1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah proses apa yang memiliki potensi bahaya tertinggi yang terdapat pada
bagian proses coal chain di Pertambangan Batubara PT Mifa Bersaudara Meulaboh tahun 2014.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisa potensi bahaya yang terdapat pada proses coal chain di Pertambangan PT Mifa Bersaudara
dengan menggunakan metode Job Safety Analysis JSA.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisa potensi bahaya pada proses coal getting di Pertambangan PT
Mifa Bersaudara. 2. Menganalisa potensi bahaya pada proses crushing di Pertambangan PT Mifa
Bersaudara. 3. Menganalisa potensi bahaya pada proses coal hauling di Pertambangan PT
Mifa Bersaudara. 4. Menganalisa potensi bahaya pada proses barging di Pertambangan PT Mifa
Bersaudara.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Aplikatif
1. Sebagai masukan bagi PT Mifa Bersaudara untuk meningkatkan pelindungan terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta menanggulangi potensi-
potensi bahaya yang ditemukan pada proses pengolahan batubara dengan upaya pembenahan dan perbaikan.
2. Sebagai masukan bagi para pekerja untuk mengenali potensi-potensi bahaya dilingkungan kerja pertambangan khususnya pada proses pengolahan batubara
agar dapat terhindar dari risiko kecelakaan.
1.4.2. Manfaat Teoritif
Sebagai masukan dalam
pengembangan keilmuan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja K3. Khususnya bidang manajemen K3 yang berkaitan dengan program pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja.
Universitas Sumatera Utara
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Industri Pertambangan Batubara 2.1.1. Batubara
The lnternational Hand Book of Coal Petrography 1963 : Batubara
adalah batuan sedimen yang mudah terbakar, terbentuk dari sisa-sisa tanaman dalam variasi tingkat pengawetan, diikat oleh proses kompaksi dan terkubur
dalam cekungan-cekungan pada kedalaman yang bervariasi, dari dangkal sampai dalam
.
Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira
340 juta tahun yang lalu jtl, adalah masa pembentukan batubara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batubara black coal yang ekonomis
dibelahan bumi bagian utara terbentuk. Komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan
tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. Hal ini mudah dimengerti karena batubara terbentuk dari jaringan
tumbuhan yang
telah mengalami
proses pembatuan
coalification Sukandarrumidi, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Proses terbentuknya Batubara
Terdapat kaitan erat antara kayu sebagai pembentuk batubara dengan berbagai jenis batubara. Kayu dapat diubah menjadi arang kayu dengan rekayasa
dan inovasi manusia dalam jangka waktu yang pendek, sedang kayu akan berubah menjadi batubara secara alamiah oleh proses alam dalam jangka waktu ratusan
hingga ribuan juta tahun. Karena batubara terbentuk oleh proses alam, maka banyak parameter yang akan berpengaruh pada pembentukan batubara. Semakin
tinggi intensitas parameter yang berpengaruh makin tinggi mutu batubara yang terbentuk Sukandarrumidi, 2006.
Kayu Unsur C, H, O, N, S,P
Arang kayu Rekayasa
• Gambut
• Lignit
• Sub Bitumina
• Bitumina
• Anthrasit
• grafit
C, H, O, N, S, P
C
C H
2
H
2
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Materi Pembentuk Batubara
Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel 1981 dalam
Wahyudiono 2003 adalah sebagai berikut:
a. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat
sedikit endapan batubara dari perioda ini.
b. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.
Sedikit endapan batubara dari perioda ini.
c. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk
batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh diiklim hangat.
d. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah resin tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan
glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
e. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern,
buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Klasifikasi Batubara
Secara umum batubara digolongkan menjadi 5 lima tingkatan, yaitu dimulai dari tingkatan tertinggi sampai terendah yaitu :
1. Anthracite 2. Bituminous coal
3. Sub bituminous coal 4. Lignite
5. Peat Dalam usaha untuk mempermudah pengenalan jenis batubara berikut
ditunjukkan sifat-sifat batubara untuk masing-masing jenis sebagai berikut :
1. Anthracite
Warna hitam, sangat mengkilat, kompak ; kandungan karbon sangat tinggi; nilai kalor sangat tinggi; kandungan air sangat sedikit; kandungan abu sangat
sedikit; kandugan sulfur sangat sedikit; kandungan volatile matter rendah; nilai kalor berkisar pada nilai 8300kkalkg.
2. Bituminous subbituminous coal
Warna hitam mengkilat, kurang kompak; kandungan karbon relative tinggi; nilai kalor tinggi; kandungan air sedikit; kandungan abu sedikit;
kandungan sulfur sedikit; kandungan volatile matter sedang; nilai kalor antara 7000-8000kkalkg.
3. Lignite brown coal
Warna hitam, sangat rapuh; kandungan karbon sedikit; nilai kalor rendah; kandungan air tinggi; kandungan abu banyak; kandungan sulfur banyak;
Universitas Sumatera Utara
kandungan volatile matter
tinggi; nilai kalor antara 1500-4500kkalkg sukandarrumidi, 2006.
2.1.4. Rantai Rangkaian Pemanfaatan Batubara
Apabila kegiatan penambangan batubara dikategorikan sebagai industri hulu, ternyata cukup banyak kegiatan industri hilir yang mampu ditumbuhkan.
Kenyataan di lapangan, industri hilir ini yang melahirkan kegiatan-kegiatan yang bersifat multidisiplin dan multi fungsi. Oleh karenanya dipandang perlu
meningkatkan peran batubara, tidak hanya sebagai sumberdaya energi dalam bentuk batubara padat dan penggunaan batubara yang lain. Untuk itu perlu
dilakukan usaha rekayasa dengan teknologi termasuk pemanfaatan limbah hasil penambangan batubara dan hasil pembakaran batubara. Gambar di bawah ini akan
memperjelas pernyataan tersebut di atas.
1.
Gambar 2.2. Keterkaitan batubara dengan industri semen
Batubara sebagai sumber energi pada industri semen
Semen Gedung
Jalanterowongan Landasan pesawat
terbang Dll
Universitas Sumatera Utara
2.
Gambar 2.3. Keterkaitan batubara dengan PLTU
3.
Gambar 2.4. Pemanfaatan limbah batubara
Batubara sebagai sumber energi pada pembangkit listrik
PLTU
Listrik Penggerak
mesin Industri
Penerangan Rumah
Tangga Listrik
Listrik Listrik
Listrik
Listrik Listrik
Listrik Listrik
Limbah penambangan batubara
Sisa batubara Briket
Media semai tanaman
Pupuk organik
Gips Air asam
Universitas Sumatera Utara
2.2. Kecelakaan Kerja di Dunia Industri 2.2.1. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja disuatu perusahaan. Hubugan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan
dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan Djati, 2002.
Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seorang atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja di lingkungan industri atau perusahaan. Kecelakaan
kerja biasanya timbul sebagai gabungan dari beberapa faktor, seperti faktor peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri. Dalam suatu pabrik,
terkadang ada mesin yang kurang baik, seperti tidak dilengkapi alat pengaman yang cukup, maka kondisi seperti ini dapat menjadi sumber risiko Siahaan,
2009.
2.2.2. Klasifikasi Kecelakaan Industri
Terlalu banyak jenis kecelakaan yang terjadi menyulitkan pengembangan metode klasifikasi dan pencatatan yang dapat memberikan informasi penting guna
pencegahan kecelakaan tanpa membuatnya menjadi terlalu rumit. Menurut olii- kamil 1996, jenis-jenis kecelakaan diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kecelakaan dalam industri berdasarkan jenis kecelakaannya a. Orang jatuh
b. Tertimpa benda jatuh c. Menginjak, melanggar atau terpukul benda diluar benda-benda jatuhan.
d. Terperangkapterjepit e. Kehabisan tenaga atau penggerakan yang terlampau lambat
Universitas Sumatera Utara
f. Terkena atau tersentuh benda panas
g. Terkena atau tersentuh arus listrik 1. Terkena atau tersentuh bahan-bahan yang merusak atau mengandung
radiasi h. Jenis- jenis kecelakaan lain yang tidak terkelompok karena kekurangan
data yang cukup 2. Kecelakaan dalam industri berdasarkan perantaranya
a. Mesin 1. Mesin-mesin penggerak, kecuali motor listrik
2. Mesin transmisi 3. Mesin-mesin pengerjaan logam
4. Mesin-mesin kayu dan sejenisnya 5. Mesin pertanian
6. Mesin pertambangan 7. Mesin-mesin lain yang tak terkelompokkan
b. Alat-alat angkutan dan peralatan terkelompokkan 1. Mesin pengangkat dan peralatannya
2. Alat-alat angkutan yang menggunakan rel 3. Alat-alat angkutan beroda lainnya, diluar kereta api
4. Alat-alat angkutan udara 5. Alat-alat angkutan air
6. Alat-alat angkutan lainnya
Universitas Sumatera Utara
c. Peralatan lain 1. Alat-alat bertekanan tinggi
2. Tanur, tungku dan kilang 3. Alat-alat pendingin
4. Instalasi-instalasi listrik, termasuk motor listrik, diluar perkakas dengan bertenaga listrik
5. Tangga, tangga berjalan 6. Perancah scalfolding
7. Perantara lain yang tidak terkelompokkan d. Material, bahan-bahan dan radiasi
1. Bahan peledak 2. Debu, gas, cairan dan bahan kimia diluar peledak
3. Keping-kepingan terbang 4. Radiasi
5. Material dan bahan lainnya yang tidak terkelompokkan e. Lingkungan kerja
1. Diluar bangunan 2. Di dalam bangunan
3. Di bawah tanah 3. Kecelakaan dalam industri berdasarkan sifat yang diakibatkannya
a. Patah tulang b. Keseleo dan kejang-kejang
c. Geger otak dan luka dalam lainnya d. Amputasi dan enukleasi
Universitas Sumatera Utara
e. Luka-luka luar f.
Memar dan retak g. Luka bakar
h. Keracunan akut i.
Dampak akibat cuaca, cahaya dan kodisi sejenis j.
Sesak nafas k. Akibat arus listrik
l. Akibat radiasi
m. Luka majemuk dengan sifat yang berbeda-beda n. Luka-luka lain yang tak terkelompokkan
4. Kecelakaan dalam industri berdasarkan lokasi tempat luka-luka pada tubuh a. Kepala
b. Leher c. Badan
d. Lengan e. Kaki
f. Luka umum
g. Luka pada lokasi tubuh yang takterkelompokkan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk
selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan
serupa tidak terulang kembali Suma’mur, 2009. Kecelakaan kerja disebabkan oleh dua fakor yaitu :
1. Faktor Mekanis dan Lingkungan Yaitu segala faktor yang menyangkut mesin dan peralatan-peralatan yang
digunakan pada suatu pekerjaan tertentu serta segala kondisi potensi bahaya yang berada di lingkungan suatu tempat kerja yang berkontribusi terhadap terjadinya
suatu kecelakaan kerja. 2. Faktor manusia
Yaitu segala faktor yang menyangkut tindakan para pekerja dalam melakukan pekerjaannya yang cendrung mengabaikan prosedur kerja yang telah
ditetapkan terhadap suatu pekerjaan tertentu sehingga menimbulkan potensi bahaya kecelakaan kerja pada dirinya dalam pekerjaannya Suma’mur, 2009.
2.2.4. Kerugian Akibat Kecelakaan
Kerugian akibat kecelakaan kerja akan diterima oleh para pekerja dan perusahaan dimana pekerja itu bekerja. Korban kecelakaan kerja akan mengeluh
dan menderita akibat luka, kelainan, atau cacat yang yang ditimbulkan akibat kecelakaan yang terjadi. Gangguan terhadap pekerja demikian adalah suatu
kerugian besar bagi pekerja dan juga keluarganya serta perusahaan di tempat ia bekerja. Meskipun para pekerja mendapatkan kompensasi atas kecacatan yang
Universitas Sumatera Utara
diterimanya, namun jika ditinjau dari produktivitas kerja, hal ini sangat merugikan pekerja.
Tiap kecelakaan yang terjadi adalah suatu kerugian yang amat besar yang akan dirasakan perusahaan. Biaya ini dapat dibagi menjadi biaya langsung dan
biaya tersembunyi. Biaya langsung ialah biaya atas PPPK, pengobatan, dan perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama pekerja tak mampu
bekerja, kompensasi cacat, dan biaya atas kerusakan bahan, perlengkapan, peralatan dan mesin. Biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat
pada waktu dan beberapa waktu pasca kecelakaan terjadi. Biaya ini meliputi berhentinya operasi perusahaan, oleh karena pekerja lain menolong korban, dan
biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti peran pekerja yang celaka serta biaya pelatihan yang harus dikeluarkan untuk training pekerja baru. Penelitian
tentang biaya kecelakaan memperlihatkan bahwa perbandingan antara biaya langsung dan tersembunyi adalah 1 satu terhadap 4 empat Suma’mur 2009.
2.3. Potensi Bahaya
ILO 1986 dalam Anugrah 2009, mendefinisikan potensi bahaya atau bahaya kerja work hazard adalah suatu sumber potensi kerugian atau suatu
situasi yang berhubungan dengan pekerja, pekerjaan dan lingkungan kerja yang berpotensi menyebabkan gangguankerugian.
Bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses, atau metoda
kerja. Dalam proses produksi tersebut terjadi kontak antara manusia dengan mesin, material, lingkungan kerja yang diakomodir oleh proses atau prosedur
kerja. Karena itu, sumber bahaya dapat berasal dari unsur-unsur produksi
Universitas Sumatera Utara
tersebut, yaitu manusia, peralatan, material, proses serta sistem dan prosedur Ramli, 2010.
Potensi bahaya merupakan segala sesuatu yang mempunyai kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan maupun manusia. Di
tempat kerja, potensi bahaya sebagai sumber risiko keselamatan dan kesehatan akan selalu dijumpai.
Jika setiap bahaya-bahaya tersebut dapat diidentifikasi, tindakan harus diambil untuk menghilangkan atau meminimalkan risiko yang dihadapi oleh
pekerja. Jika bahaya -bahaya tersebut tidak dapat dihilangkan, suatu penilaian risiko perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencegahan apa saja yang harus
diambil, Hal ini diupayakan untuk melindungi pekerja yang merupakan asset yang sangat berharga bagi perusahaan.
2.3.1. Jenis Bahaya
Bahaya dalam kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya. Disekitar kita terdapat banyak bahaya-bahaya yang berpotensial untuk mencederai tubuh kita
baik cidera ringan maupun sampai cedera fatal. Kita tidak dapat mencegah berbagai bahaya-bahaya tersebut jika kita tidak mengenali bahayanya dengan
baik. Ramli 2010 mengklasifikasikan jenis bahaya sebagai berikut:
a. Bahaya Mekanis b. Bahaya Listrik
c. Bahaya Fisis d. Bahaya Biologis
e. Bahaya Kimia
Universitas Sumatera Utara
A. Bahaya Mekanis
Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan
penggerak. Misalnya mesin sinso, bubut, gerinda, tempa dan lain-lain. Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan
mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat,
terjepit, terpotong, atau terkupas.
B. Bahaya Listrik
Suatu bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan
singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.
C. Bahaya Kimiawi
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang
dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain : a Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun toxic
b Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka air aki dan lainnya
c Kebakaran dan peledakan, beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah terbakar dan meledak misalnya golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak
tanah, premium, LPG, batubara dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
d Polusi dan pencemaran lingkungan Bahan kimia sangat beragam, disekitar kita penuh dengan berbagai jenis
bahan kimia. Oleh karena itu risiko bahaya bahan kimia harus diperhatikan dengan baik. Berbeda dengan jenis bahaya lain seperti mekanik atau listrik,
bahaya bahan kimia sering kali tidak dirasakan secara langsung atau bersifat kronis dalam jangka waktu yang panjang.
D. Bahaya Fisis
Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain : a Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera
pendengaran b Tekanan
c Getaran d Suhu panas atau dingin
e Cahaya atau penerangan f Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah
E. Bahaya Biologis
Diberbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari
aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, Farmasi, Pertanian dan kimia, Pertambangan, minyak dan gas bumi.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Sumber Bahaya dari Lingkungan Kerja
Banyak sekali sumber energi yang dapat menjadi suatu potensi bahaya disuatu lingkungan kerja. Sebagian diantaranya sebagai berikut :
Tabel 2.1. Jenis Energi dan Bentuk Bahaya JENIS ENERGI
BENTUK BAHAYA Gravitasi
1. Dapat terjadi jika suatu benda jatuh menimpa orang, jatuh dari
ketinggian atau terpleset 2. Cedera bervariasi mulai dari
terkilir, luka dan fatal
Bising dan getaran 1. Ditemukan jika terpapar suara
bising atau getaran 2. Cedera beragam dari ringan
sampai ketulian
Kimia 1. Dapat terjadi jika manusia
menghirup, menelan
atau menyerap cairan, debu, gas atau
yang dapat
mengakibatkan kerusakan seperti kebakaran,
peledakan, korosi dan lainnya. 2. Cidera bervariasi mulai dari
akut, kronis, dan kematian
Listrik
1. Ditemukan dalam penggunaan listrik untuk mengoperasikan
peralatan 2. Cedera bervariasi mulai dari
cidera luka bakar sampai mati
Mekanikal 1. Terdapat
pada mesin
atau bagian bergerak atau berputar
yang mengeluarkan bagian yang tajam, runcing, atau lontaran
benda.
2. Cedera beragam mulai luka sayat, putus, dan mati
Universitas Sumatera Utara
Termal 1. Terjadi pada lingkungan panas,
dingin atau peralatan yang menggunakan
dan menghasilkan panas atau dingin
seperti dapur, ruang pendingin, proses panas, pengelasan, benda
panas atau dingin
2. Cedera bervariasi mulai luka bakar, strees panas sampai mati
Tekanan
1. Ditemukan pada bejana atau objek
bertekanan termasuk
boiler, botol bertekanan dan kompresor
2. Cedera bervariasi mulai dari luka sampai mati
Radiasi
1. Ditemukan pada pekerjaan atau peraralatan yang menggunakan
sinar X, Radiasai Ultra Violet, gelombang mikro, laser atau
pengelasan
2. Cidera bervariasi mulai luka bakar sampai mati
Mikrobiologis
1. Dapat terjadi jika terpajan dengan bakteri, virus atau zat
pathogen lainnya
misalnya dalam menara pendingin, organ
tubuh manusia atau hewan 2. Cedera bervariasi mulai akut,
kronis, yang bersifat jangka panjang menimbulkan kematian
seperti HIV,
Hepatitis, Keracunan
Ramli , 2010.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Sumber Bahaya dari Pekerja
Menurut penelitian dalam Djati 2002 hampir 85 kecelakaan terjadi disebabkan faktor manusia yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak
aman ini dapat disebabkan oleh: a. Karena tidak tahu
Yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahaya-bahaya yang ada.
b. Karena tidak mamputidak bisa Yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja yang aman, bahaya-bahaya
yang ada tetapi karena belum mampu, kurang terampil dia melakukan kesalahan.
c. Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja dan peraturan- peraturannya serta yang bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi karena
tidak mau melaksanakan maka terjadi kecelakaan. Misalnya tidak mau memakai alat keselamatan atau melepas alat pengaman.
Beberapa prilaku yang tidak aman yang sering menyebabkan pekerja celaka atau berpotensi untuk celaka sebagai penyebab tidak langsung dari suatu
kecelakaan kerja yang sering ditemukan dalam aktivitas pertambangan menurut H.W. Heinrich dalam Suryani 2012, yaitu :
1. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang tidak layak. 2. Mengoperasikan peralatan tanpa perintah.
3. Menggunakan peralatan yang tidak layak. 4. Menggunakan peralatan yang telah rusak atau cacat.
5. Gagal memperingatkan pekerja dan peralatan.
Universitas Sumatera Utara
6. Tidak menggunakan alat pelindung diri. 7. Bekerja dengan posisi yang salah atau tidak aman.
8. Bermain-main, bersenda gurau. 9. Konsumsi alkohol
10. Konsumsi obat-obatan
2.3.4. Sumber Bahaya Dari Bahan Kimia dan Peralatan
Bahan kimia dan peralatan yang digunakan pada suatu perusahaan juga menjadi sumber bahaya yang dapat mengancam para pekerja setiap saat. Bahaya
akan muncul ketika ada interakasi anatara pekerja dan bahan kimia maupun peralatan yang digunakan. Jika tidak ada Kontrol dan pemeriksaan berkala,
potensi kecelakaan kerja dimungkinkan akan terjadi pada para pekerja. Pada penggunaan bahan-bahan kimia, terdapat sejumlah tindakan yang
dapat dilakukan untuk menghilangkan bahaya sehingga mencegah pekerja dari risiko terkena penyakit. Jika bahayanya tidak dapat dihilangkan, tindakan
pengendalian harus diimplementasikan untuk meminimalkan risiko dari bahan- bahan kimia yang dihadapi pekerja Riedley, 2008.
Efek dari bahan kimia sebagian besar tidak kita sadari dampaknya, hal ini dikarenakan efeknya yang akan timbul dalam jangka waktu yang relatif lama.
Tentu ini sangat berbeda dengan efek yang ditimbulkan dari bahaya peralatan seperti mesin dan peralatan lainnya yang akan menimbulkan efek dengan segera
mungkin apabila terjadi kecelakaan pada pekerja baik itu cidera ringan sampai cidera berat sekalipun.
Untuk itu, perlunya upaya identifikasi, penilaian, dan pengukuran secara berkala terhadap bahan kimia dan peralatan yang digunakan di dalam suatu
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berbagai potensi bahaya yang akan ditimbulkan sehingga dapat dilakukan upaya evaluasi dan perlindungan
terhadap pekerja.
2.4. Analisa Potensi Bahaya Pekerjaan
Analisa potensi bahaya pekerjaan adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk mengindentifikasi setiap potensi bahaya yang berhubungan dengan
pekerjaan sebelum kecelakaan itu terjadi. Dan semua hasil temuan potensi bahaya itu akan dihilangkan. Apabila tidak bisa dihilangkan maka akan diminimalkan
dengan pengelolaan lingkungan kerja baik secara teknis maupun administratif sampai potensi bahaya itu berkurang sampai pada tingkat risiko yang dapat
diterima oleh para pekerja. Analisa potensi bahaya sangat penting untuk dilakukan terutama pada
pekerjaan-pekerjaan dengan tingkat risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi pekerjaan seperti pertambangan. Hal ini dikarenakan lingkungan kerja yang begitu
ekstrem dan alat-alat yang begitu kompleks yang digunakan dalam dunia pertambangan, sehingga sedikit kelalaian atau kesalahan kecil yang dilakukan
dalam pekerjaannya akan menyebabkan kerugian yang begitu besar baik secara materi maupun produktivitas pekerja.
Didalam Ramli 2010, Untuk mengaanalisa potensi bahaya ada beberapa metode yang dapat digunakan, diantaranya :
1. Hazard and Operability Study HAZOPS adalah teknik analisa potensi bahaya dengan sistem yang sangat terstruktur dan sistematis. Namun
kelemahan HAZOPS adalah memerlukan waktu yang sangat panjang, tim ahli, dan cendrung membosankan.
Universitas Sumatera Utara
2. Job Safety Analysis JSA adalah teknik yang sangat popular dan banyak digunakan di lingkungan kerja. Teknik ini menganalisa dengan pengamatan
terhadap sistem kerja, prosedur kerja serta pekerja itu sendiri. 3. Analisa pohon kegagalan Fault Tree Analysis adalah analisa bersifat
dedeuktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak yang mungkin terjadi.
Semua potensi bahaya harus dianalisa secara berkala, hal ini dikarenakan setiap potensi bahaya itu akan berubah setiap saat. Setiap ada interaksi antara
manusia dengan mesin dan peralatan kerja yang ada di lingkungan kerja, disaat itulah munculnya potensi bahaya. Semakin bervariasi interaksi antara pekerja
dengan mesin, peralatan, dan lingkungan kerja, maka semakin berbeda pula potensi bahaya yang dihasilkan.
Analisa potensi bahaya harus dilakukan secara terencana dan komprehensif. Banyak perusahaan yang telah melakukan analisa potensi bahaya,
tetapi ternyata angka kecelakaan kerja masih tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses analisa potensi bahaya yang dilakukan belum berjalan
dengan efektif.
Analisa potensi
bahaya harus
dinamis dan
selalu mempertimbangkan adanya teknologi dan ilmu terbaru. Banyak bahaya yang
belum dikenal tetapi saat ini menjadi suatu potensi bahaya besar dalam pekerjaan. Selain itu, melibatkan pekerja dalam proses analisa potensi bahaya sangat
diperlukan. Hal ini dikarenakan karena mereka yang paling mengetahui adanya potensi bahaya di lingkungan kerjanya dan mereka pula yang berkepentingan
terhadap pengendalian di lingkungan kerjanya Ramli, 2010.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Analisa Keselamatan Kerja Job Safety Analysis