah terbaik di Indonesia yang mempersiapkan lulusan bermutu tinggi berlandaskan iman Kristiani. Sedangkan misi yang diemban sekolah adalah (1) Menciptakan


(22)

suasana yang mendorong pengembangan intelektualitas, bakat, kreatifitas, dan kedisiplinan, (2) Mendorong siswa menerapkan nilai-nilai moral dan etika yang dilandasi iman Kristiani agar menjadi berkat bagi sesama, (3) Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan siswa, guru, dan karyawan, (4) Mengembangkan kurikulum dan metode pembelajaran aktif yang dapat mengoptimalkan proses belajar.

Adapun ciri khas pendidikan yang diangkat oleh SMP Stella Maris ialah (1) Penerapan metode Joyful Learning dan Active Learning, (2) Pengembangan aspek intelektual siswa secara berimbang dengan aspek emosional dan spiritual, (3) Penanaman dan pelatihan kemampuan berpikir kritis, (4) Pembentukan kepribadian siswa yang disiplin dan mandiri berdasarkan nilai-nilai Kristiani, (5) Pengintensifan pelajaran Bahasa Inggris dan Mandarin.

Maka, peneliti tertarik untuk mengetahui keterlaksanaan dan hambatan yang dicapai oleh sekolah SMP Stella Maris, Tangerang. Setelah melihat hal diatas peneliti mengangkat judul “Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP” dalam skripsi ini. Kajian ini juga dimaksudkan agar design pendidikan karakter mampu mengembangkan potensi individu manusia yang mampu mentukan nasib bangsa di kemudian hari.


(23)

B. Identifikasi Masalah

Melihat dari latar belakang masalah yang terkait dengan pendidikan karakter pada siswa SMP. Maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pendidikan karakter diformulasikan menjadi pelajaran-pelajaran tertentu, seperti agama, bahasa, dan kewarganegaraan.

2. Pendidikan karakter diberi batasan sampai pada pemahaman pada nilai-nilai secara kognitif semata.

3. Sekolah-sekolah SMP belum mengerti apa maksud dan tujuan pendidikan karakter.

4. Sekolah-sekolah SMP lebih menekankan pengajaran dari segi kognitif sedangkan pada sisi lain diabaikan.

5. Guru-guru tidak memberi muatan pendidikan karakter dalam mata pelajaran yang diajarkan disekolah.

6. Belum adanya penelitian yang secara langung mengevalusi sistem pembelajaran yang memuat tentang pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang.

C. Pembatasan Masalah

Melihat berbagai bentuk permasalahan yang muncul dalam latar belakang, perlu dilakukannya revisi sistem pendidikan yang terus menerus demi perkembangan pendidikan nasional, seperti tinjauan terhadap penerapan kurikulum 2013. Peneliti turut andil melakukan sebuah penelitian yang terkait dengan pendidikan karakter. Penelitian ini memfokuskan pada keterlaksanaan


(24)

dan hambatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Stella Maris Tangerang. Sebuah penelitian studi evaluatif mengenai sistem baru yang diberlakukan oleh pemerintah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran pelaksanaan penanaman nilai-nilai melalui pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang?

2. Hambatan-hambatan apa saja yang ditemukan SMP Stella Maris Tangerang dalam pelaksanaan pendidikan karakter?

E. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan gambaran pelaksanaan penanaman nilai-nilai melalui pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang.

2. Mendeskripsikan hambatan-hambatan yang dialami SMP Stella Maris, Tangerang dalam pelaksanaan pendidikan karakter.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya dalam bidang penerapan bimbingan dan konseling terkait peran guru BK dalam pelaksanaan pendidikan karakter, sehingga dapat dijadikan


(25)

sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam.

2. Manfaat praktis

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi dan bahan evaluatif untuk membenahi atau menata ulang kebijakan pelaksanaan pendidikan karakter secara komprehensif, terpadu, dan tepat sasaran.

b. Bagi guru pendidik karakter (Guru BK dan guru mata pelajaran) di SMP, hasil penelitian ini dapat menjadi pemahaman baru dan refleksi mendalam bagi sekolah, agar seluruh anggota sekolah dapat mengaplikasikan pendidikan karakter secara tepat dan berdaya guna mencerdaskan peserta didik.

c. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu menumbuhkan kerja sama kemitraan profesional kolaborasi semua guru dalam mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi program pendidikan karakter yang reintegrasi dengan pembelajaran. d. Bagi lembaga pendidikan konselor sekolah, prosedur dan hasil

penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi alternatif untuk mengembangkan konsep bimbingan dan konseling karakter, pengembangan kurikulum program studi BK, kajian pendidikan karakter, dan terapan ilmu bimbingan dan konseling dalam optimalisasi pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMP.


(26)

e. Bagi penulis

1) Penulis memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru mengenai pelaksanaan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaborasi dengan pendekatan experiential learning di SMP Stella Maris Tangerang.

2) Sebagai calon guru BK, penulis mendapat pengalaman dan keterampilan baru untuk semakin peka melihat dan mengkaji permasalahan konkrit yang sedang terjadi di sekitar dan mampu mengembangkan secara ilmiah di kemudian hari.

3) Penulis mendapat kesempatan pembelajaran dan mengalami praktik langsung melakukan prosedur penelitian dan pengembangan secara ilmiah.

G. Batasan Istilah

1. Evaluasi Pendidikan Karakter

Evaluasi pendidikan karakter dalam penelitian ini merupakan suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap dan perilaku atau tugas-tugas perkembangan peserta didik melalui program kegiatan yang telah dilaksanakan yang bertujuan untuk menjamin capaian kerja agar sesuai dengan rencana dan tujuan yang ditetapkan dalam proses penyelenggaraan penanaman nilai-nilai karakter.


(27)

2. Keterlaksanaan Pendidikan Karakter

Ketelaksanaan pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengetahui cara menjalankan rencana, praktek penyelenggaraan, dan proses penyelenggaraan penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi pribadi yang utuh dan berdaya guna.

3. Hambatan-Hambatan Pendidikan karakter

Hambatan-hambatan pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang menjadi kendala dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian terselenggaranya penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi pribadi yang utuh dan berdaya guna.


(28)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan tentang kajian teori pendidikan karakter dan kajian penelitian yang relevan.

A. Hakikat Pendidikan Karakter

1. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter

Menurut Peraturan Pemerintah Tahun 2010 tentang Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025 disebutkan bahwa Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.

Menurut Michael Novak (dalam Lickona, 2013: 81) karakter merupakan “campuran kompatibel dari seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah.” Prayitno (2011: 47) mendefinisikan karakter sebagai sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam


(29)

standar nilai dan norma yang tinggi. Definisi karakter menurut Gunawan (2012: 3-4):

“Karakter adalah perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.”

Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik-kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan (Lickona, 2013: 82). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah kecenderungan individu dalam berpikir, berperasan, dan bertindak yang didasari oleh nilai-nilai luhur.

Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, akhlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif bukan netral. Sedangkan Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku.

Proses perkembangan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang khas yang ada pada orang yang bersangkutan yang juga disebut faktor bawaan (nature) dan lingkungan (nurture) dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Faktor bawaan boleh dikatakan berada di luar jangkauan masyarakat dan individu untuk


(30)

mempengaruhinya. Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang berada pada jangkauan masyarakat dan individu. Jadi usaha pengembangan atau pendidikan karakter seseorang dapat dilakukan oleh masyarakat atau individu sebagai bagian dari lingkungan melalui rekayasa faktor lingkungan.

Berbicara mengenai karakter terkadang tidak bisa kita lepaskan dari pemahaman mengenai etika, norma, moral, budi pekerti dan nilai. Bertens (Adisusilo, 2012: 54) etika mengandung multi arti. Etika dalam arti seperangkat nilai atau norma yang menjadi pegangan hidup seseorang atau sekolompok orang dalam dalam bertingkah laku. Sastrapratedja (Adisusilo, 2012: 54) Moral merupakan sistem nilai tentang bagaimana seseorang seharusnya hidup secara baik sebagai manusia. Budi pekerti berarti tingkah laku atau perbuatan yang sesuai dengan akal sehat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermartabat.

Pendidikan karakter adalah segala usaha yang dilakukan secara sunguh-sungguh untuk membantu orang lain untuk memahami, peduli dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai etika. Menurut Samani & Hariyanto (2012: 45):

“Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan karsa.”


(31)

Definisi lainnya dikemukakan oleh Gaffar (Kesuma, 2012: 5) yaitu semua proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam prilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pemikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai, 2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku.

Kemendiknas (2010: 15) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter sebagai usaha yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan pada peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, pendidikan karakter sebagai upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat.

Berdasarkan grand design yang dikembangkan kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and


(32)

emotional), Olah Pikir (Intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik

(Physical and kinesthetic development), dan Olah Rasa Karsa (Affective and

Creativity development) yang secara diagramatik dapat di lukiskan seperti pada

gambar 1.

Gambar 1. Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Pendidikan karakter tentunya memiliki makna yang lebih tinggi dari pada pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar ataupun salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan atau habbit tentang hal-hal yang baik dalam


(33)

kehidupan, sehingga peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi untuk menerapkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Fokus utama pendidikan karakter terletak pada penerapan pada nilai-nilai luhur dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh Sebab itu Apabila ada seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang dan kejam maka akan dikatakan sebagai orang yang memiliki karaktrer yang buruk, sedangkan orang yang berperilaku baik, jujur, dan suka mengasihi orang lain dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter yang baik.

Tidak dapat kita pungkiri bahwa manusia itu unik sehingga memiliki karakter yang unik pula. Tentunya istilah karakter berkaitan erat dengan kepribadian (Personality) seseorang, sehingga orang tersebut dapat dikatakan orang yang berkarakter jika perilakunya sesuai dengan etika dan moral. Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin seseorang memahami secara sadar pentingnya nilai-nilai karakater. Bisa jadi perbuatan baik sebelumnya dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena betapa tingginya penghargaan pribadi tersebut terhadap nilai-nilai karakter.

Dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Tahun 2010 ditegaskan bahwa pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

2. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku.


(34)

3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.

4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

5. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik.

6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik. 8. Memfungsikan seluruh staff sekolah sebagai komunitas moral yang

berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.

9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.

11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter posisitf dalam kehidupan peserta didik.


(35)

2. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Suyanto, 2010).

Jika dicermati secara jeli, terdapat tautan yang saling mutual antara tujuan-tujuan pendidikan karakter dengan tujuan-tujuan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Mengingat bimbingan merupakan bagian integral dalam pendidikan, maka tujuan pelaksanaan bimbingan merupakan bagian tak terpisahkan dari tujuan pendidikan tingkat nasional maupun tujuan pendidikan dasar (SD dan SMP). Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling berfokus pada pengembangan nilai-nilai kehidupan (karakter) peserta didik sebagai pribadi, sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk: (1) memperkuat dasar keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) membiasakan diri untuk berperilaku yang baik, (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar, (4) memelihara kesehatan jasmani dan rohani, (5) menanamkan kesadaran berbudaya belajar dan melatih kemampuan untuk terampil belajar, dan (6) membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri.


(36)

Pengembangan sebagai anggota masyarakat mencakup upaya untuk: (1) memperkuat kesadaran hidup beragama dan toleransi keberagamaan dalam masyarakat, (2) menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam lingkungan hidup, dan (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat. Pengembangan sebagai warga negara mencakup upaya untuk: (1) mengembangkan perhatian dan pengetahuan menyangkut hak dan kewajiban sebagai warga negara RI, (2) menanamkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan negara, (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengembangan sebagai umat manusia mencakup upaya untuk: (1) meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, (2) meningkatkan kesadaran tentang HAM, (3) memberi pengertian tentang ketertiban dunia, (4) meningkatkan kesadaran tentang pentingnya persahabatan antar bangsa, dan (5) mempersiapkan peserta didik untuk menguasai isi kurikulum (Ahman, 1998).

3. Nilai-Nilai Karakter di SMP

Pada tingkat SMP dipilih 20 nilai karakter utama yang disarikan dari butir-butir SKL SMP (Permen Diknas no. 23 tahun 2006) dan SK/KD (Permen Diknas no. 22 tahun 2006). Berikut ini adalah daftar 20 nilai utama yang dimaksud dan diskripsi singkatnya.


(37)

a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (religius). Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan ajaran agamanya.

b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri 1) Jujur

Perilaku yang di dasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

2) Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

3) Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Disiplin

Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.


(38)

5) Kerja keras

Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

6) Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

7) Berjiwa wirausaha

Sikap dan perilaku mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

9) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.


(39)

10)Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

11)Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama

1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik atau hak diri sendiri dan orang lain serta tugas atau kewajiban diri sendiri serta orang lain.

2) Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

3) Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.

4) Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.


(40)

5) Demokratis

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

e. Nilai kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

1) Nasionalis

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. 2) Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai macam hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.


(41)

4. Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP

Berdasarkan pedoman Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional (2010), pendidikan karakter terintegrasi di SMP dilaksanakan melalui proses pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan.

a. Pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran

Pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai, serta menjadikannya sebagai perilaku.

Pada struktur kurikulum SMP, dasar setiap mata pelajaran memuat materi-materi yang berkaitan dengan karakter. Secara subtantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang


(42)

secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai. Integrasi pendidikan karakter pada mata-mata pelajaran di SMP mengarah pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

b. Pendidikan karakter terintegrasi melalui manajemen sekolah

Pada konteks dunia pendidikan, yang dimaksud dengan manajemen pendidikan sekolah adalah suatu proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dalam upaya untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan itu sendiri. Penyelenggaraan pendidikan karakter memerlukan pengelolaan yang memadai. Pengelolaan yang dimaksudkan adalah bagaimana pembentukan karakter dalam pendidikan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan secara memadai. Unsur-unsur pendidikan karakter yang akan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan tersebut antara lain meliputi: (1) nilai-nilai karakter kompetensi lulusan, (2) muatan kurikulum nilai-nilai karakter, (3) nilai-nilai karakter dalam pembelajaran, (4) nilai-nilai karakter pendidik dan tenaga kependidikan, dan (5) nilai-nilai karakter pembinaan kepesertadidikan.


(43)

Beberapa contoh bentuk kegiatan pendidikan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah antara lain: (1) pelanggaran tata tertib yang berimplikasi pada pengurangan nilai dan hukuman/pembinaan, (2) penyediaan tempat-tempat pembuangan sampah, (3) penyelenggaraan kantin kejujuran, (4) penyediaan kotak saran, (5) penyediaan sarana ibadah dan pelaksanaan ibadah, misalnya: shalat dzuhur berjamaah, (6) salim-taklim (jabat tangan) setiap pagi saat siswa memasuki gerbang sekolah, (7) pengelolaan dan kebersihan ruang kelas oleh siswa, dan bentuk-bentuk kegiatan lainnya.

c. Pendidikan karakter terintegrasi melalui kegiatan pembinaan kesiswaan

Kegiatan pembinaan kesiswaan adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berwenang di sekolah.

Visi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat


(44)

dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengeskpresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.

5. Peran Guru BK/Konselor dalam Pendidikan Karakter

Guru setidaknya diidentikkan dengan dua definisi berikut. Pertama, dipandang dari sudut etimologis, guru berasal dari Bahasa Sansekerta (gu) yang berarti kegelapan dan (ru) yang berarti membebaskan atau menyingkirkan. Jadi, dilihat dari makna asalinya guru bermakna menyingkirkan atau menghalau kegelapan. Kedua, guru juga sering dianggap sebagai akronim dari seseorang yang digugu dan ditiru. Guru adalah pribadi yang diteladani karena ia menunjukkan keutamaan-keutamaan (virtues) dalam praktek laku hidupnya. Guru hormat pada kejujuran, setia dalam ketekunan (persistence), luwes dalam bergaul dengan berbagai kalangan, memegang teguh kedisiplinan, dan mencintai anak didiknya. Karakteristik guru yang seperti inilah yang hendaknya dimiliki, terutama oleh guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling atau yang akrab disapa guru BK mengembangkan suatu program atau layanan bimbingan dan konseling guna membantu tumbuh dan kembang peserta didik.

Program bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian inti pendidikan karakter yang dilaksanakan dengan berbagai strategi


(45)

pelayanan dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai kemandirian, dengan memiliki karakter yang dibutuhkan saat ini dan masa depan. Pekerjaan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan berbasis nilai, layanan etis normatif, dan bukan layanan bebas nilai. Seorang konselor perlu memahami betul hakekat manusia dan perkembangannya sebagai makhluk sadar nilai dan perkembangannya ke arah normatif-etis. Seorang konselor harus memahami perkembangan nilai, namun seorang konselor tidak boleh memaksakan nilai yang dianutnya kepada konseli (peserta didik yang dilayani), dan tidak boleh meneladankan diri untuk ditiru konselinya, melainkan memfasilitasi konseli untuk menemukan makna nilai kehidupannya (Sunaryo, 2006)

a. Peran konselor dalam pendidikan karakter

Peran dan keterlibatan konselor/guru BK sangat tegas disebutkan dalam kutipan berikut:

“Professional school counselors need to take an active role in initiating, facilitating and promoting character education programs in the school curriculum. The professional school counselor, as a part of the school community and as a highly resourceful person, takes an active role by working cooperatively with the teachers and administration in providing character education in the schools as an integral part of the school curriculum and activities”

(ASCA dalam Nur Wangid, 2010). “Konselor sekolah yang profesional perlu mengambil peran aktif dalam memulai, memfasilitasi dan mempromosikan program pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah. Konselor sekolah yang profesional sebagai bagian dari komunitas sekolah dan sebagai orang yang mengerti mengenai pendidikan perlu mengambil peran


(46)

aktif dengan bekerja secara kooperatif dengan para guru dan bagian administrasi dalam memberikan layanan pendidikan karakter di sekolah-sekolah sebagai bagian integral dari kurikulum dan kegiatan sekolah.”

(ASCA dalam Nur Wangid, 2010; Terjemahan). Konselor atau guru BK adalah sosok yang memiliki peran besar dalam memulai, memfasilitasi dan mempromosikan program pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah. Guru BK memiliki inisiatif dalam mengembangankan potensi peserta didik dalam pengembangan kehidupan sehari-hari dan pendidik yang mengarahkan peserta didik ke arah aktualiasasi diri sebagai seorang pribadi. Tugas yang diemban oleh guru BK tentunya perlu dikolaborasikan dengan sekolah sebagai suatu lembaga formal yang mendidik para peserta didik. Sekolah memiliki tanggungjawab mendidik dari segi kognitif, afeksi dan konasi anak. Guru BK turut ambil bagian dalam pendidikan tersebut dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dengan kurikulum sekolah. Perlu dipahami bahwa guru BK yang mengambil bagian dalam pendidikan karakter tidak bekerja sendiri sebagai guru yang mengembangkan karakter peserta didik, perlu adanya kerjasama antara guru BK dan guru mata pelajaran dalam mengakomodasi program pendidikan karakter yang seyogyanya membantu perkembangan peserta didik dengan prinsip-prinsip nilai yang dianut oleh sekolah.


(47)

b. Materi pendidikan karakter dalam layanan bimbingan dan konseling

Materi Pendidikan Karakter dalam Layanan Bimbingan, antara lain dapat mencakup: (1) Perilaku seksual sehat; (2) Pengetahuan tentang karakter; (3) Pemahaman tentang moral sosial;(4) Keterampilan pemecahan masalah; (5) Kompetensi Emosional; (6) Hubungan dengan orang lain; (7) Perasaan keterikatan dengan sekolah; (8) Prestasi akademis; (9) Kompetensi berkomunikasi; (10) sikap kepada guru (Berkowitz, Battistich, dan Bier dalam Muhammad Nur Wangid, 2010).

c. Strategi penyampaian pendidikan karakter melalui layanan bimbingan dan konseling

Strategi pendidikan karakter melalui pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui: (1) Layanan Dasar; (2) Layanan Responsif; (3) Perencanaan Individual; dan (4) Dukungan Sistem. Strategi layanan dasar bimbingan merupakan pintu masuk bagi penyaluran pendidikan karakter melalui proses dan aktivitas bimbingan klasikal untuk membantu pemenuhan kebutuhan semua siswa terhadap penanaman nilai-nilai karakter. Perjumpaan interaktif di kelas antara konselor/guru BK dengan peserta didik secara rutin/terjadual sangat dibutuhkan dalam mana kesempatan itu sangat berguna untuk memberikan layanan preventif dan pengembangan diri. Kehadiran konselor tidak dapat direduksi hanya sekedar untuk melaksanakan layanan konseling bagi peserta didik bermasalah


(48)

(Gysbers, 2004; Gysbers dan Henderson, 2000; Sink dan Stroh, 2003; Lapan, 2001; Rowley, 2005).

6. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Karakter

Pembelajaran pendidikan karakter perlu dibuat punyusunan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Baik silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi atau berwawasan pendidikan karakter. Cara yang mudah untuk membuat silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter adalah dengan mengadaptasi silabus dan RPP yang telah dibuat dengan menambahkan kegiatan pembelajaran yang bersifat memfasilitasi dikenalnya nilai-nilai, disadarinya pentingnya nilai-nilai, dan diinternalisasinya nilai-nilai. Berikut adalah contoh model silabus, RPP, dan bahan ajar yang telah mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalamnya.

a. Silabus

Silabus dikembangkan dengan rujukan utama Standar Isi (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006). Silabus memuat Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dirumuskan di dalam silabus pada dasarnya ditujukan untuk memfasilitasi peserta didik menguasai SK/KD. Agar juga memfasilitasi terjadinya pembelajaran yang membantu peserta


(49)

didik mengembangkan karakter, setidak-tidaknya perlu dilakukan perubahan pada tiga komponen silabus berikut:

1) Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter.

2) Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter.

3) Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur perkembangan karakter.

Penambahan dan/atau adaptasi kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan teknik penilaian harus memperhatikan kesesuaiannya dengan SK dan KD yang harus dicapai oleh peserta didik. Kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan teknik penilaian yang ditambahkan dan/atau hasil modifikasi tersebut harus bersifat lebih memperkuat pencapaian SK dan KD tetapi sekaligus mengembangkan karakter.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan silabus yang telah dikembangkan oleh sekolah. RPP secara umum tersusun atas SK dan KD, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian. Seperti yang terumuskan pada silabus,


(50)

tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian yang dikembangkan di dalam RPP pada dasarnya dipilih untuk menciptakan proses pembelajaran untuk mencapai SK dan KD. Oleh karena itu, agar RPP memberi petunjuk pada guru dalam menciptakan pembelajaran yang berwawasan pada pengembangan karakter, RPP tersebut perlu diadaptasi. Seperti pada adaptasi terhadap silabus, adaptasi yang dimaksud antara lain meliputi:

1) Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter

2) Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter

3) Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur perkembangan karakter

7. Implementasi Pendidikan Karakter

Berbicara mengenai pendidikan karakter di sekolah tidak pernah lepas dari kata implementasi pendidikan karakter itu sendiri. Implementasi pendidikan karakter garis besarnya menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.


(51)

a. Fungsi perencanaan

Fungsi perencanaan meliputi perencanaan yang menyangkut perumusan kompetensi dasar, penetapan jenis karakter dan memperkirakan cara pembentukannya. Perencanaan di sini dipandang sebagai fungsi sentral dari manajemen pendidikan karakter dan harus berorientasi ke masa depan. Pengimplementasian pendidikan karakter di sekolah, perencanaan pendidikan karakter dituangkan dalam program pendidikan yang berkaitan dengan strategi pembelajaran di sekolah guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Dalam mencapai tujuan tersebut tentu saja akan berkaitan dengan pembuatan dan pengambilan keputusan yang harus memberi gambaran tentang proses pembelajaran yang diinginkan. Guru sebagai pengelola sistem pendidikan dan proses pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola berbagai sumber daya pembelajaran dan sumber daya manusia yang ada untuk membentuk kompetensi dan karakter peserta didik serta mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Fungsi pelaksanaan

Fungsi pelaksanaan bisa juga disebut dengan implementasi. Implementasi merupakan proses yang memberikan kepastian bahwa program pembelajaran memiliki alternatif sumber daya manusia dan sarana serta prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan sehingga


(52)

dapat membantu kompetensi dan karakter yang diinginkan. Fungsi pelaksanaan ini mencakup adanya pola kerjasama, pengorganisasian dan kepemimpinan guna pengaplikasian setiap kegiatan. Contohnya, pembagian pekerjaan seperti apa yang harus dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam pembelajaran di kelas.

c. Fungsi pengendalian

Fungsi pengendalian sering juga disebut penilaian dan pengendalian/ kontrol. Fungsi pengendalian bertujuan untuk menjamin kinerja yang dicapai agar sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pola penilaian dan pengendalian diperlukan langkah membandingkan kinerja pengimplementasian yang telah dilakukan atau yang lebih dikenal dengan kinerja aktual dengan kinerja standar atau pedoman yang telah direncanakan sejak awal sebagai sebuah program.

Guru memegang kendali utama dalam program pembelajaran. Guru dapat mengambil alih strategi dan tindakan perbaikan apabila terjadi kesenjangan antara proses pembelajaran yang telah terjadi secara aktual dengan yang telah direncanakan dalam program pembelajaran. Penilaian dan pengendalian merupakan salah satu aspek penting dalam proses pendidikan karakter, agar sebagian besar peserta didik dapat membentuk kompetensi dan karakter yang diharapkan secara optimal. Tidak dapat dipungkiri bahwa cukup


(53)

banyak peserta didik yang mendapat nilai rendah, di bawah standar atau berperilaku yang tidak sesuai dengan norma kehidupan akan mempengaruhi efektifitas pendidikan karakter secara keseluruhan. Implementasi pendidikan karakter di sekolah, penilaian dan pengendalian harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan untuk mengetahui dan memantau perubahan serta kemajuan peserta didik maupun untuk memberi nilai yang biasa dikonversi dalam penilaian hasil belajar.

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter

Menurut Zubaedi (2012) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter, yaitu:

a. Insting (naluri)

Aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh naluri seseorang.

b. Adat atau kebiasaan

Adat atau kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, berolahraga, dan lain sebagainya.


(54)

c. Keturunan

Secara langsung atau tidak langsung keturunan sangat mempengaruhi pembentukan karakter seseorang.

d. Lingkungan

Salah satu aspek yang turut memberikan pengaruh dalam terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor lingkungan di mana seseorang berada.

9. Kriteria Keberhasilan Pendidikan Karakter

Kualitas pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilalui oleh peserta didik dapat dilihat dari segi proses dan hasilnya. Pertama dari segi proses, pembelajaran dan pembentukan karakter dikatakan berhasil dan berkualitas apabila setidaknya 85% peserta didik terlibat secara aktif, khususnya dalam aspek mental dan sosial dalam proses pembelajaran. Selain itu semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri juga menjadi faktor penentunya. Kedua, dari segi hasil pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya 80%.

Segi proses dan segi hasil merupakan pemenuhan tuntutan yang perlu dikembangkan sebagai pengalaman belajar yang kondusif untuk membentuk manusia yang berkarakter. Hal ini berarti tidak cukup hanya pembelajaran yang mengandung muatan nilai kognitif namun unsur


(55)

afektif psikomotorik adalah langkah yang perlu dicapai sebagai bentuk penghayatan mewujudnyatakannya ke dalam perilaku.

Mulyasa, (2013:16) memaparkan keberhasilan implementasi pendidikan karakter di sekolah dapat dilihat dalam jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang dengan kriteria atau indikator sebagai berikut. a. Kriteria Jangka Pendek

1) Sekurang-kurangnya 85% isi dan prinsip-prinsip pendidikan karakter dapat dipahami, diterima, dan diterapkan oleh para peserta didik dan guru.

2) Sekurang-kurangnya 85% peserta didik merasa mendapat kemudahan, senang, dan memiliki kemauan belajar yang tinggi. 3) Para peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam proses

pembelajaran.

4) Karakter yang ditanamkan sesuai dengan perkembangan peserta didik dan mereka memandang bahwa hal tersebut akan sangat berguna bagi kehidupannya kelak.

5) Pendidikan karakter yang dikembangkan dapat menumbuhkan minat belajar para peserta didik untuk belajar lebih lanjut (continuing)

b. Kriteria Jangka Menengah

1) Adanya umpan balik terhadap para guru tentang pendidikan karakter yang diimplementasikan bersama peserta didik.


(1)

Intepretasi Hasil Wawancara Metode Penyampaian Pendidikan Karakter

PELAKSA

-NAAN

Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang, Banten Subjek

1

Subjek 2

Subjek 3 Subjek 4 Subjek 5 Subjek 6 Kesimpulan Metode

Penyam-paian Pendidikan Karakter

- 1. Salah satunya dengan metode membaca dan mengambil amanat serta nilai-nilai yang perlu dikembang -kan pada diri anak dari cerpen tersebut.

2. Dengan membaca cerpen, anak mengana-lisis dan mentrans-fer cerita tersebut dengan kehidupan anak, jadi anak dapat mengambil dan memetik nilai-nilai yang berkaitan dengan pendidikan karakter.

(B2. MPK. G.BI)

1. Saya terbiasa untuk melakukan evaluasi bersama ketika seusai pelajaran berlangsung. Dalam evaluasi biasanya membahas mengenai positif dan negatifnya anak dalam pembelajar-an di kelas, bagaimana tingkat pemahaman anak di kelas, perilaku anak dalam menghar-gai orang, guru dan temannya.

2.

Pembelajara n yang dilakukan tentunya tidak sebatas hanya pada segi kognitif saja yang saya kembangkan . Saya memperhati-kan proses belajar siswa dari awal, pertengahan dan akhir.

1. Karena saya mengajar dibidang pendidikan jasmani tentunya saya menyampa ikan muatan karakter dalam bentuk permainan

-permainan. Bentuk permainan tersebut diantara-nya dengan kreatifitas leadernya. Saya berusaha untuk memberik-an arahmemberik-an pada masing-masing leader sehingga dengan kreatifitas yang mereka miliki mereka dapat mengatur jalannya pertanding -an dan permainan yang saya berikan.

Saya menghindari banyak ceramah karena mungkin menurut mereka ceramah adalah suatu hal yang membosan-kan. Jadi setiap kali saya masuk ke pelajaran itu, saya awali dengan nonton film.

2. Metode yang saya terapkan itu, mereka tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. (B2. MPK. G. PKN)

Penyampai-an metode pendidikan karakter: 1. Metode penyampaia n nilai karakter yang dilakukan oleh para guru disesuaikan dengan tiap bahan ajar dan

karakteristik mata pelajaran-nya. 2. Adanya evaluasi hasil belajar setiap kali proses belajar mengajar usai dilakukan. 3.Terdapat kerjasama dan kolaborasi antara guru dan murid dalam melaksana-kan kegiatan belajar mengajar. 4. Guru dapat menemukan cara-cara yang unik dalam penyampai-an materi pembelajar-an, guna


(2)

Dimulai dimana siswa-siswa berproses mengerjakan soal-soal, mengemuka-kan

jawaban, dan

mengevalua-si semengevalua-si belajar semuanya perlu dipertimbag kan dan disesuaikan dengan karakter siswa. Kenapa? Karena pembela-jaran perlu meresap dan turun sampai ke dalam hati anak-anak sehingga nantinya mereka dapat mengaktuali sasikannya. (B2. MPK. G.F)

(B2. MPK. G.O)

menarik minat anak untuk mendalami pelajaran serta mengasah keterampilan hidup anak melalui setiap bahan ajar yang disajikan.


(3)

Intepretasi Hasil Wawancara Kriteria Pengukuran Perubahan

Pendidikan Karakter

EVALU-ASI

Evaluasi Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang, Banten

Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Subjek 4 Subjek 5 Subjek 6 Kesimpulan Kriteria Pengukur-an Perubahan Karakter pada Peserta Didik

- Pohon itu kan dikenal dari buahnya, demikian anak. Peruba-han karakter itu dikenal dari perbuatan nya setiap hari. Nah setiap hari kita melihat dia yang tadinya biasanya terlambat lalu kita melaku-kan pendampin gan dan akhirnya datangnya lebih tepat waktu. Nah itulah namanya buah. Buah dari tingkah laku pembentuk an karakter. (B3. KPK. G.BK) Kalau saya lebih pada mengamati . Si anak berulah hari ini. Misalnya langsung saya panggil lalu ada pendekata n tertentu disitu. Lalu untuk hukuman biasanya saya tawarkan pada anak. Hukuman itu diharap-kan bisa membuat anak melakukan nya dengan tidak berat hati tetapi benar-benar bahwa anak itu menyadari bahwa dia salah jadi dia harus melakukan hukuman itu. (B3. KPK. G.BI) Siswa-siswa yang mengalami masalah dalam karakter seperti ribut di kelas, kurang mengharga i guru dan teman, melanggar tata tertib sekolah biasanya akan diberlakuk an sistem poin khusus yang dikenal dengan istilah poin modifikasi perilaku. Apabila poin anak melebihi dari 100 maka selama 1 hari mereka akan live in d panti asuhan dan panti jompo untuk sekedar membantu disana ataupun berbincang - bincang bersama. Cara menilai-nya dengan dua hal yang pertama adalah kartu point. Kartu point ini dimaksud kan untuk memberi kan point pada setiap kali pelangga ran atau kesalah-an ykesalah-ang dilakuk-an oleh siswa. Kemudi-an diakhir semester point-point tersebut diakumul asikan keseluru hannya dan nantinya diberikan sanksi sesuai dengan kesepaka tan diawal. kedua adalah Ketika mereka menyeles aikan tugas dengan baik. (B3. KPK. G. PKN) Kriteria pengukuran Perubahan Karakter pada Peserta Didik: 1. Guru secara langsung mengamati perilaku anak secara di kelas. 2. Memberikan teguran pada anak, apabila tidak berhasil akan diberlakukan sistem poin modifikasi perilaku. 3. Diberlakuka kannya sistem point testimoni sebagai sistem penilaian relasi horizontal 4. Perubahan karakter anak dapat dilihat dari kebiasaan setiap harinya.


(4)

(B3. KPK. G.F)

testimoni . Testimo-ni iTestimo-ni juga merupak an sebuah kartu dimana siswa dapat menilai sesama siswa yang ada, tentunya nilai-nilai yang positif dan sikap seperti apa yang perlu diubah oleh teman yang ingin kita nilai. Saya juga menekan kan pada anak-anak untuk tidak membica rakan hal yang bersifat negatif disana.

(B3. KPK. G.O)


(5)

Intepretasi Hasil Wawancara Hambatan Pendidikan Karakter

Hambatan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang, Banten

Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Subjek 4 Subjek 5 Subjek 6 Kesimpulan Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter Hambatan yang terbesar menurut kami bagaimana mengkomu nikasikan pemaham-an dengpemaham-an anak-anak, dengan orang tua itu yang biasanya beda pola pendampin gannya. Biasanya dalam pola berpakaian dan menyapa atau menegur orang yang lebih tua. Anak-anak terbiasa untuk menyebut nama pada orang-orang yang menjadi pembantu ataupun supir mereka. Kebiasaan -kebiasaan seperti ini yang sebenarny a ingin kami ubah pada diri si anak, bahwa untuk mamanggil Hambatan nya apa ya, hambatan-nya tidak terlalu berarti buat saya karena yang pertama kalau mau dibilang efektif kalau ekuivalen antara seorang guru BK itu dengan 150 anak ya sementara kami disini hampir menanga-ni 250-an dan itu saya tangani sendiri, sehingga pendampin gan individual kurang berjalan dengan maksimal. (B4. HPK. G.BK) Kesulitan itu banyak, namun dari setiap anak yang saya tangani ketika saya menjadi wali kelas di satu kelas itu yang paling saya rasakan gini, anak itu mengalami masalah di keluargany a. Selain yang ayahnya ringan tangan juga berbicara-nya tidak sopan lalu akan terbawa ke sekolah. Si anak tadi di sekolah tidak disukai teman-teman karena perangai-nya yang mudah emosian kemudian pemarah. Lalu kalau sudah marah mengeluar kan kata-Hambatan yang biasanya saya temui dalam kelas adalah kemampu-an konsentra-si anak yang begitu rendah. Di sekolah ini memang ada anak yang begitu cerdas, sedang dan dibawah rata meskipun sedikit. Bagi anak-anak yang cerdas biasanya yang menjadi masalah adalah mereka dimana mereka mengang-gap diri mereka bisa dan mengejek teman-temannya yang belum bisa. Biasanya apabila terjadi hal seperti ini saya akan Dari saya pribadi ya, sebena-rnya saya tidak mengala mi kesulitan dalam merapk-an pedidik-an karakter ini. Mengapa ? Karena saya menempa t-kan karakter anak sesuai dengan pribadi mereka. Jadinya saya bisa mengerti anak. (B4. HPK. G.F) Kadang ada anak yang masa bodoh, cuek kadang kita itu jengkel karena orang tua menutupi . Misalnya : anak bapak terlamba t sudah beberapa kali, makanya terpaksa saya pulang-kan. Padahal itu saya yang mengan-tar bu, anaknya sudah bangun. Anaknya saya tanya bangun kesiang-an lalu bapak-nya bilang macet. Berarti itu nutupi kejelekan anaknya. Hambatan-hambatan pendidikan karakter: 1. Ada orang tua yang mendidik anaknya dengan pola perilaku hidup yang semaunya dan bertentanga n dengan pola pengajaran guru di sekolah. 2. Perbedaan kemampuan berpikir dan konsentrasi peserta didik yang dominan membuat anak memperlaku kan temannya secara rendah (menghina) sehingga butuh pendampi-ngan khusus. 3. Orang tua membela perilaku anaknya yang salah dan berusaha menutupinya .


(6)

orang yang lebih tua perlu memanggil mas atau mbak. Kadang anak juga menjawab tapi di rumah papa atau mama manggil-nya begitu bu... maka kami ikut seperti itu. Yaa saya berkata kepada mereka kalianlah yang mampu mengubah orang tua kalian ketika berada di rumah.

(B4. HPK. K.SEK)

kata yang tidak sopan. Nah, itu tadi kesulitan yang saya alami paling tidak anak bisa mengerem kata-katanya ketika dia dalam kondisi marah sekali pun.

(B4. HPK. G.BI)

mendampi-ngi anak tersebut untuk membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan sehingga nantinya ia mampu mengerti kesulitan seperti apa yang temannya hadapi tersebut.

(B4. HPK. G.F)

(B4. HPK. G.PKN)