Analisa Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis (JSA) Pada Proses Coal Chain di Pertambanagan Batubara PT Mifa Bersaudara Meulaboh Tahun 2014

(1)

ANALISA POTENSI BAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE

SAFETY ANALYSIS(JSA) PADA PROSESCOAL CHAINDI

PERTAMBANGAN BATUBARA PT MIFA BERSAUDARA MEULABOH TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD ARIF NIM. 101000112


(2)

MEULABOH TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

MUHAMMAD ARIF NIM. 101000112

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

Judul : ANALISA POTENSI BAHAYA DENGAN

MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY

ANALYSIS (JSA) PADA PROSES COAL CHAIN

DI PERTAMBANGAN BATUBARA PT MIFA BERSAUDARA MEULABOH TAHUN 2014

Nama : Muhammad Arif

Nomor Induk Mahasiswa : 101000112

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tanggal Lulus : 17 Juli 2014

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Ir.Gerry Silaban, M.Kes Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM, M.Kes NIP. 19620206 199203 1 002 NIP. 19770130 200604 2 001

Medan, Juli 2014

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(4)

potensi-potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja. Analisa potensi bahaya yang paling popular dan paling sering digunakan dilingkungan kerja adalah menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA). Job Safety Analysis (JSA) merupakan sebuah metode yang menganalisis potensi bahaya yang terdapat pada sistem dan prosedur kerja serta manusia sebagai pekerjanya.

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan proses analisa keselamatan kerja dengan menggunakan metode Job safety Analisys (JSA) dengan tujuan untuk mengetahui pekerjaan yang memiliki potensi bahaya tertinggi. Objek yang diteliti adalah proses coal chain yang terdiri dari pekerjaan coal getting, coal crushing, coal hauling, dan coal barging di Pertambangan PT Mifa Bersaudara tahun 2014.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaancoal bargingmerupakan pekerjaan dengan potensi bahaya terbanyak dan tertinggi yang terdapat pada proses coal chain. Potensi bahaya tinggi yang terdapat pada proses coal chain diantaranya jatuh dari ketinggian pada saat memanjat badan kapal, tersengat arus listrik tegangan tinggi pada saat menghidupkan mesin crusher, sabotase warga yang menutup jalan hauling, dan

bucket excavatoryang masuk kehoper crusher.

Peneliti menyarankan kepada pihak manajemen pertambangan PT Mifa Bersaudara untuk terus meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan melakukan upaya pengendalian dari berbagai potensi bahaya pada setiap pekerjaan terutama pada proses

coal chain.

Kata kunci: Coal getting, coal crushing, coal hauling, coal barging, Job Safety Analisys(JSA)


(5)

An accident in the working place can be avoided by knowing and recognizing the various potential hazards that exist in the working environment. The most popular and most commonly used analysis method of the potential hazards in the working place is Job Safety Analysis (JSA). Job Safety Analysis (JSA) is a method of analysis towards potential hazards in working place by analizing working system and working procedure as well as human as the workers.

This research is a descriptive survey that illustrated the safety analysis process using the Job Safety Analisys (JSA) with the aim to figure out the process that has the highest potential hazards. The object in this study is the coal chain process which consists of coal getting, coal crushing, coal hauling, and coal barging at PT Mifa Bersaudara mining in 2014.

The research shows that coal barging is the most hazardous process of coal chain process. High level potential hazards exist as falling from altitude when climbing the ship body, stinged by high voltage electricity when turning on crusher machine, sabotage by villagers who block hauling road and the falling of bucket excavator to the hoper crusher.

Researcher suggests to the management of PT Mifa Bersaudara mining to keep increasing the work safety and healthy by controlling various potential hazard in each process especially the coal chain.

Keywords: Coal getting, coal crushing, coal hauling, coal barging, Job Safety Analisys(JSA)


(6)

Nama : Muhammad Arif

Tempat/Tanggal Lahir : Lhokseumawe / 23 Mai 1992

Agama : Islam

Status : Belum Kawin

Nama Orang Tua

Ayah : M. Yusuf Yacob (Alm)

Ibu : Hj. Nurmanidar, S.pd Anak ke : 4 dari 4 orang bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Kuarcab No.9A Komplek Pemda,Lhokseumawe

Riwayat Pendidikan

Tahun 1998-2004 : SDN 5 Banda Sakti Tahun 2004-2007 : SMPN 1 Lhokseumawe Tahun 2007-2010 : SMAN Modal Bangsa

Tahun 2010-2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Riwayat Organisasi

Tahun 2010-2011 : Anggota HMI FKM USU

Tahun 2011-2012 : Anggota UKMI Al-islah FKM USU

Tahun 2012-2013 : Kepala Bidang Dana dan Usaha UKMI Al-islah FKM USU

Tahun 2013-2014 : Kepala Bidang Seminar dan Lokakarya HMP K3 FKM USU


(7)

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya dan shalawat beriring salam senantiasa saya haturkan kehadirat baginda Rasullullah Muhammad SAW. Atas rahmat dan hidayah Allah SWT dan Perjuangan baginda Rasullullah SAW dalam memerangi kebodohan dimuka bumi ini, sehingga penulis dapat hidup di era yang dipenuhi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisa Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis(JSA) Pada Proses Coal Chain

di Pertambanagan Batubara PT Mifa Bersaudara Meulaboh Tahun 2014” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun material, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Sumatera Utara.

2. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.kes., selaku Ketua Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan


(8)

dengan baik.

4. Eka Lestari Mahyuni SKM, M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan terhadap skripsi ini.

5. Umi Salmah SKM, M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan terhadap skripsil ini.

6. drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Khususnya Departemen Kesehatan dan Keselamatan kerja

8. Para kakak dan ibu penegak disiplin kebersihan yang senantiasa membersihkan lingkungan dan kelas di Fakultas Kesehatan Masyarakat sehingga kenyamanan selalu tercipta dalam mengikuti setiap pelajaran.

9. Abang dan bapak teknisi IT, yaitu Bang Iwan bersaudara yang senantiasa membantu mempersiapkan alat-alat pendukung pembelajaran, sehingga kelancaran proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

10. Kepala Teknik Tambang (KTT) PT Mifa Bersaudara Meulaboh Pak Adi Risfandi yang memberi izin peneliti untuk melakukan penelitian dan membimbing peneliti selama melakukan penelitian serta bersedia menjadi penguji utama dalam penelitian ini.

11. Wakil Kepala Teknik Tambang (WKTT) PT Mifa Bersaudara Meulaboh Pak Herawandoni dan Pak Indra Basudewa yang bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi penguji pada penelitian ini.


(9)

HSE PT Mifa Bersaudara, Pak Rifai, Pak Andrea, Pak Nurul, Pak Novri, Pak Azam, Pak said dan kak melisa yang senantiasa membimbing peneliti selama melakukan penelitian di PT Mifa Bersaudara.

13. HSE PT BEL Pak Hasyim dan Pak Marlin serta staf yang senantiasa membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

14. HSE kontraktor PT Mifa Bersaudara yaitu Pak Abu dari PT CK dan Pak Syahril dari PT BAMA yang senantiasa memberikan masukan dan materi bacaan kepada peneliti. 15. Terkhusus kepada kedua orang tua tercinta, M.Yusuf Yacob (Alm) dan Hj. Nurmanidar

dan serta abang dan kakak saya Ir. Ridwansyah, Drg. Iskandarsyah dan Mariana yang menjadi panutan penulis dan alasan untuk terus berusaha keras dalam menjapai cita-cita serta senantiasa mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelaesaikan skripsi ini serta mencapai cita-cita yang diinginkan.All of you are my live.

16. Nenek tercinta dan saudara-saudaraku di kruengmane dan Lhokseumawe yang memberikan dukungan secara moril serta doa yang senantiasa selalu dihadirkan dalam setiap doa yang dipanjatkan kepadaNya.

17. Kepada wanita spesial Ayu Febrini Meutia yang telah mendampingi peneliti selama lebih 3 (tiga) tahun serta mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

18. Untuk teman-teman satu tim futsal Cenel FC, Eko, Indra, Dhian, Panji, Fadhlan, dan Armanda yang selalu berjuang bersama untuk mencapai prestasi baik akademik maupun


(10)

prefesional dan berkapasitas dalam bidang Kesehatan dan keselamatan kerja.

20. Serta teman-teman seperjuangan stambuk 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang Kesehatan dan Keselamatan kerja serta dapat dipergunakan sebagaiman mestinya

Medan, 5 Juli 2014 Penulis


(11)

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN……….. i

ABSTRAK………..ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………..iv

KATA PENGANTAR………...v

DAFTAR ISI………..ix

DAFTAR TABEL………..xii

DAFTAR GAMBAR……….xiii

BAB 1 PENDAHULUAN………..……… 1

1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Rumusan Masalah………... 6

1.3. Tujuan Penelitian……….. 6

1.3.1. Tujuan Umum………... 6

1.3.2. Tujuan Khusus……….. 6

1.4. Manfaat Penelitian……… 7

1.4.1. Manfaat Aplikatif………... 7

1.4.2. Manfaat Teoritif……… 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……… 8

2.1. Industri Batubara……….. 8

2.1.1. Batubara……… 8

2.1.2. Materi Pembentuk Batubara………. 10

2.1.3. Klasifikasi Batubara………... 11

2.1.4. Rantai Rangkaian Pemanfaatan Batubara…………. 12

2.2. Kecelakaan Kerja didunia Industri………... 14

2.2.1. Kecelakaan Kerja………... 14

2.2.2. Klasifikasi Kecelakaan dalam Industri………. 14

2.2.3. Penyebab Kecelakaan Kerja………. 18

2.2.4. Kerugian Akibat Kecelakaan……… 18

2.3. Potensi Bahaya………. 19

2.3.1. Jenis Bahaya………. 20

2.3.2. Sumber Bahaya dari Lingkungan Kerja………23

2.3.3. Sumber Bahaya dari Pekerja………. 25

2.3.4. Sumber Bahaya Bahan Kimia dan Peralatan……… 26

2.4. Analisa Potensi Bahaya Pekerjaan……… 27

2.5. Analisa Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis)………… 29


(12)

3.2.1. Lokasi Penelitian………...38

3.2.2. Waktu Penelitian………... 38

3.3. Objek Penelitian……… 38

3.4. Instrumen Penelian……….…….. 39

3.5. Metode Pengumpulan Data…... 39

3.5.1. Data Primer………... 39

3.5.2. Data Sekunder……….. 39

3.6. Definisi Operasional………. 40

3.7. Analisa Data………. 41

BAB 4 HASIL PENELITIAN………... 45

4.1. Profil Perusahaan……….. 45

4.1.1. Rencana Produksi………... 46

4.1.2. Tanggung Jawab Sosial……….47

4.1.3. Kebijakan K3L………... 47

4.2. Proses Penambangan Batubara PT Mifa………... 50

4.3. Analisa Potensi Bahaya dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis(JSA) Pada prosescoal chain…………53

4.3.1. Memilih Pekerjaan (Job Selection)………53

4.3.2. Menguraikan Pekerjaan (Job Breakdown)………… 53

4.3.2.1. Penambangan Batubara (Coal Getting)…...53

4.3.2.2. Pemecahan Batubara (Coal Crushing)……55

4.3.2.3. Pengangkutan Batubara (Coal Hauling)…. 57 4.3.2.4. Pengapalan Batubara (Coal Barging)……. 58

4.3.3. Mengidentifikasi Bahaya (Hazard Identification) …60 4.3.3.1. Penambangan Batubara (Coal Getting)…...61

4.3.3.2. Pemecahan Batubara (Coal Crushing)……64

4.3.3.3. Pengangkutan Batubara (Coal Hauling)…. 67 4.3.3.4. Pengapalan Batubara (Coal Barging)……. 71

4.3.4. Penilaian Risiko Bahaya………75

4.3.4.1. Penambangan Batubara (Coal Getting)….. 75

4.3.4.2. Pemecahan Batubara (Coal Crushing)……79

4.3.4.3. Pengangkutan Batubara (Coal Hauling)…. 82 4.3.4.4. Pengapalan Batubara (Coal Barging)……. 86

4.3.4. Pengendalian Bahaya……… 90

4.3.4.1. Penambangan Batubara (Coal Getting)….. 90

4.3.4.2. Pemecahan Batubara (Coal Crushing)……94

4.3.4.3. Pengangkutan Batubara (Coal Hauling)…. 98 4.3.4.4. Pengapalan Batubara (Coal Barging)……. 102

BAB 5 PEMBAHASAN………. 107

5.1. Proses Kerja……….. 107


(13)

5.2. Hambatan Penerapan K3……….. 122

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 124

6.1. Kesimpulan………... 124

6.2. Saran………. 125


(14)

Tabel 1.1. Data Kecelakaan Kerja PT Mifa Bersaudara Meulaboh…...………5

Tabel 2.1. Jenis Energi dan Bentuk Bahaya ………23

Tabel 2.2. Perbandingan Teknik Penilaian Risiko………36

Tabel 4.1. Identifikasi potensi bahaya pada prosescoal getting………. 61

Tabel 4.2. Identifikasi potensi bahaya pada prosescoal crushing………...64

Tabel 4.3. Identifikasi potensi bahaya pada prosescoal hauling………..66

Tabel 4.4. Identifikasi potensi bahaya pada prosescoal barging………. 69

Tabel 4.5. Penilaian potensi bahaya pada prosescoal getting……….. 72

Tabel 4.6. Penilaian potensi bahaya pada prosescoal crushing………... 75

Tabel 4.7. Penilaian potensi bahaya pada prosescoal hauling……….77

Tabel 4.8. Penilaian potensi bahaya pada prosescoal barging………81

Tabel 4.9. Pengendalian bahaya pada prosescoal getting………...85

Tabel 4.10. Pengendalian bahaya pada prosescoal crushing……….89

Tabel 4.11. Pengendalian bahaya pada prosescoal hauling………...92

Tabel 4.12. Pengendalian bahaya pada prosescoal barging……….. 96

Tabel 5.1. Tahapan Kerja Potensi Bahaya KategoriMedium Pada ProsesCoal Getting……….………...107

Tabel 5.2. Tahapan Kerja Potensi Bahaya KategoriMedium Pada ProsesCoal Crushing………..110

Tabel 5.3. Tahapan Kerja Potensi Bahaya KategoriHigh Pada ProsesCoal Crushing………..111

Tabel 5.4. Tahapan Kerja Potensi Bahaya KategoriMedium Pada ProsesCoal Hauling………..………….. 115

Tabel 5.5. Tahapan Kerja Potensi Bahaya KategoriMedium Pada ProsesCoal Barging………...…118

Tabel 5.6. Tahapan Kerja Potensi Bahaya KategoriHigh Pada ProsesCoal Barging……….... 119


(15)

Gambar 2.1.Prosesterbentuknya batubara……….9

Gambar 2.2.Keterkaitan batubara dengan industri semen………. 12

Gambar 2.3.Keterkaitan batubara dengan PLTU………..13

Gambar 2.4.Pemanfaatan limbah batubara………13

Gambar 4.1.Struktur organisasi PT Mifa Bersaudara………...47

Gambar 4.2.Struktur organisasi Departemen HSE PT Mifa Bersaudara…………...48


(16)

potensi-potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja. Analisa potensi bahaya yang paling popular dan paling sering digunakan dilingkungan kerja adalah menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA). Job Safety Analysis (JSA) merupakan sebuah metode yang menganalisis potensi bahaya yang terdapat pada sistem dan prosedur kerja serta manusia sebagai pekerjanya.

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan proses analisa keselamatan kerja dengan menggunakan metode Job safety Analisys (JSA) dengan tujuan untuk mengetahui pekerjaan yang memiliki potensi bahaya tertinggi. Objek yang diteliti adalah proses coal chain yang terdiri dari pekerjaan coal getting, coal crushing, coal hauling, dan coal barging di Pertambangan PT Mifa Bersaudara tahun 2014.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaancoal bargingmerupakan pekerjaan dengan potensi bahaya terbanyak dan tertinggi yang terdapat pada proses coal chain. Potensi bahaya tinggi yang terdapat pada proses coal chain diantaranya jatuh dari ketinggian pada saat memanjat badan kapal, tersengat arus listrik tegangan tinggi pada saat menghidupkan mesin crusher, sabotase warga yang menutup jalan hauling, dan

bucket excavatoryang masuk kehoper crusher.

Peneliti menyarankan kepada pihak manajemen pertambangan PT Mifa Bersaudara untuk terus meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan melakukan upaya pengendalian dari berbagai potensi bahaya pada setiap pekerjaan terutama pada proses

coal chain.

Kata kunci: Coal getting, coal crushing, coal hauling, coal barging, Job Safety Analisys(JSA)


(17)

An accident in the working place can be avoided by knowing and recognizing the various potential hazards that exist in the working environment. The most popular and most commonly used analysis method of the potential hazards in the working place is Job Safety Analysis (JSA). Job Safety Analysis (JSA) is a method of analysis towards potential hazards in working place by analizing working system and working procedure as well as human as the workers.

This research is a descriptive survey that illustrated the safety analysis process using the Job Safety Analisys (JSA) with the aim to figure out the process that has the highest potential hazards. The object in this study is the coal chain process which consists of coal getting, coal crushing, coal hauling, and coal barging at PT Mifa Bersaudara mining in 2014.

The research shows that coal barging is the most hazardous process of coal chain process. High level potential hazards exist as falling from altitude when climbing the ship body, stinged by high voltage electricity when turning on crusher machine, sabotage by villagers who block hauling road and the falling of bucket excavator to the hoper crusher.

Researcher suggests to the management of PT Mifa Bersaudara mining to keep increasing the work safety and healthy by controlling various potential hazard in each process especially the coal chain.

Keywords: Coal getting, coal crushing, coal hauling, coal barging, Job Safety Analisys(JSA)


(18)

1.1. Latar Belakang

Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat Indonesia makin cepat dengan berdirinya perusahaan dan tempat kerja yang beraneka ragam. Perkembangan industri yang pesat ini diiringi pula oleh adanya risiko bahaya yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana penggunaan mesin dan peralatan kerja yang semakin kompleks untuk mendukung berjalannya proses produksi. Hal ini dapat menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010).

Menurut Bank Dunia dalam Suherman (2006), Indonesia merupakan salah satu negara penting dalam bidang pertambangan. Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa Indonesia sebagai negara produsen timah terbesar ke-2 di dunia, tembaga terbesar k-4, nikel terbesar ke-5, emas terbesar ke-7, serta produksi batubara terbesar ke-8 di dunia. Industri pertambangan di Tanah Air diperkirakan akan tumbuh pesat dalam lima tahun kedepan dan menjadi sektor yang makin strategis bagi Indonesia.

Secara geologis, wilayah Indonesia memiliki potensi endapan-endapaan batubara yang sangat luas. Namun batubara yang bernilai ekonomis untuk dikembangkan hanya terkonsentrasi pada cekungan-cekungan tersier tertentu di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Kandungan sumber daya batubara di Pulau Sumatera dan Kalimantan memiliki jumlah yang sangat besar, dengan persentase


(19)

Indonesia, sedangkan sisanya sebesar 0,65% terdapat di Pulau Jawa, Sulawesi dan Papua (Suherman,dkk, 2006).

Perkembangan industri pertambangan batubara harus didukung dengan peningkatan perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja para pekerjanya. Hal ini didasari oleh fakta bahwasanya industri pertambangan batubara baik open pit mine maupun underground memiliki tingkat risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi dan merupakan salah satu pekerjaan dengan risiko tertinggi di dunia. Banyaknya kecelakaan yang terjadi di pertambangan, seperti kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan, dan lainnya menyebabkan industri pertambangan batubara memiliki potensi bahaya tinggi terhadap kejadian kecelakaan kerja. (Tebay, 2011)

Hal ini diperkuat dengan kejadian kecelakaan kerja pada pertambang batubara yang menewaskan 166 pekerja di China pada November 2004 silam. Ledakan gas dahsyat menghantam tambang batubara di Provinsi Shaanxi di China Utara pada minggu, sehingga memerangkap 166 penambang dalam ledakan yang terancam akan menjadi bencana terburuk yang menimpa penghasil batubara terbesar di dunia itu dalam beberapa tahun belakangan ini. Seluruhnya 293 orang penambang berada di tambang batubara Chenjiashan di kota Tongchuan pada pukul 7.10 waktu setempat ketika ledakan terjadi. Sebanyak 123 orang melarikan diri atau diselamatkan segera setelah ledakan dan 4 penambang ditarik masih hidup 10 jam kemudian. Dengan demikian terdapat 166 orang penambang yang


(20)

Berdasarkan laporan tahunan Jamsostek , dari data statistik kecelakaan kerja menunjukkan hingga akhir tahun 2012 telah terjadi 103.074 kasus kecelakaan kerja di Indonesia, dimana 91,21% korban kecelakaan kembali sembuh; 3,8% mengalami cacat fungsi; 2,61% mengalami cacat sebagian, dan sisanya meninggal dunia (2.419 kasus) dan mengalami cacat total tetap (37 kasus), dengan rata-rata terjadi 282 kasus kecelakaan kerja setiap harinya. Statistik kecelakaan sektor Mineral dan Batubara di indonesia sejak tahun 2008 - 2013 menunjukkan kecelakaan yang menyebabkan kematian sejak tahun 2008-2013 sejumlah 19 jiwa (2008), 44 jiwa (2009), 15 jiwa (2010), 22 jiwa (2011), 29 jiwa (2012), dan 45 jiwa (2013) (Lestari, 2014).

Kecelakaan kerja dapat kita hindari dengan mengetahui dan mengenal berbagai potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Berbagai potensi-potensi bahaya tersebut, kita eliminasi untuk menghilangkan risiko kecelakaan yang akan terjadi. Apabila bahaya tersebut tidak bisa dihilangkan, maka tindakan pengendalian harus diimplementasikan untuk meminimalkan potensi bahaya sampai risikonya dapat diterima oleh pekerja.

Analisa potensi bahaya yang paling popular dan paling sering digunakan di lingkungan kerja yang dapat digunakan untuk upaya pencegahan kecelakaan kerja adalah dengan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA). Job Safety Analysis (JSA) merupakan sebuah metode analisa potensi bahaya yang menganalisis potensi bahaya yang terdapat pada sistem kerja dan prosedur serta manusia sebagai pekerjanya, serta mampu memberikan rekomendasi perbaikan atau cara pencegahan terhadap kecelakaan kerja pada suatu pekerjaan (Ramli,


(21)

PT Mifa Bersaudara merupakan perusahaan pertambangan batubara yang telah beroperasi selama 3 (tiga tahun) di wilayah Aceh Barat. Pertambangan batubara dengan jenisopen pit mine ini memiliki 5 (lima) alur proses pengolahan yaitucoal getting,crushing,coal hauling, danbarging.

Open pit minemerupakan jenis eksplorasi tambang yang dilakukan secara terbuka, bukaan yang dibuat di permukaan tanah bertujuan untuk mengambil bijih batubara dan akan dibiarkan tetap terbuka selama pengambilan bijih batubara masih berlangsung (Arif, 2002).

Proses pengolahan batubara di pertambangan PT Mifa Bersaudara dimulai dari pengambilan batubara (coal getting) dari tempat penambangan (pit) dengan menggunakan excavator dan selanjutnya dimuat ke dumptruk . Setelah itu, batubara dibawa ke ROM (Run Of Mine) untuk dipecah dengan menggunakan mesin crushermenjadi batubara kecil yang disesuaikan dengan permintaan pasar, proses pemecahan batubara ini disebut dengan proses crushing. Batubara yang telah dipecah di ROM (Run Of Mine), diangkut (coal hauling) oleh dumptruck

dan dibawa ke portsite yang berada di pelabuhan. Batubara yang berada di

portsite selanjutnya akan dimuat (barging) ke kapal tongkang dan siap untuk dipasarkan.

Setiap prosesnya, kegiatan pertambangan batubara yang berada di wilayah kerja PT Mifa Bersaudara melibatkan mesin dan alat-alat berat yang dapat menjadikan potensi bahaya bagi para pekerja. Potensi-potensi bahaya ini sangat


(22)

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 22 Febuari - 1 Maret 2014, diketahui data kecelakaan kerja di Pertambangan PT Mifa Bersaudara dari tahun 2013 sampai akhir Febuari 2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Data Kecelakaan Kerja PT Mifa Bersaudara Meulaboh

No Proses Tahun Jenis Insiden

FA LTI RAC MTC FAC PD

1 Coal Getting 2013 3

2014 1

2 Crushing 2013 1

2014 1

3 Coal Hauling 2013 1 6 7

2014 1 2

4 Barging 2013 3

2014 1

Jumlah 1 7 19

Sumber : PT Mifa Bersaudara Note:

FA : Fatality MTC : Medical Treatment Case

LTI : Lose Time Injury FAC : First Aid Case

RAC : Restricted Activity Case PD : Property damage

Oleh sebab itu dalam penelitian ini akan dibahas mengenai analisa potensi bahaya dengan menggunakan metode Job Safety Analysis(JSA) pada prosescoal chaindi pertambangan batubara PT Mifa Bersaudara Meulaboh.


(23)

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah proses apa yang memiliki potensi bahaya tertinggi yang terdapat pada bagian proses coal chain di Pertambangan Batubara PT Mifa Bersaudara Meulaboh tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisa potensi bahaya yang terdapat pada proses coal chain di Pertambangan PT Mifa Bersaudara dengan menggunakanmetode Job Safety Analysis(JSA).

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisa potensi bahaya pada proses coal getting di Pertambangan PT Mifa Bersaudara.

2. Menganalisa potensi bahaya pada proses crushing di Pertambangan PT Mifa Bersaudara.

3. Menganalisa potensi bahaya pada proses coal hauling di Pertambangan PT Mifa Bersaudara.


(24)

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Aplikatif

1. Sebagai masukan bagi PT Mifa Bersaudara untuk meningkatkan pelindungan terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta menanggulangi potensi-potensi bahaya yang ditemukan pada proses pengolahan batubara dengan upaya pembenahan dan perbaikan.

2. Sebagai masukan bagi para pekerja untuk mengenali potensi-potensi bahaya dilingkungan kerja pertambangan khususnya pada proses pengolahan batubara agar dapat terhindar dari risiko kecelakaan.

1.4.2. Manfaat Teoritif

Sebagai masukan dalam pengembangan keilmuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Khususnya bidang manajemen K3 yang berkaitan dengan program pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja.


(25)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Industri Pertambangan Batubara 2.1.1. Batubara

The lnternational Hand Book of Coal Petrography (1963): Batubara adalah batuan sedimen yang mudah terbakar, terbentuk dari sisa-sisa tanaman dalam variasi tingkat pengawetan, diikat oleh proses kompaksi dan terkubur dalam cekungan-cekungan pada kedalaman yang bervariasi, dari dangkal sampai dalam.

Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batubara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batubara (black coal) yang ekonomis dibelahan bumi bagian utara terbentuk.

Komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. Hal ini mudah dimengerti karena batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan yang telah mengalami proses pembatuan (coalification) (Sukandarrumidi, 2006).


(26)

Gambar 2.1.Proses terbentuknya Batubara

Terdapat kaitan erat antara kayu sebagai pembentuk batubara dengan berbagai jenis batubara. Kayu dapat diubah menjadi arang kayu dengan rekayasa dan inovasi manusia dalam jangka waktu yang pendek, sedang kayu akan berubah menjadi batubara secara alamiah oleh proses alam dalam jangka waktu ratusan hingga ribuan juta tahun. Karena batubara terbentuk oleh proses alam, maka banyak parameter yang akan berpengaruh pada pembentukan batubara. Semakin tinggi intensitas parameter yang berpengaruh makin tinggi mutu batubara yang terbentuk (Sukandarrumidi, 2006).

Kayu Unsur C, H, O, N, S,P

Arang kayu

Rekayasa

• Gambut • Lignit

• Sub Bitumina • Bitumina • Anthrasit • grafit

C, H, O, N, S, P

C

C

H20


(27)

2.1.2. Materi Pembentuk Batubara

Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) dalam Wahyudiono (2003) adalah sebagai berikut:

a. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini.

b.Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini.

c. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh diiklim hangat.

d.Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.

e. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.


(28)

2.1.3. Klasifikasi Batubara

Secara umum batubara digolongkan menjadi 5 (lima) tingkatan, yaitu dimulai dari tingkatan tertinggi sampai terendah yaitu :

1. Anthracite

2. Bituminous coal

3. Sub bituminous coal

4. Lignite

5. Peat

Dalam usaha untuk mempermudah pengenalan jenis batubara berikut ditunjukkan sifat-sifat batubara untuk masing-masing jenis sebagai berikut : 1. Anthracite

Warna hitam, sangat mengkilat, kompak ; kandungan karbon sangat tinggi; nilai kalor sangat tinggi; kandungan air sangat sedikit; kandungan abu sangat sedikit; kandugan sulfur sangat sedikit; kandungan volatile matter rendah; nilai kalor berkisar pada nilai 8300kkal/kg.

2. Bituminous/ subbituminous coal

Warna hitam mengkilat, kurang kompak; kandungan karbon relative tinggi; nilai kalor tinggi; kandungan air sedikit; kandungan abu sedikit; kandungan sulfur sedikit; kandungan volatile matter sedang; nilai kalor antara 7000-8000kkal/kg.

3. Lignite (brown coal)

Warna hitam, sangat rapuh; kandungan karbon sedikit; nilai kalor rendah; kandungan air tinggi; kandungan abu banyak; kandungan sulfur banyak;


(29)

kandungan volatile matter tinggi; nilai kalor antara 1500-4500kkal/kg (sukandarrumidi, 2006).

2.1.4. Rantai Rangkaian Pemanfaatan Batubara

Apabila kegiatan penambangan batubara dikategorikan sebagai industri hulu, ternyata cukup banyak kegiatan industri hilir yang mampu ditumbuhkan. Kenyataan di lapangan, industri hilir ini yang melahirkan kegiatan-kegiatan yang bersifat multidisiplin dan multi fungsi. Oleh karenanya dipandang perlu meningkatkan peran batubara, tidak hanya sebagai sumberdaya energi dalam bentuk batubara padat dan penggunaan batubara yang lain. Untuk itu perlu dilakukan usaha rekayasa dengan teknologi termasuk pemanfaatan limbah hasil penambangan batubara dan hasil pembakaran batubara. Gambar di bawah ini akan memperjelas pernyataan tersebut di atas.

1.

Gambar 2.2.Keterkaitan batubara dengan industri semen Batubara sebagai sumber energi pada industri semen

Semen Gedung

Jalan/terowongan Landasan pesawat terbang


(30)

2.

Gambar 2.3.Keterkaitan batubara dengan PLTU

3.

Gambar 2.4.Pemanfaatan limbah batubara Batubara sebagai sumber energi pada

pembangkit listrik

PLTU

Listrik Penggerak mesin

Industri

Penerangan Rumah

Tangga

Listrik Listrik Listrik Listrik Listrik Listrik Listrik Listrik

Limbah penambangan batubara

Sisa batubara

Briket Media semai

tanaman Pupuk organik

Gips Air asam


(31)

2.2. Kecelakaan Kerja di Dunia Industri 2.2.1. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja disuatu perusahaan. Hubugan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan (Djati, 2002).

Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seorang atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja di lingkungan industri atau perusahaan. Kecelakaan kerja biasanya timbul sebagai gabungan dari beberapa faktor, seperti faktor peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri. Dalam suatu pabrik, terkadang ada mesin yang kurang baik, seperti tidak dilengkapi alat pengaman yang cukup, maka kondisi seperti ini dapat menjadi sumber risiko (Siahaan, 2009).

2.2.2. Klasifikasi Kecelakaan Industri

Terlalu banyak jenis kecelakaan yang terjadi menyulitkan pengembangan metode klasifikasi dan pencatatan yang dapat memberikan informasi penting guna pencegahan kecelakaan tanpa membuatnya menjadi terlalu rumit. Menurut olii-kamil (1996), jenis-jenis kecelakaan diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kecelakaan dalam industri berdasarkan jenis kecelakaannya a. Orang jatuh


(32)

f. Terkena atau tersentuh benda panas g. Terkena atau tersentuh arus listrik

1. Terkena atau tersentuh bahan-bahan yang merusak atau mengandung radiasi

h. Jenis- jenis kecelakaan lain yang tidak terkelompok karena kekurangan data yang cukup

2. Kecelakaan dalam industri berdasarkan perantaranya a. Mesin

1. Mesin-mesin penggerak, kecuali motor listrik 2. Mesin transmisi

3. Mesin-mesin pengerjaan logam 4. Mesin-mesin kayu dan sejenisnya 5. Mesin pertanian

6. Mesin pertambangan

7. Mesin-mesin lain yang tak terkelompokkan b. Alat-alat angkutan dan peralatan terkelompokkan

1. Mesin pengangkat dan peralatannya 2. Alat-alat angkutan yang menggunakan rel

3. Alat-alat angkutan beroda lainnya, diluar kereta api 4. Alat-alat angkutan udara

5. Alat-alat angkutan air 6. Alat-alat angkutan lainnya


(33)

c. Peralatan lain

1. Alat-alat bertekanan tinggi 2. Tanur, tungku dan kilang 3. Alat-alat pendingin

4. Instalasi-instalasi listrik, termasuk motor listrik, diluar perkakas dengan bertenaga listrik

5. Tangga, tangga berjalan 6. Perancah (scalfolding)

7. Perantara lain yang tidak terkelompokkan d. Material, bahan-bahan dan radiasi

1. Bahan peledak

2. Debu, gas, cairan dan bahan kimia diluar peledak 3. Keping-kepingan terbang

4. Radiasi

5. Material dan bahan lainnya yang tidak terkelompokkan e. Lingkungan kerja

1. Diluar bangunan 2. Di dalam bangunan 3. Di bawah tanah

3. Kecelakaan dalam industri berdasarkan sifat yang diakibatkannya a. Patah tulang


(34)

e. Luka-luka luar f. Memar dan retak g. Luka bakar h. Keracunan akut

i. Dampak akibat cuaca, cahaya dan kodisi sejenis j. Sesak nafas

k. Akibat arus listrik l. Akibat radiasi

m. Luka majemuk dengan sifat yang berbeda-beda n. Luka-luka lain yang tak terkelompokkan

4. Kecelakaan dalam industri berdasarkan lokasi tempat luka-luka pada tubuh a. Kepala

b. Leher c. Badan d. Lengan e. Kaki

f. Luka umum


(35)

2.2.3. Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak terulang kembali (Suma’mur, 2009).

Kecelakaan kerja disebabkan oleh dua fakor yaitu : 1. Faktor Mekanis dan Lingkungan

Yaitu segala faktor yang menyangkut mesin dan peralatan-peralatan yang digunakan pada suatu pekerjaan tertentu serta segala kondisi potensi bahaya yang berada di lingkungan suatu tempat kerja yang berkontribusi terhadap terjadinya suatu kecelakaan kerja.

2. Faktor manusia

Yaitu segala faktor yang menyangkut tindakan para pekerja dalam melakukan pekerjaannya yang cendrung mengabaikan prosedur kerja yang telah ditetapkan terhadap suatu pekerjaan tertentu sehingga menimbulkan potensi bahaya kecelakaan kerja pada dirinya dalam pekerjaannya (Suma’mur, 2009). 2.2.4. Kerugian Akibat Kecelakaan

Kerugian akibat kecelakaan kerja akan diterima oleh para pekerja dan perusahaan dimana pekerja itu bekerja. Korban kecelakaan kerja akan mengeluh dan menderita akibat luka, kelainan, atau cacat yang yang ditimbulkan akibat


(36)

diterimanya, namun jika ditinjau dari produktivitas kerja, hal ini sangat merugikan pekerja.

Tiap kecelakaan yang terjadi adalah suatu kerugian yang amat besar yang akan dirasakan perusahaan. Biaya ini dapat dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tersembunyi. Biaya langsung ialah biaya atas PPPK, pengobatan, dan perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama pekerja tak mampu bekerja, kompensasi cacat, dan biaya atas kerusakan bahan, perlengkapan, peralatan dan mesin. Biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu pasca kecelakaan terjadi. Biaya ini meliputi berhentinya operasi perusahaan, oleh karena pekerja lain menolong korban, dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti peran pekerja yang celaka serta biaya pelatihan yang harus dikeluarkan untuk training pekerja baru. Penelitian tentang biaya kecelakaan memperlihatkan bahwa perbandingan antara biaya langsung dan tersembunyi adalah 1 (satu) terhadap 4 (empat)(Suma’mur 2009). 2.3. Potensi Bahaya

ILO (1986) dalam Anugrah (2009), mendefinisikan potensi bahaya atau bahaya kerja (work hazard) adalah suatu sumber potensi kerugian atau suatu situasi yang berhubungan dengan pekerja, pekerjaan dan lingkungan kerja yang berpotensi menyebabkan gangguan/kerugian.

Bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses, atau metoda kerja. Dalam proses produksi tersebut terjadi kontak antara manusia dengan mesin, material, lingkungan kerja yang diakomodir oleh proses atau prosedur


(37)

tersebut, yaitu manusia, peralatan, material, proses serta sistem dan prosedur (Ramli, 2010).

Potensi bahaya merupakan segala sesuatu yang mempunyai kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan maupun manusia. Di tempat kerja, potensi bahaya sebagai sumber risiko keselamatan dan kesehatan akan selalu dijumpai.

Jika setiap bahaya-bahaya tersebut dapat diidentifikasi, tindakan harus diambil untuk menghilangkan atau meminimalkan risiko yang dihadapi oleh pekerja. Jika bahaya -bahaya tersebut tidak dapat dihilangkan, suatu penilaian risiko perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencegahan apa saja yang harus diambil, Hal ini diupayakan untuk melindungi pekerja yang merupakan asset yang sangat berharga bagi perusahaan.

2.3.1. Jenis Bahaya

Bahaya dalam kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya. Disekitar kita terdapat banyak bahaya-bahaya yang berpotensial untuk mencederai tubuh kita baik cidera ringan maupun sampai cedera fatal. Kita tidak dapat mencegah berbagai bahaya-bahaya tersebut jika kita tidak mengenali bahayanya dengan baik.

Ramli (2010) mengklasifikasikan jenis bahaya sebagai berikut: a. Bahaya Mekanis


(38)

A. Bahaya Mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin sinso, bubut, gerinda, tempa dan lain-lain.

Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas.

B. Bahaya Listrik

Suatu bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik. C. Bahaya Kimiawi

Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain :

a) Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic)

b) Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka air aki dan lainnya

c) Kebakaran dan peledakan, beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah terbakar dan meledak misalnya golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah, premium, LPG, batubara dan lainnya.


(39)

d) Polusi dan pencemaran lingkungan

Bahan kimia sangat beragam, disekitar kita penuh dengan berbagai jenis bahan kimia. Oleh karena itu risiko bahaya bahan kimia harus diperhatikan dengan baik. Berbeda dengan jenis bahaya lain seperti mekanik atau listrik, bahaya bahan kimia sering kali tidak dirasakan secara langsung atau bersifat kronis dalam jangka waktu yang panjang.

D. Bahaya Fisis

Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain :

a) Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera pendengaran

b) Tekanan c) Getaran

d) Suhu panas atau dingin e) Cahaya atau penerangan

f) Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah E. Bahaya Biologis

Diberbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, Farmasi, Pertanian dan kimia, Pertambangan, minyak dan gas bumi.


(40)

2.3.2. Sumber Bahaya dari Lingkungan Kerja

Banyak sekali sumber energi yang dapat menjadi suatu potensi bahaya disuatu lingkungan kerja. Sebagian diantaranya sebagai berikut :

Tabel 2.1. Jenis Energi dan Bentuk Bahaya

JENIS ENERGI BENTUK BAHAYA

Gravitasi 1. Dapat terjadi jika suatu benda

jatuh menimpa orang, jatuh dari ketinggian atau terpleset

2. Cedera bervariasi mulai dari terkilir, luka dan fatal

Bising dan getaran 1. Ditemukan jika terpapar suara bising atau getaran

2. Cedera beragam dari ringan sampai ketulian

Kimia 1. Dapat terjadi jika manusia

menghirup, menelan atau menyerap cairan, debu, gas atau yang dapat mengakibatkan kerusakan seperti kebakaran, peledakan, korosi dan lainnya. 2. Cidera bervariasi mulai dari

akut, kronis, dan kematian

Listrik 1. Ditemukan dalam penggunaan

listrik untuk mengoperasikan peralatan

2. Cedera bervariasi mulai dari cidera luka bakar sampai mati

Mekanikal 1. Terdapat pada mesin atau

bagian bergerak atau berputar yang mengeluarkan bagian yang tajam, runcing, atau lontaran benda.


(41)

Termal 1. Terjadi pada lingkungan panas, dingin atau peralatan yang

menggunakan dan

menghasilkan panas atau dingin seperti dapur, ruang pendingin, proses panas, pengelasan, benda panas atau dingin

2. Cedera bervariasi mulai luka bakar, strees panas sampai mati

Tekanan 1. Ditemukan pada bejana atau

objek bertekanan termasuk boiler, botol bertekanan dan kompresor

2. Cedera bervariasi mulai dari luka sampai mati

Radiasi 1. Ditemukan pada pekerjaan atau

peraralatan yang menggunakan sinar X, Radiasai Ultra Violet, gelombang mikro, laser atau pengelasan

2. Cidera bervariasi mulai luka bakar sampai mati

Mikrobiologis 1. Dapat terjadi jika terpajan

dengan bakteri, virus atau zat pathogen lainnya misalnya dalam menara pendingin, organ tubuh manusia atau hewan 2. Cedera bervariasi mulai akut,

kronis, yang bersifat jangka panjang menimbulkan kematian seperti HIV, Hepatitis, Keracunan


(42)

2.3.3. Sumber Bahaya dari Pekerja

Menurut penelitian dalam Djati (2002) hampir 85% kecelakaan terjadi disebabkan faktor manusia yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman ini dapat disebabkan oleh:

a. Karena tidak tahu

Yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahaya-bahaya yang ada.

b. Karena tidak mampu/tidak bisa

Yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja yang aman, bahaya-bahaya yang ada tetapi karena belum mampu, kurang terampil dia melakukan kesalahan.

c. Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja dan peraturan-peraturannya serta yang bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi karena tidak mau melaksanakan maka terjadi kecelakaan. Misalnya tidak mau memakai alat keselamatan atau melepas alat pengaman.

Beberapa prilaku yang tidak aman yang sering menyebabkan pekerja celaka atau berpotensi untuk celaka sebagai penyebab tidak langsung dari suatu kecelakaan kerja yang sering ditemukan dalam aktivitas pertambangan menurut H.W. Heinrich dalam Suryani (2012), yaitu :

1. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang tidak layak. 2. Mengoperasikan peralatan tanpa perintah.

3. Menggunakan peralatan yang tidak layak.


(43)

6. Tidak menggunakan alat pelindung diri.

7. Bekerja dengan posisi yang salah atau tidak aman. 8. Bermain-main, bersenda gurau.

9. Konsumsi alkohol 10. Konsumsi obat-obatan

2.3.4. Sumber Bahaya Dari Bahan Kimia dan Peralatan

Bahan kimia dan peralatan yang digunakan pada suatu perusahaan juga menjadi sumber bahaya yang dapat mengancam para pekerja setiap saat. Bahaya akan muncul ketika ada interakasi anatara pekerja dan bahan kimia maupun peralatan yang digunakan. Jika tidak ada Kontrol dan pemeriksaan berkala, potensi kecelakaan kerja dimungkinkan akan terjadi pada para pekerja.

Pada penggunaan bahan-bahan kimia, terdapat sejumlah tindakan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan bahaya sehingga mencegah pekerja dari risiko terkena penyakit. Jika bahayanya tidak dapat dihilangkan, tindakan pengendalian harus diimplementasikan untuk meminimalkan risiko dari bahan-bahan kimia yang dihadapi pekerja (Riedley, 2008).

Efek dari bahan kimia sebagian besar tidak kita sadari dampaknya, hal ini dikarenakan efeknya yang akan timbul dalam jangka waktu yang relatif lama. Tentu ini sangat berbeda dengan efek yang ditimbulkan dari bahaya peralatan seperti mesin dan peralatan lainnya yang akan menimbulkan efek dengan segera mungkin apabila terjadi kecelakaan pada pekerja baik itu cidera ringan sampai


(44)

perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berbagai potensi bahaya yang akan ditimbulkan sehingga dapat dilakukan upaya evaluasi dan perlindungan terhadap pekerja.

2.4. Analisa Potensi Bahaya Pekerjaan

Analisa potensi bahaya pekerjaan adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk mengindentifikasi setiap potensi bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan sebelum kecelakaan itu terjadi. Dan semua hasil temuan potensi bahaya itu akan dihilangkan. Apabila tidak bisa dihilangkan maka akan diminimalkan dengan pengelolaan lingkungan kerja baik secara teknis maupun administratif sampai potensi bahaya itu berkurang sampai pada tingkat risiko yang dapat diterima oleh para pekerja.

Analisa potensi bahaya sangat penting untuk dilakukan terutama pada pekerjaan-pekerjaan dengan tingkat risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi pekerjaan seperti pertambangan. Hal ini dikarenakan lingkungan kerja yang begitu ekstrem dan alat-alat yang begitu kompleks yang digunakan dalam dunia pertambangan, sehingga sedikit kelalaian atau kesalahan kecil yang dilakukan dalam pekerjaannya akan menyebabkan kerugian yang begitu besar baik secara materi maupun produktivitas pekerja.

Didalam Ramli (2010), Untuk mengaanalisa potensi bahaya ada beberapa metode yang dapat digunakan, diantaranya :

1. Hazard and Operability Study (HAZOPS) adalah teknik analisa potensi bahaya dengan sistem yang sangat terstruktur dan sistematis. Namun kelemahan HAZOPS adalah memerlukan waktu yang sangat panjang, tim ahli,


(45)

2. Job Safety Analysis (JSA) adalah teknik yang sangat popular dan banyak digunakan di lingkungan kerja. Teknik ini menganalisa dengan pengamatan terhadap sistem kerja, prosedur kerja serta pekerja itu sendiri.

3. Analisa pohon kegagalan (Fault Tree Analysis) adalah analisa bersifat dedeuktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak yang mungkin terjadi.

Semua potensi bahaya harus dianalisa secara berkala, hal ini dikarenakan setiap potensi bahaya itu akan berubah setiap saat. Setiap ada interaksi antara manusia dengan mesin dan peralatan kerja yang ada di lingkungan kerja, disaat itulah munculnya potensi bahaya. Semakin bervariasi interaksi antara pekerja dengan mesin, peralatan, dan lingkungan kerja, maka semakin berbeda pula potensi bahaya yang dihasilkan.

Analisa potensi bahaya harus dilakukan secara terencana dan komprehensif. Banyak perusahaan yang telah melakukan analisa potensi bahaya, tetapi ternyata angka kecelakaan kerja masih tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses analisa potensi bahaya yang dilakukan belum berjalan dengan efektif. Analisa potensi bahaya harus dinamis dan selalu mempertimbangkan adanya teknologi dan ilmu terbaru. Banyak bahaya yang belum dikenal tetapi saat ini menjadi suatu potensi bahaya besar dalam pekerjaan. Selain itu, melibatkan pekerja dalam proses analisa potensi bahaya sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan karena mereka yang paling mengetahui adanya


(46)

2.5. Analisa Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis)

Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu teknik yang dipakai untuk menganalisa suatu pekerjaan secara sistematis untuk bisa mengenali bahaya disetiap langkahnya sehingga bisa dikembangkan solusi untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

Job Safety Analysis (JSA) pada dasarnya adalah penganalisaan aktivitas kerja dan tempat kerja untuk menentukan tindakan pencegahan yang memadai di tempat kerja. Dengan kata lain, JSA sebagai sistematis identifikasi potensi bahaya di tempat kerja sebagai langkah untuk mengendalikan risiko yang mungkin akan terjadi disuatu lingkungan kerja.

Job Safety Analysis (JSA) digunakan untuk meninjau metode kerja dan menemukan bahaya yang :

1. Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain permesinan, peralatan, perkakas, stasiun kerja dan proses.

2. Memberikan perubahan dalam prosedur kerja atau personel. 3. Mungkin dikembangkan setelah produksi dimulai.

Badan resmi yang bertanggung jawab dalam proses ini membuat gambaran yang paling aman, efisien dari setiap bentuk pekerjaan yang diberikan. Badan analisa keselamatan kerja membuat strategi yang terstruktur dalam mencegah kecelakaan kerja yaitu dengan melakukan pengenalan terhadap bahaya, melakukan evaluasi dan pengendalian risiko (Cipto, 2010).


(47)

Job Safety Analysis (JSA) sangat diperlukan dalam setiap pekerjaan. Kriteria pekerjan yang memerlukan kajian Job Safety Analysis (JSA) menurut Ramli (2010) adalah sebegai berikut :

1. Pekerjaan yang sering mengalami kecelakaan atau memiliki angka kecelakaan yang tinggi.

2. Pekerjaan berisiko tinggi dan dapat berakibat fatal misalnya industri pertambangan

3. Pekerjaan yang jarang dilakukan sehingga belum diketahui secara persis bahaya yang ada.

4. Pekerjaan yang rumit atau komplek dimana sedikit kelalaian dapat berakibat kecelakaan atau cidera.

2.5.1. ManfaatJob Safety Analysis(JSA)

Analisa keselamatan kerja atau JSA bermanfaat dalam keamaan kerja dan melindungi produktivitas pekerja. Manfaatnya adalah :

1. Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan di tempat kerja. 2. Menemukan bahaya fisik yang ada di lingkungan kerja.

3. Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang memungkinkan dalam metode kerja.

4. Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah dan meningkatkan produktivitas.


(48)

2.5.2. Langkah melakukanJob Safety Analysis(JSA)

Occupational Health and Safety (OSH, 2013) menjelaskan langkah Job Safety Analysis(JSA) adalah sebagai berikut :

1. Memilih pekerjaan (Job selection)

Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas dan harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa, hal penting yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. frekuensi kecelakaan.

Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan prioritas utama dalam JSA.

b. tingkat cedera yang menyebabkan cacat.

Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam JSA.

c. kekerasan potensi

Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah kecelakaan namun mungkin berpotensi untuk menimbulkan bahaya.

d. pekerjaan baru

Untuk setiap pekerjaan baru harus memiliki JSA. Analisa tidak boleh ditunda hingga kecelakaan atau kejadian hampir celaka terjadi.

e. mendekati bahaya

Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA. Hal ini dimaksudkan agar potensi bahaya yang sering terjadi itu berubah menjadi kecelakaan.


(49)

2. Menguraikan pekerjaan (Job breakdown)

Pekerjaan yang akan dianalisis harus diuraikan berdasarkan tahapan-tahapan pekerjaannya. Tahapan setiap pekerjaan harus dijelaskan secara jelas dari tahap awal sampai akhir. Hindari keselahan-kesalahan yang sering terjadi seperti : a. Terlalu rinci dalam menentukan langkah pekerjaan, sehingga dapat

menimbulkan langkah yang tidak penting.

b. Terlalu umum dalam menguraikan langkah pekerjaan, sehingga langkah-langkah dasar tindak dapat dibedakan.

3. Mengidentifikasi bahaya (Hazard identification)

Proses identifikasi bahaya merupakan bagian yang sangat penting dalam keberhasilan suatu analisa keselamatan kerja. Dalam upaya identifikasi semua potensi bahaya harus dicermati dan dianalisa dengan baik agar semua potensi dapat ditanggulangi. Ada beberapa pertanyaan yang dapat menggambarkan indentifikasi bahaya diantaranya :

a. Apakah metode kerja dan sikap pekerja aman dalam bekerja? b. Apakah lingkungan kerja membahayakan pekerja?

c. Apakah kapasitas beban pekerja terlalu besar?

d. Apakah pekerja berpotensi tertusuk, terpotong, tergelincir, tergilas, terjepit, terpukul, tertanduk, terseruduk, dan lain sebagainya.

e. Apakah pekerja berpotensi terperangkap, tertanam, tertimbun dan potensi membahayakan pekerja lainnya.


(50)

4. Pengendalian bahaya (Hazard control)

Pada tahap terakhir dari dari analisa kecelakaan kerja adalah melakukan pengendalian bahaya dengan menemukan solusi alternatif yang dapat mengembangkan suatu prosedur keselamatan dalam bekerja sehingga pekerjaan dapat dikerjakan secara aman, efektif dan efisien.

Dalam mengendalikan bahaya, intervensi yang paling efektif yang dapat kita lakukan adalah dengan menerapkan hirarki kontrol. Tahapan hirarki kontrol yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Primary control : Mencakup pengendalian pertama dengan fokus intervensi pada alat dan mesin dengan upaya rekayasa.

2. Secondary control : Mencakup pengendalian administrasi dengan cara membatasi paparan terhadap risiko tertentu.

3. Tertiari control : Pengendalian yang dilakukan dengan mengajarkan praktek kerja yang benar atau melakukan prosedur kerja yang baik dalam suatu pekerjaan tertentu dengan sistematis.

4. APD : Pengendalian yang menjadi pilihan terakhir dalam upaya penanggulangan yang ditujukan kepada pekerja dengan memberikan alat pelindung diri terhadap potensi bahaya tertentu.


(51)

2.6. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja

Setelah semua risiko dapat diidentifikasi, dilakukan penilaian risiko melalui analisa risiko dan evaluasi risiko. Analisa risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besarnya akibat yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko sehingga dapat dilakukan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko ringan atau dapat diabaikan.

Penilaian risiko bertujuan untuk memberikan makna terhadap suatu bahaya yang terindentifikasi untuk memberikan gambaran seberapa besar risiko tersebut. Sehingga dapat diambil tindakan lanjutan terhadap bahaya yang teridentifikasi, apakah bahaya itu dapat diterima atau tidak.

Dalam menilai suatu risiko berbagai standart dapat kita gunakan sebagai acuan, salah satu diantaranya adalah standart AS/NZS 4360 yang membuat matrik atau peringkat risiko sebagai berikut :

1. E : Extreme Risk 2. H : HighRisk 3. M : Moderat Risk 4. L : LowRisk

Matrik atau peringkat risiko sebaiknya dikembangkan sendiri oleh perusahaan sesuai dengan kondisi masing-masing. Hal ini dikarenakan setiap


(52)

2.6.1. Teknik Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja

Teknik penilaian risiko yang dapat kita gunakan untuk menilai risiko kecelakaan kerja diantaranya adalah ;

1. Teknik Kualitatif

Metoda kualitatif menggunakan matrik risiko yang menggambarkan tingkat dari kemungkinan dan keparahan suatu kejadian yang dinyatakan dalam bentuk rentang dari risiko rendah sampai risiko tinggi.

Pendekatan kualitatif dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui risiko suatu kegiatan atau fasilitas. Pendekatan ini dilakukan jika data-data yang lengkap tidak tersedia. Menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan atau

likelihood diberi rentang antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai dengan risiko yang dapat terjadi setiap saat.

Untuk keparahan dikategorikan antara kejadian yang tidak menimbulkan cedera atau hanya kerugian kecil dan yang paling parah jika dapat menimbulakn kejadian fatal (meninggal dunia) atau kerusakan besar terhadap aset perusahaan. 2. Teknik semi kuantitatif

Teknik semi kuantitatif dapat dilakukan jika data-data yang tersedia lebih lengkap. Nilai risiko digambarkan dalam angka numeric, namun nilainya tidak bersifat absolute. Teknik ini baik digunakan untuk risiko yang bersifat komulatif. Dalam pengaplikasiannya dibutuhkan sedikit keahlian dalam menggunakan Analisa Lapis Proteksi (LOPA).


(53)

3. Teknik kuantitatif

Analisa risiko kuantitatif menggunakan perhitungan probabilitas kejadian atau konsekwensinya dengan data numerik. Besarnya risiko lebih dinyatakan dalam angka seperti 1, 2, 3, atau 4 yang mana 2 mengandung arti risikonya dua kali lipat dari 1. Oleh karena itu, hasil perhitungan kuantitatif akan memberikan data yang lebih akurat terhadap suatu potensi bahaya, namun demikian dibutuhkan keahlian khusus dan mendalam serta dukungan data informasi yang lengkap dalam pengaplikasiannya. Berikut perbandingan teknik penilaian risiko menurut Ramli (2010).

Tabel 2.2. Perbandingan Teknik Penilaian Risiko

Teknik Jenis Keterangan

Kualitatif -Risk Matrik 1. Biaya rendah, mudah diaplikasikan

2. Kemungkinan dan keparahan diunjukkan dalam bentuk kata

3. Nilai risiko tidak menunjukan nilai numerik 4. Waktu yang diperlukan relative cepat Semi

kuantitatif

-Risk matrik -Risk monogram -Risk graph -Analisa lapis proteksi (LOPA)

1. Ditunjukkan dengan angka numerik walau nilainya tidak absolute

2. Baik digunakan untuk risiko komulatif 3. Teknik lebih terstruktur dan memerlukan

keahlian khusus Kuantitatif -Fault tree

-Event tree -Quantitative risk

1. Memberikan nilai risiko yang bersifat numerik


(54)

2.7. Kerangka Konsep

Gambar 2.5. Kerangka Konsep

Coal Getting

Crushing

Coal Hauling

Barging

Job Safety Analysis


(55)

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan proses analisa keselamatan kerja pada proses suatu pekerjaan dan menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Peneliaan

Penelitian dilakukan di Pertambangan Batubara PT Mifa Bersaudara Meulaboh, pemilihan lokasi dikarenakan :

1. Pertambangan batubara adalah salah satu pekerjaan yang memiliki tingkat risiko paling tinggi di dunia.

2. Usia pertambangan batubara yang dikelola oleh PT Mifa Bersaudara Meulaboh masih sangat muda, sehinga butuh banyak masukan terutama dalam hal Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

3. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak PT Mifa Bersaudara Meulaboh. 3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari Oktober 2013 - Mei 2014. 3.3. Objek Penelitian


(56)

3.4. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan lembar Job safety Analysis (JSA) untuk menganalisa potensi bahaya dan media foto untuk membantu dalam proses analisa potensi bahaya.

3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil observasi langsung kelapangan yang dilakukan dengan pengamatan pada proses kerja, wawancara, dan dokumentasi. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data kondisi daerah kerja yang dianggap rawan kecelakaan kerja

b. Data pengamatan prosedur kerja dan alat pelindung diri yang dipakai pekerja 3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokummen perusahaan PT. Mifa Bersaudara dan hasil penelitian yang berkaitan dengan JSA. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data kecelakaan kerja selama priode 2013-2014

b. Data kebijakan manajemen terhadap pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(57)

3.6. Definisi Operasional

1. Coal getting : Proses penggalian untuk mendapatkan batubara. 2. Coal hauling : Proses pengangkutan batubara dari ROM

menujuPortsite.

3. Crushing : Proses pemecahan batubara oleh mesin crusher. 4. Barging : Proses pemaketan atau pengapalan batubara

kedalam kapal tongkang.

5. Job Safety Analysis(JSA) : Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu teknik yang digunakan untuk menganalisa potensi bahaya yang terdapat dalam setiap langkah pekerjaan pada proses coal getting, crushing, coal haulingdanbarging.


(58)

3.7. Analisa Data

Potensi bahaya akan dianalisa menggunakan metode Job Safety Analysis

(JSA) dengan langkah sebagai berikut : 1. Memilih pekerjaan (Job selection) 2. Menguraikan pekerjaan (Job breakdown)

3. Mengidentifikasi bahaya (Hazard identification) 4. Pengendalikan bahaya (Hazard control)

5. Penyajian dalam bentuk lembarJob Safety Analysis(JSA)

Untuk memberikan makna terhadap potensi bahaya yang teridentifikasi, akan diberikan nilai dengan menggunakan tabel matrik risiko kecelakaan kerja untuk mengkategorikan tingkat risikonya.

Kategori Kemungkinan atau likelihood dari yang paling rendah sampai tertinggi adalah :

1(Sangat langka) = Diperkirakan tidak akan pernah terjadi 2 (Langka) = Dalam beberapa gilir kerja selama 10 tahun 3 (Jarang) = Dalam beberapa gilir kerja selama 10 tahun 4 (Kemungkinan kecil) = Dalam beberapa gilir kerja selama 6 bulan 5 (Mungkin) = Dalam beberapa gilir kerja selama 1 bulan 6 (Sangat mungkin) = Dalam beberapa gilir kerja selama 1 minggu 7 (sering) = Hampir setiap gilir kerja


(59)

Kategori keparahan atau severitydari yang paling rendah sampai tertinggi adalah:

1 = Tidak berarti

a) Kerugian < 500.000 b) Tidak mengalami cidera

c) Tidak memiliki dampak pada masyarakat d) Tidak perlu pelaporan

e) Tidak diduga berdampak pada kesehatan

f) Dampak terhadap lingkungan dapat diabaikan dan dapat diremediasi

2 = Minimal

a) Kerugian 500.000–1 juta b) Kasus P3K

c) Tidak memiliki dampak pada masyarakat d) Insiden yang dilaporkan

e) Diduga mengalami pengaruh kesehatan yang dapat dipulihkan

f) Dampak lingkungan terbatas pada area kontrak dan kategori pelanggaran internal

3 = Menengah


(60)

e) Mengalami pengaruh kesehatan yang dapat dipulihkan f) Dampak lingkungan sedang terbatas pada area kontrak dan

kategori pelanggaran internal

4 = Kritis

a) Kerugian 5 juta–10 juta b) Kasus kehilangan hari kerja

c) Ada masyarakat yang harus dirawat di rumah sakit d) Pertimbangan legal

e) Pegaruh kesehatan tidak dapat dipulihkan

f) Dampak lingkungan sedang di dalam atau diluarsite

5 = Sangat Kritis

a) Kerugian 10 juta–50 juta

b) Terjadi satu kejadianFatalitypada pekerja atau masyarakat c) Pertimbangan legal yang berat

d) Cedera yang bisa merengut nyawa atau cedera cacat atau kasus penyakit akibat Kerja berganda (sangat serius)

6 = Katastrofi

a) Kerugian 50 juta–100 juta

b) Terjadi lebih dari satu kejadian Fatality pada pekerja atau masyarakat

c) Berdampak berat terhadap kelangsungan usaha

d) Satu kematian disebabkan oleh penyakit akibat kerja (disaster)


(61)

e) Dampak besar dan jangka pendek terhadap lingkungan, pelanggaran peraturan, kemungkinan denda

7 = Usaha Tutup

a) Kerugian >100 juta

b) Terjadi lebih dari sepuluh kejadian Fatality pada pekerja atau masyarakat

c) Usaha dihentikan

d) Terjadi dua atau lebih kematian yang disebabkan oleh penyakit akibat kerja (katastrofi)

e) Dampak besar dan jangka panjang dan berpengaruh terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar

Keterangan :

1-6 7-16 18-24 >24

Risiko rendah

(Low Risk)

Risiko sedang (Medium Risk)

Risiko tinggi (High Risk)

Sangat berisiko (Extreme Risk)

Penilaian Risiko = Kemungkinan x Keparahan


(62)

4.1. Profil Perusahaan

PT Mifa Bersaudara (MIFA) didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 69 tanggal 14 Januari 2002, dibuat dihadapan Marzuki, SH. Notaris di Banda Aceh yang telah disahkan dengan SK Menkumham C-03647.HT.01.01 TH.2002. Akta perusahaan ini telah mengalami beberapa kali perubahan sampai dengan akta yang terakhir berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham No. 26 tanggal 16 Mei 2012 dibuat dihadapan Djumini Setyoadi, SH. Notaris di Jakarta.

MIFA merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Media Djaya Bersama, yang beroperasi di Kabupaten Aceh Barat, Propinsi Aceh. Kegiatan usaha MIFA adalah menjalankan usaha dalam bidang pertambangan dan penjualan batubara. Saat ini MIFA memiliki Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP-OP) di Kabupaten Aceh Barat dengan luas wilayah konsesi 3.134 Ha, IUP-OP tersebut berlaku sampai dengan tahun 2025 berdasarkan Surat Keputusan Bupati Aceh Barat No. 124 Tahun 2010 yang merupakan penyesuaian dari Kuasa Pertambangan Eksploitasi berdasarkan Surat Keputusan Bupati Aceh Barat No. 96 Tahun 2005 dan Kuasa Pertambangan Eksplorasi berdasarkan Surat Keputusan Bupati Aceh Barat No. 157 Tahun 2003.

A. Visi


(63)

B. Misi

1. Secara terus-menerus menciptakan lapangan kerja yang layak dan berkualitas bagi sebanyak mungkin rakyat Indonesia.

2. Selalu memastikan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan yang selalu memaksimalkan nilai pemegang saham.

3. Senantiasa menyediakan solusi-solusi bernilai tambah yang akan mengoptimalkan kepuasan pelanggan.

4. Secara aktif terlibat dalam masyarakat sebagai warga korporat yang baik. 4.1.1. Rencana Produksi

MIFA telah memulai kegiatan-kegiatan dalam rangka persiapan produksi, yang meliputi kelengkapan perizinan, pembangunan infrastruktur penunjang, termasuk persiapan pembangunan pelabuhan khusus batubara, perencanaan penambangan dan sebagainya.

Pada kwartal terakhir tahun lalu, telah dibentuk Divisi Pengembangan Proyek (Project Development Division) yang bertugas untuk mempersiapkan perencanaan infra struktur tambang dari mulai mulut tambang, jalan angkut batubara sampai dengan sistem pemuatan batubara curah ke tongkang di pantai Peunaga, Kabupaten Aceh Barat. Karena pembangunan infra struktur tambang ini direncanakan baru akan selesai pada awal kwartal ke 3 tahun 2013, maka MIFA telah merencanakan untuk membuka tambang percobaan (pilot mine) pada tahun ini yang persiapannya sudah dilakukan mulai akhir tahun 2011 lalu, dimana


(64)

izin prinsip dari pemerintah daerah setempat pada akhir tahun ini dan persiapan teknis untuk membuka tambang percobaan di IUP OP MIFA telah diselesaikan. 4.1.2. Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat Tanggung Jawab Sosial

MIFA percaya bahwa untuk menjadi sebuah perusahaan yang kuat (sustainable), perusahaan harus mampu memberikan manfaat yang optimal kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholder).

MIFA juga menempatkan kepentingan Konsumen, Karyawan, Lingkungan dan Komunitas pada tingkat yang tinggi. Hal inilah yang menjadi dasar pelaksanaan program Pengembangan Masyarakat (Community Development) di daerah operasi MIFA.


(65)

Gambar 4.2. Struktur organisasi Departemen HSE PT Mifa

4.1.3. Kebijakan Keselamatan dan Keselamatan Kerja, Pengendalian Risiko serta Lingkungan

PT MIFA BERSAUDARA di kabupaten Aceh Barat menyatakan dalam kebijakan ini untuk selalu memelihara dan meningkatkan kinerjanya yang terbaik dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Pengendalian Risiko serta Lingkungan sebagai berikut:

1. Keselamatan dan Keselamatan Kerja (K3)

MIFA akan selalu mempersiapkan lingkungan kerja yang terbaik untuk memastikan karyawan dan kontraktornya dapat bekerja dengan terbebas dari kemungkinan cidera dan penyakit akibat pekerjaannya. K3 akan menjadi prioritas utama dalam semua aspek operasional perusahaan. Semua pihak mulai dari


(66)

2. Pengendalian Risiko

MIFA akan selalu menjaga lingkungan kerjanya dari risiko yang tidak aman bagi manusia, asset dan informasi perusahaan serta iklim kerja yang kondusif. Masalah keamanan akan dikelola bersama dengan integrasi yang baik bersama TNI/Polri dan semua unsur pendukung masyarakat serta pemerintah daerah. Satuan kerja pengamanan akan dilibatkan dalam pencegahan dan pengendalian risiko terjadinya gangguan keselamatan kerja dan pelestarian lingkungan untuk menjaga ruputasi perusahaan dengan pemangku kepentingannya.

3. Manajemen Lingkungan

MIFA akan selalu menjungjung tinggi pelaksanaan manajemen lingkungan untuk sedapat mungkin mengurangi dampak lingkungan akibat operasi pertambangan di wilayah kerjanya. Semua pihak mulai dari manajemen dan karyawan dari perusahaan beserta kontraktornya berkewajiban untuk bertindak secara ramah lingkungan dalam melaksanakan pekerjaannya. Kaidah- kaidah lingkungan yang akan dipertahankan antara lain adalah pencegahan pencemaran air, tanah dan udara akibat operasi pertambangan, reklamasi tanah pasca penambangan, memelihara keanekaragaman hayati setempat, pengawasan penggunaan hydro-carbon serta konservasi bahan galian itu sendiri.

Manajemen MIFA berkomitmen penuh untuk mempersiapkan sumber daya, dukungan dan kepemimpinan untuk mencapai hasil yang terbaik dari pelaksanaan kebijakan ini, sedemikian rupa agar selalu dapat mematuhi peraturan dan perundang undangan pemerintah yang berhubungan langsung dengan operasi


(67)

4.2. Proses Penambangan Batubara PT Mifa Bersaudara

Kegiatan penambangan batubara di PT Mifa Bersaudara memiliki tahapan proses seperti terlihat padafLowchartdi bawah ini.

Gambar 4.3. Alur Proses Penambangan Batubara PT Mifa Bersaudara Tahapan kegiatan penambangan batubara pada PT Mifa Bersaudara memiliki tahapan sebagai berikut :

1. Persiapan penambangan

Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam penambangan. Kegiatan ini bertujuan mendukung kelancaran kegiatan penambangan. Pada tahap ini akan dibangun jalan tambang (acces road),stockpile, dll.


(68)

Alat yang digunakan adalah (buldozer ripper) dan dengan menggunakan mesin potongchainsawuntuk menebang pohon dengan diameter lebih dari 15 cm. 3. Pengupasan tanah pucuk (top soil)

Maksud pemindahan tanah pucuk adalah untuk menyelamatkan tanah tersebut agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah yang masih asli, sehingga tanah pucuk ini dapat digunakan dan ditanami kembali untuk kegiatan reklamasi.

Tanah pucuk yang dikupas tersebut akan dipiindahkan ke tempat penyimpanan sementara (Soil Bank). Proses pengupasan dan pemindahan tanah

top soilmenggunakan unit alat beratexcavatordan alat angkuthauling truck. 4. Pengupasan tanah penutup (stripping overburden)

Bila material tanah penutup merupakan material lunak (soft rock) maka tanah penutup tersebut akan dilakukan penggalian bebas. Namun bila materialnya merupakan material kuat, maka terlebih dahulu dilakukan pembongkaran dengan peledakan (blasting) kemudian dilakukan kegiatan penggalian. Peledakan yang akan dilakukan perlu dirancang sedemikian rupa hingga sesuai dengan produksi yang diinginkan.

Proses pengupasan tanah penutup (stripping overburden) di pertambangan batubara PT Mifa bersaudara dilakukan dengan penggalian bebas dengan menggunakanexcavatorkarena struktur materialnya lunak.

5. Penimbunan tanah penutup (overburden removal)

Tanah penutup dapat ditimbun dengan dua cara yaitu backfilling dan penimbunan langsung. Tanah penutup yang akan dijadikan material backfilling


(69)

6. Penambangan batubara (coal getting)

Sebelum dilakukan penambangan batubara (coal getting), terlebih dahulu dilakukan kegiatan coal cleaning. Maksud dari kegiatan coal cleaning ini adalah untuk membersihkan pengotor yang berasal dari permukaan batubara (face coal) yang berupa sisa tanah penutup yang masih tertinggal sedikit , serta pengotor lain yang berupa agen pengendapan (air permukaan, air hujan, longsoran). Selanjutnya dialakukan kegiatan coal getting hingga ke pemuatan alat anggkutnya. Untuk lapisan batubara yang keras, maka terlebih dahulu dilakukan penggarukan.

7. Pemecahan batubara (coal crushing)

Batubara yang telah ditambang akan diangkut dengan menggunakan

hauling truck ke jembatan timbang untuk ditimbang muatan angkutnya dan selanjutnya dibawa ke ROM dan kemudian akan dipecahkan oleh mesin crusher sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Setelah itu batubara yang telah dipecah akan disimpan dalam bentuk timbunan-timbunan kerucut di ROM.

8. Pengkapalan batubara (coal barging)

Batubara yang telah disimpan di ROM, akan dimuat ke hauling truck dan selanjutnya akan dibawa ke stockpile yang ada di pelabuhan suak indrapuri (port) dengan jarak tempuh kurang lebih berkisar 27,5 KM dan sesampainya disana dilanjutkan dengan kegiatan pengkapalan batubara (coal barging) dan batubara siap untuk dijual.


(70)

4.3. Analisa Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis(JSA) Pada ProsesCoal Chain

Analisa data dilakukan dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memilih pekerjaan (Job selection) 2. Menguraikan pekerjaan (Job breakdown)

3. Mengidentifikasi bahaya (Hazard identification) 4. Pengendalikan bahaya (Hazard control)

4.3.1. Memilih Pekerjaan (Job Selection)

Pekerjaan yang dipilih untuk dianalisa yaitu pekerjaan yang terdapat pada prosescoal chain yang terdiri dari:

a) Penambangan batubara (coal getting) b) Pemecahan batubara (coal crushing) c) Pengangkutan batubara (coal hauling) d) Pengapalan batubara (coal barging)

4.3.2. Menguraikan Pekerjaan (Job Breakdown) 4.3.2.1. Penambangan Batubara (Coal Getting)

Pada proses penambangan batubara, langkah- langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Pemeliharaan Harian (P2H) semua unit kerja

Sebelum memulai aktivitas kerja, setiap pekerja diwajibkan untuk memeriksa seluruh unit kerjanya untuk memastikan alat-alat maupun unit kerja yang digunakan aman dan siap untuk digunakan. Adapun alat dan unit kerja yang harus diperiksa sebelum memulai kegiatan penambangan adalah excavator dan


(71)

2. Operator naik keexcavator

Setelah pemeriksaan harian dilakukan, operator naik ke unit excavator dan melakukan persiapan berupa gerakan-gerakan yang disebut sebagai senam

excavatoruntuk memastikanexcavatorsiap untuk digunakan. 3. Excavator moving to front loading

Excavatorakan berjalan dari areal parkir menujufront loadinguntuk memulai aktivitas penambangan. Disini excavator akan mulai menggaruk lapisan batubara dan memecahkannya seukuran standart yang ditentukan.

4. Loadingbatubara ke dumptruk

Batubara yang telah dipecahkan selanjutnya akan dimuat ke dumptruk yang telah mengantri di areapittambang.

5. Traveling coal to ROM

Batubara yang yang telah dimuat ke dumptruk selanjutnya akan dibawa ke

ROMyang jaraknya lebih kurang 2 KM daripittambang. 6. Penimbangan Batubara

Sebelum masuk ke ROM, dumptruck yang bermuatan batubara akan ditimbang di jembatan timbang untuk menghitung kapasitas batubara yang masuk ke ROM.

7. Unloading coal to ROM

Setelah ditimbang, dumptruck yang bermuatan batubara selanjutnya akan mengeluarkan batubara dan menimbunnya di ROM.


(1)

6.2. Saran

1. Pada proses pengapalan batubara (coal barging) :

a. Modifikasi badan kapal dengan memasang tiang untuk mengaitkan

bodyhardneesagar pekerja dapat bekerja dengan aman dan selamat.

b. Substitusi unit excavator yang digunakan untuk membuka pintu kapal dengancrane truck yang khusus digunakan untuk proseslifting.

c. Pasang rambu jarak aman saat proses lifting pada saat proses lifting

berlangsung.

d. Substitusiwire slingdenganweber slinguntuk meminimalisir bahaya yang ditimbulkan.

2. Pada proses pemecahan batubara (coal crushing) :

a. Modifikasi lemari panel crusher dengan memasang mika isolator untuk menghilangkan potensi bahaya tersengat arus tegangan tinggi.

b. Modifikasi bucket excavator dengan memasang plat penyangga untuk menghindari jatuhnya gigibucket excavatorkedalamhopermesincrusher. c. Pasang rambu jarak aman di belakang setiap unit alat berat agar pekerja

dapat menjaga jarak dengan unit yang sedang beroperasi. 3. Pada proses pengangkutan batubara (coal hauling) :

a. Substitusi jalan hauling dengan jalan hauling baru yang sesuai dengan standart pertambangan.

b. Lakukan driving maping skill kepada pengemudi hauling truck untuk memetakan kemampuan mengemudi mereka.


(2)

126

4. Pada proses penambangan batubara (coal getting) :

a. Berikan sanksi keras bagi operator alat berat maupun pengemudi light vehicle(LV) yang mematikan alat komunikasi radio ketika bekerja

b. Modifikasi bucket excavator dengan memasang plat penyangga untuk menghindari jatuhnya gigibucket excavatorkedalamdumptruck.


(3)

127

Anugrah, D., Tinjauan Persepsi. 10 Oktober 2013 : http://www.danger-theory.com/

Arif, I., 2002,Buku Ajar Perencanaan Tambang, Bandung : ITB

Cipto, T., 2010. Skripsi Analisis Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Motede Job Safety Analysis (JSA) Pada Bagian Produksi di PT PP LONSUM INDONESIA,USU.

Djati, I., 2006. Bagaimana Mencapai Zero Accident di Perusahaan, Jakarta : UI Press.

Gunawan, H., 2012.SOP Job Safety Analysis, Meulaboh : PT Mifa Bersaudara Hakim, A., 2001. Skripsi Analisa Potensi Bahaya pada Karyawan Produksi

Industri Kayu X, USU.

Hayati, Afnu, N. Analisa Efektifitas Pelaksanaan Safety Pro-Active Activity PT. Astra Daihatsu Motor Assembly Plant Jakarta Utara. 5 juni 2014; http://www.digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/103783009200908571.pdf Lestari, F., 2014. Strategi Peningkatan Keselamatan Kerja & Keselamatan

Publik di Indonesia melalui Pendekatan Sistematik Pencegahan Kecelakaan, Jakarta : UI.

Nusantara, B., 2012. Kesehatan, Keselamatan K3 dan Budaya Keselamatan. 23 juni 2011 ; http://bima-nusantara.com/berita-28--kesehatan-keselamatan-k3-dan-budaya-keselamatan.html

Olii-Kamil, T., 1996. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Bandung : ITB. Ramli, S., 2010. Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk

Management,Jakarta: Dian Rakyat.

Ridley, J., 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Edisi ketiga, Jakarta: Erlangga.

Riyadina, W., KecelakaanKerja dan Cedera yang dialami oleh pekerja industri dikawasan industri pulo gadung Jakarta. 6 juni 2014 ;

http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/04-Woro-Kecelakaan Kerja dan Cedera yang dialami oleh.pdf

Siahaan, H., 2009. Manajemen Resiko Pada Perusahaan dan Birokrasi, Cetakan Kedua, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Suherman, Ijang., dkk (2006). Kajian Batubara Nasional. Tekmira. Jakarta: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.


(4)

128

Sukandarrumidi.,2006. Batubara dan Pemanfaatannya, Jogja: Gajah Mada University Press.

Suryani,AD., 2012. Tesis Pengaruh Potensi Bahaya Terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di Unit Produksi Industri Migas PT X Aceh,USU.

Suma’mur., 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES), Jakarta : CV Sagung Seto.

Tarwaka dkk., 2004.Ergonomi untuk keselamatan kerja dan produktivitas, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, UNIBA Press.

Tebay, D., 2011. Rancangan Teknis Penambangan Batubara Blok Siambul PT Riau Bara Harum Desa Kelesa, Kabupaten Indra Giri Hulu Provinsi Riau.

Woodson, W . Tillman, B. Tillman, P., 1992.Human Factors Design Handbook Second edition, USA : McGraw-Hill, Inc.

______ ., 2013. Job Safety Analysis, Canada : Occupational Health and Safety

(OSH). 23 Febuari 2014 ;

http://www.ccohs.ca/oshanswers/hsprograms/job-haz.html

______., 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Cetakan Pertama, Jakarta : PT Rineka Cipta.

______., 2004. Pekerja tewas akibat ledakan yang terjadi di pertambangan batubara di china. 10 Oktober 2013 : http://www.kedaulatanrakyat.com/


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Kecelakaan Kerja Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis Di PT. Anugrah Pratama

7 91 99

Analisis Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis (JSA) Pada Bagian Produksi Di PT. PP. Lonsum Indonesia Tbk

20 163 185

Analisis Potensi Bahaya Sebagai Upaya Penanggulangan Kecelakaan Kerja Dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) Di PT. Serba Indah Aneka Pangan.

3 83 127

Analisis Bahaya Pekerjaan Bagian Paper Machine Berdasarkan Metode Job Safety Analysis (JSA) Dalam Upaya Pengendalian Bahaya

0 38 6

ANALISIS BAHAYA PEKERJAAN BAGIAN PAPER MACHINE BERDASARKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BAHAYA (Studi Kualitatif di Industri Kertas)

0 23 23

ANALISIS POTENSI DAN PENGENDALIAN BAHAYA DENGAN METODE RISK ASSESSMENT DAN ANALISIS POTENSI DAN PENGENDALIAN BAHAYA DENGAN METODE RISK ASSESSMENT DAN JOB SAFETY ANALYSIS DI UKM WIJAYA PRIMA SOLO.

0 3 16

PENERAPAN RISK MANAGEMENT DENGAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA COAL CRUSHING PLANT (CCP) PT. MARUNDA GRAHAMINERAL LAUNG TUHUP SITE KALIMANTAN TENGAH

1 8 80

PENILAIAN RISIKO PEKERJAAN DENGAN JOB SAFETY ANALYSIS Penilaian Risiko Pekerjaan Dengan Job Safety Analysis (Jsa) Terhadap Angka Kecelakaan Kerja Pada Karyawan Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Pertambangan Batubara 2.1.1. Batubara - Analisa Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis (JSA) Pada Proses Coal Chain di Pertambanagan Batubara PT Mifa Bersaudara Meulaboh Tahun 2014

1 3 30

Analisa Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis (JSA) Pada Proses Coal Chain di Pertambanagan Batubara PT Mifa Bersaudara Meulaboh Tahun 2014

0 0 15